Senin, 20 Oktober 2014

Arif Syahrizal 1112051000133

Nama               : Arif Syahrizal      
NIM                : 1112951000133
Tugas               : ke 4
 
FILSAFAT KOMUNIKASI
            Sebagai mana diutarakan, pengetahuan ilmu yang terdiri dari ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial datangnya dari pengetahuan juga. Pengetahuan adalah hasil pesentuhan objek (alam) dengan panca indra. Karena itu, objek pengetahuan ilmu harus ada, setidaknya gejalanya ada, dan karenanya fakta bisa dikumpulkan untuk dilakukan pengujian terhadapnya.
            Terdapat jenis pengetahuan yang kebenarannya diterima atas otoritas, rasa percaya, dan karenya di sebut jugakepercayaan, yakni pengetahuan ketuhanan dan pengetahuan agama yang di sebutjuga sebagai teologi. Kebenaran dalam teologi tidak dipersoalkan lagi bagi penganutnya, tidak ada sanksi terhadapnya. Dalam teologi fakta bisa juga bersifat empirik transedental. Artinya, ia bersifat abstrak, suprarasional dan supranatural. Objeknya mungkin ada, tanpa harus teruji kebenarannya. Misalnya kehidupan setelah kematian.
            Pengetahuan ilmu, ia mencari sebab. Namun, sebab yang dicarinya tidak terbatas: sebab yang di cari adalah yang sedalam-dalamnya, sebab dari segala sebab. Seperti ilmu, objeknya ada;ah yang ada. Lebih seperti teologi, objeknya juga mungkin ada atau transedental, tidak empirik sensual semata. Pengetahuan ini diberi nama filsafat, ia mencari sebab yang sedalam-dalamnya dari segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat mencari kebenaran melalui relung relung pemikiran manusia. Karenanya, ia mengakui empirik logik. Bahkan, etika budi pun merasakan dan dapat memberi penilaian, membutnya mengakui empirik empirik etika. Karenanya, ada yang menyatakan bahwa batas filsafat adalah akal budi manusia itu sendiri.
            Filsafat mempertanyakan segala sesuatu, tentang sesuatu, ada dan mungkin ada. Apabila filsafat  dalam pengetahuannya tersusun secara objektif, sistematis, metodis dan universal- intinya memenuhi syarat ilmu- bisa saja dinamai sebagai ilmu filsafat.
 
Komunikasi sebagai ilmu telah dipelajari dan telah ditunjukan ciri-cirinya pada kegiatan sebelumnya. Sekarang sampailah pada pengertian filsafat komunikasi. Filsafat sebagai cara berfikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas sesuatu sedalam-dalamnya, artinya kita mencoba menemukan hakikat/inti/esensi dari komunikasi.
Onong U. Effendi dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi  mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstchen) secara fundamental, metodologis sistematis, analitis kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya. Proses komunikasi dengan ketujuh dimensinya telah di bahas pada kegiatan belajar 1. Begitu rumit dan kompleks proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia.
Mengacu pada paradigma Lasswell dengan lima unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan, dan lain sebagainya.
Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi :
a.)    Dimensi Fisik
b.)    Dimensi Sosial-psikologis
c.)    Dimensi Temporal (waktu)
Dimensi Fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud (tangible). Contoh : Dalam ruangan (bangsal) baik ruang rapat, ruang sekolah (kelas), ruang keluarga atau di luar ruangan baik di taman, di jalan dan sebagainya.
Dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, di mana komunikasi berlangsung. Apapun bentuk tempat tersebut, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita (apa yang kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan).
Dimensi Sosial-psikologis artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komikator dan komunikan.
Contoh : Status pendidikan, status ekonomi, norma agama, norma budaya, rasa persahabatan, rasa permusuhan, rasa gembira, rasa duka dan sebaginya.
Dimensi Sosial-psikologis berkaitan dengan suasana dimana komunakasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikan akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya. Suasana Formalitas maupun informalitas, suasana serius atau senda gurau pastilah akan berbeda suasana komunikannya. Komunikasi yang berlangsung di tempat pesta berbeda dengan di tempat orang berduka cita, yang satu suasana gembira, yang lainnya suasana sedih.
Contoh : Pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, abad sebelum masehi, abad pertengahan, masa pencerahan, abad modern, masa kini dan sebagainya.
Dimensi temporal ini jelas berkaitan dengan waktu. Sebagian orang menggunakan waktu pagi hari sebelum berangkat kerja untuk berkomunikasi dengan keluarganya.
Ketiga dimensi lingkungan komunikasi di atas akan selalu berinteraksi masing-masing dimensi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Contoh Seseorang yang berjanji datang jam 7 malam (konteks temporal) terlambat, keterlambatannya dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan menjadi permusuhan (konteks sosial-psikologis) dan kemudian dapat mengakibatkan kedekatan fisik yang berubah karena pemilihan rumah makan untuk makan malam (lingkungan fisik.
Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adaah unsur gangguan (noise). Noise adalah ganguan dalm komunikasi yang mendistorsi pesan.  Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada suara dari selain komunikastor). Psikologis (pemikiran yang sudah ada di suara dari selain komunikan) serta ganguan semantik (salah mengartikan makna). (Devito, 1997:29)
Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengkomunikasikan hasil berfikirnya kepada orang lain. Kegiatan berfikir secara sistematis dan teratur tidak dapat dilakukan apabila manusia tidak mempunyai kemampuan berbahasa. Bahasa memungkinkan manusia berfikir secara abstrak di masa obyek-obyek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak.
Pemaknaan terhadap bahasa yang sama akan mengakibatkan komunikasi yang efektif sehingga apa yang menjadi tujuan komunikasi dapat tercapai. Melihat rumitnya proses komunikasi dan banyaknya unsur dalam komunikasi apabila didalami secara filosofis akan mengangkat esensi dari komunikan ini sendiri. Hal yang paling mendasar dari proses komunikasi adalah adanya statement atau pernyataan dari hasil pemikiran seseorang.
Dengan Demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang  pernyataan  manusia yang disampaikan pada manusia lain menuju kemengertian manusia.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini