Sabtu, 26 Desember 2015

(RALAT) TUGAS UAS SOSIOLOGI-BURUH KONTEMPOERER-JURNALISTIK 1A-1B-KPI 1B

KUN HAIKAL                        (11150510000090) JUR 1B
BINTANG RAYA HANZARI   (11150510000080) JUR 1A
REZKA DWI FITRIANSYAH  (11150510000050) KPI 1B

PENDAHULUAN

A.   Mengapa gejala sosial penting untuk ditulis atau diteliti

 

Gejala sosial merupakan sesuatu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku makhluk di sekitar masyarakat. Cara kita melakukan hal-hal yang kita lakukan dipengaruhi oleh fenomena yang kita hadapi pada waktu tertentu.Gejala sosial merupakan suatu fenomena. Dalam hal tersebut terdapat beberapa perubahan bahkan konflik penyatuan dimensi-dimensi sosial yang ada dalam diri manusia untuk berinteraksi antar sesama sebagai makhluk sosial. Gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat ini terjadi secara spontan dan pada umumnya menimbulkan perubahan-perubahan, baik itu perubahan yang mengarah pada sesuatu yang positif maupun negatif. Contoh dari gejala sosial yang paling umum adalah menyaksikan atau ikut terlibat dalam sebuah bentrokan. Bentrokan merupakan sebuah konflik dan hal tersebut dapat di selesaikan atau di satukan dengan jalan perdamaian yang di lakukan oleh kedua belah pihak. Dari contoh tersebut dapat di katakana bahwa gejala sosial ini bisa di katakana juga sebagai proses atau konflik. Karena hal tersebut juga bisa menyebabkan suatu perubahan di dalamnya.

Gejala sosial merupakan segala sesuatu yang di buat maupun di lakukan oleh manusia di dalam lingkungan kehidupannya. Terdapat bermacam-macam gejala sosial yang bisa di lihat dari kehidupan sehari-hari atau bahkan di lingkungan.

Gejala-gejala sosial yang terjadi tersebut kemudian nantinya akan menimbulkan suatu permasalahan baru dalam lingkungan masyarakat. Hal tersebut dapat terus menerus terjadi hingga di temukan sebuah upaya penyelesaian untuk masalah tersebut.

Gejala-gejala sosial yang terjadi di Indonesia sangat beragam, mulai dari gejala yang membawa sesuatu yang menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Gejala umum yang terjadi di lingkungan sosial umum Indonesia pada umumnya berkenaan dengan tingkah laku masyarakat dalam lingkungan sosialnya.

 

 

 

Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal sebagaimana di kehendaki masyarakat yang bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak di kehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal tersebut di sebabkan karena unsure-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut di namakan masalah-masalah sosial.

Gejala sosial merupakan fenomena yang sangat mengait, maka tidak mengherankan bahwa perubahan yang terjadi pada salah satu atau beberapa aspek, di kehendaki atau tidak di kehendaki, dapat menghasilkan perubahan pada aspek yang lain. Terjadinya dampak yang tidak di kehendaki itulah yang kemudian di kategorikan ke dalam masalah sosial.

Jadi, walaupun penelitian merupakan sentra untuk menyelidiki dan pencarian solusi atau masalah – masalah dan kegiatan akademik, belum ada consensus dalam literature tentang bagaimana penelitian harus didefinisikan. Hussy menyatakan bahwa penelitian menyediakan suatu peluang untuk mengenali dan memilih satu masalah penelitian dan menyelidiki secara bebas.

B.   Landasan Teori Max Weber

Pengertian sosiologi menurut max weber yakni sociology is a science which attempts the interpretive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88) Definisi tersebut dapat diterjemahkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mengupayakan pemahaman interpretatif suatu tindakan sosial dalam rangka untuk sampai pada penjelasan sederhana menyangkut sebab dan akibatnya.  

Pandangan Weber berbeda dengan tokoh-tokoh lainya seperti Durkheim. Ia berpendapat: Here, then, is a category of facts with very distinctive characteristics: it consists of ways acting, thingking, and feeling, external to the individual, and endowed with a power of coercion, by reason of which they control him … These ways of thingking and acting … constitute the proper domain of sociology (Durkheim, 1965:3-4). Sosiologi dalam pernyataan itu adalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakanya fakta sosial (social fact). Menurut Durkheim, fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikanya.

Max Weber juga menjelaskan bahwa untuk memahami makna subyektif suatu tindakan sosial maka harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamanya. Ini dituangkan dengan pernyataannya: put one's self imaginatively in the place of the actor and thus sympathetically to participate in his experiences. Weber, 1964:90).

C.   Metode

Kelompok kami menggunakan metode Observasi dan Wawancara, karena dengan menggunakan metode ini kami dapat langsung berinteraksi dengan subjek dan objek yang akan kami teliti.

Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas berlangsung, orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus akurat, aktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai catatan panjang lebar yang tidak relevan. Penelliti yang baik akan melaporkan hasil observasinya secara deskriptif tidak interperatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan atau interpretasi, melainkan data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati.

Sedangkan, Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan aitu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Banister dkk, 1994).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

GAMBARAN LOKASI

1.     Perpustakaan dan Gedung Parkir UIN Jakarta

Menurut Muhammad Ali Meha selaku bagian umum UIN Jakarta, Perpustakaan sekaligus Parkir UIN Jakarta akan rampung pada 2015 ini, namun pada kenyataannya saat ini baru mencapai tahap 60% .

Banyak pihak yang bertanya tanya, kapan pembangunan ini akan rampung?, tak terkecuali seorang Kuli Proyek (Spesialis Pengecatan) Imam Fuadi, yang mereasa pekerjaanya, selalu tertunda akibat, belum siapnya peralatan ataupun media pengecatan lainnya, maka tak heran kontrak kerjapun menjadi masalah utama.

 

2.     Kabel PLN, Bukit Nusa Indah, Serua, Tangerang Selatan

Penggalian, penyempitan jalan, tanah kotor, ya itulah yang terjadi saat penggalian tanah, bukan tanpa alasan, penggalian tanah ini dilakukan, agar dengan mudah PLN bisa memasang kabel, pemasangan kabel dengan menaruhnya didalam tanah ini memang disengaja , agar kabel dapat terpasang aman dan bebas dari angina kencang dsb.

Sayangnya banyak warga yang mengeluh akbiat adanya proyek pemasangan kabel PLN ini, Warga mengeluhkan, karena setiap pagi jalanan yang ada disitu terkena macet akibat penyempitan jalan yang ditimbulkan dari penggalian tersebut, tanah-tanah merah berada dipinggir jalan, sehingga jika musim hujan terjadi jalanan menjadi kotor becek.

Tak hanya itu, wargapun mengeluhkan penggalian tersebut  menimbulkan permukaan jalan yang semula rata, menjadi tidak rata, ketidak rataan permukaan jalan ini, terjadi akibat bekas lubang galian yang tidak rata penutupannya.

Akibatnya, banyak warga meminta agar proyek penggalian kabel PLN ini segera diselesaikan, ini sangat berdampak kepada Kuli/Buruh penggalian tersebut, salah satunya adalah Saiful Tegar, Pria yang biasa dipanggil Ipul itu, mengaku, bahwa dia dan teman-temannya kebingungan, disatu sisi pembangunan ini harus segera diselesaikan, namun disisi lain, belum ada tindakan/kebijakan yang dilakukan oleh PLN

 

3.     Proyek Rumah, Ciputat, Tangerang

 

Pembangunan Rumah saat ini sedang gencar dilakukan, tak heran para Kuli bangunan/Para buruh berdatangan dari desa ke kota, untuk menjual skill/atau keahlian mereka di bidang pembangunan, dengan itu dapat kita lihat, maraknya pembangunan yang terjadi sekarang ini, khususnya pembangunan Rumah.

Kelompok Kami bertemu dengan seorang Laki-laki yang datang dari Kebumen Jawa Tengah, dia bernama Waluyo, bermodalkan keahlian dalam bidang ledeng, pria yang saat ini berusia 38 tahun itu berangkat Ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang dikuasainya.

Saat ini ia bekerja di proyek rumah 2 lantai milik Bapak Slamet Widodo, Waluyo mengaku, dia tidak tahu sampai kapan dia bekerja disitu (tidak ada kontrak kerja) yang terpenting untuk dia adalah, selama dia dibayar tepat waktu, maka dia akan terus bekerja disitu sampai proyek rumah itu rampung.

 

 

 

 

 

 

HASIL ANALISIS

Mudik lebaran telah usai. Namun masih ada yang tersisa dari fenomena pulang kampung di Indonesia ini. Yakni arus urbanisasi yang kerap terjadi pasca mudik terjadi. Tahun ini, perpindahan penduduk dari desa ke kota ini diperkirakan mencapat 1,061.745 juta jiwa.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), jumlah tersebut mengalami penurunan sekitar 55 ribu orang dibandingkan pada tahun 2013, yang mencapai 1.006.745 orang.

Fenomena ini, tak hanya terjadi di ibukota, Jakarta, melainkan juga disejumla kota besar di Indonesia seperti Surabaya, Bandung, Semarang, dan Medan.

Arus urbanisasi ini sayangnya tak hanya memindahkan penduduk saja. Secara tidak langsung, persoalan lain yang ada juga turut dipindahkan. Misalnya para penduduk baru yang datang tanpa keterampilan dan keahlian. Mereka dianggap hanya akan menimbulakan peningkatan pengangguran di perkotaan.

"Sebagian besar dari mereka tidak dibekali keterampilan dan keahlian yang cukup untuk mencari pekerjaan yang sesuai sehingga dapat menjadi permasalahan baru di perkotaan," ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar di Jakarta, kemarin.

Karenanya, pihaknya tengah berupaya untuk berkoordinasi dengan kementerian dan instansi terkait guna menagntispasi masalah ini. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan perekonomian kreatif di pedesaan.

Upaya tersebut dapat dibantu dengan dana Rp 1,5 miliar per tahun per desa yang telah dianggarkan melalui Undang-undang Desa.

"Kita harus mendorong daerah agar berhasil mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan dan meningkatkan pembangunan di pedesaan dan kota-kota kecil. Agar penduduk tidak harus pergi ke kota," pungkasnya.

 

 

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan individu, individu dengan kolompok, dan kelompok dengan kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah jauh dengan yang namaya hubungan sosial, karena bagaimanapun hubungan tersebut memengaruhi perilaku orang-orang. Sebagai bidang studi, cakupan sosiologi sangatlah luas. Tak hanya itu Sosiologi juga melihat bagaimana orang mempengaruhi kita, bagaimana institusi sosial utama, seperti pemerintah, agama, dan ekonomi memengaruhi kita, serta bagaimana kita sendiri memengaruhi orang lain, kolompok, bahkan organisasi.

Oleh karena itu, kita semua membutuhkan sebuah bukti bagaimana nilai-nilai sosiologi dapat berjalan dengan baik, dimana masyarakat dapat menjalankan tugasnya sebagai masyarakat dengan baik, bagaiamana bisa dikatakan masyarakat menjalankan tugasnya dengan baik?, maka kita dapat melihat dari aspek nilai-nilai social yang ada, makhluk social adalah makhluk yang saling bergantung/memiliki ketergantungan satu samalain, artinya dari satu orang ke satu orang lainnya saling membutuhkan.

Kita beri contoh dari lingkup kecil terlebih dahulu, bagaimana seorang Ayah sebagai pemimpin rumah tangga, mencari nafkah untuk anak dan Istrinya, dapat kita lihat bagaimana sosok seorang Ayah yang mencari nafkah untuk kebutuhan sehari hari, baik yang bersifat primer, sekunder atupun tersier, itu artinya seorang anak dan Istri mempunya ketergantungan kepada seorang Ayah, itulah contoh kecil bagaimana nilai Sosiologi dapat terpenuhi.

Bagaimana dengan contoh lingkup besar? Ya didalam sebuah Negara khusunya Negara Indonesia, pasti ada seorang Pemimpin Negara tersebut, jika ada seorang Pemimpin pasti ada yang dipimpin, siapakah yang dipimpin, yaitu rakyat, bagaimana nilai Sosiologi dapat berjalan, nilai Sosiologi dapat berjalan ketika seorang Pemimpin dipilih oleh rakyat, itu artinya seseorang itu dipilih dan dipercaya untuk menjadi pemimpin, maka setelah dia menjadi Pemimpin, maka dia akan menjadi Pemimpin yang arif dan bijaksana, serta mengayomi rakyat yang telah memilihnya menjadi seorang pemimpin, maka disitulah nilai sosiologi dapat berjalan dengan baik.

 

 

 

Indonesia merupakan Negara yang kaya, terlebih hasil alamnya, bahkan banyak orang yang berpendapat bahwa Indonesia merupakan penggalan surga yang jatuh dari langit, melihat kenyataannya memang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sangat kaya dengan hasil alamnya, baik dari darat maupun laut, bahkan Indonesia terkenal dengan masakannya yang kaya akan rempah-rempah, tak heran jika "Rendang" telah dicatutkan namanya sebagai makanan terenak No.1 di Dunia, eksistensi rempah-rempah telah mendunia sejak jaman penjajahan, banyak orang-orang Eropa yang berani membeli mahal rempah-rempah itu.

Akan tetapi kekayaan Indonesia tidak berbarengan dengan kesejahteraan rakyat Indonesia, ya Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di Dunia, Indonesia memiliki 13.466 Pulau, ya sangat fantastis bukan, dengan kita melihat jumlah pulau yang ada, maka dapat kita bayangkan seberapa banyaknya penduduk yang ada di Indonesia, ya data menyebutkan pada tahun 2010, bahwasannya Indonesia memiliki 207 juta jiwa, dan 60% diantaranya merupakan pengangguran, buruh serabutan, buruh kontemporer dsb.

Masyarakat umumnya berpindah dari desa ke kota (Urbanisasi), apa tujuannya? Tentunya agar mereka mendapat lapangan pekerjaan yang layak, dengan gaji yang cukup besar, agar dapat menghidupi keluarga mereka, banyak dari mereka datang ke Kota besar dengan membawa sanak saudara, teman, bahkan keluarga, namun umumnya keluarga mereka tetap di kampong halaman dan salah satu diantara mereka yaitu Ayah sebagai kepala rumah tangga berangkat ke Kota besar untuk mencari nafkah, hingga mungkin bisa dikatakan sukses, sang Ayah akan membawa keluarganya (Anak dan Istri) tinggal di Kota besar.

Saat ini jumlah tenaga kerja di Indonesia memang melebihi dari kapasitas lowongan kerja yang tersedia, namun jumlah tenaga kerja ini tidak dibarengi dengan kualitas dan persebaran yang merata. Misalnya Indonesia memiliki jutaan tenaga kerja lulusan SMA dan S1 namun masih sedikit yang memegang ijazah Master dan Doktor, padahal Indonesia sangat membutuhkan insinyur berkualitas tinggi untuk membangun proyek proyek vital di Indonesia. Juga persebaran tenaga kerja masih belum merata, misalkan di Jakarta sangat banyak yang mencari lowongan pekerjaan padahal di daerah aceh dan papua masih memerlukan lowongan pekerjaan yang tersedia.

 

 

 

Dengan bermodalkan keahlian seadanya para perantau nekat datang ke Kota Jakarta, yang hanya ada difikiran mereka, bagaimana bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan lalu menghasilkan uang, maka tak banyak dari mereka mendapat pekarjaan seadanya dengan gaji yang tidak seberapa, menyedihkan memang, namun semua itu tidak lepas dari keadaan yang memang sudah berubah, banyak diantara mereka bekerja sebagai kuli bangunan, kuli proyek ataupun buruh kontemporer.

Salah satunya adalah Imam Fuadi, pria kelahiran Blitar, Mei 1986, ini mengaku bahwa sudah lama dia menjadi kuli bangunan, kebetulan dia seseorang yang mahir (spesialis) pengecatan, segala bentuk relief atau segala bentuk motif pengecatan pernah dia coba, bahkan bagaiman cara mengatur agar penggunaan cat lebiih irit dan lebih bersih diapun tau.

           a b

     a: Imam Fuadi sedang mengcat, b: foto bersama imam fuadi

Sebenarnya dia juga ahli dalam perncangan listrik, namun dia lebih ahli dibidang pengecatan, "UIN hanya membutuhkan tenaga ahli" tegasnya, Imam begitu nama panggilannya, mempunayai 2 anak, dan anak-anak mereka kini tinggal di Biltar, kedua anaknya perempuan, anak pertama dia baru saja tamat SMP dan akan melanjutkannya ke SMA, sedangkan anak kedua dia baru duduk dikelas 5 SD.

 

 

 

Di kampungnya Blitar, Imam mengaku, sehari hari dia hanya berternak lele, menjadi peternak lele sungguh sulit, artinya jika tidak berhasil, maka tidak hanya rugi menimpa namun juga pailit akan menghampiri, maka dari itu, pada tahun 2011 lalu, dia memutuskan untuk berangkat ke Jakarta, untuk mencari nafkah. "jujur saya sangat rindu dengan keluarga, tapi ya karena tuntutan ekonomi ya mas, jadinya saya cuman bisa pulang setahun sekali kalua lagi Idul Fitri" ujarnya.

Sekarang dia bekerja di UIN, dengan gaji per bulannya sekitar Rp.1.000.000,-, namun, dia bekerja di UIN, bukan sebagai Tukang Kontrak, namun, dia bekerja di UIN sebagai Buruh kontemporer, dia bekerja di UIN akibat ikut salah seorang temannya, singkat cerita, sekarang dia bisa bekerja di UIN dengan gaji sejumlah Rp2.500.000/bulan, dengan keadaan dia tidak tau sampai kapan dia bekerja dan dia harus siap kapanpun untuk dihentikan dari pekerjaanya tersebut.

Imam Fuadi mengakui, sebenarnya mencari nafkah di kota ataupun di desa sama sama sulit, maka dari itu kita diwajibkan untuk mempunyai skill atau keahlian dibidang tertentu, agar nantinya banyak orang yang membutuhkan kita, Imam Fuadi juga menceritakan pengalaman dia, saat ia pertama kali datang ke Jakarta, waktu itu dia berangkat ke Jakarta bersama 2 temannya, mereka semua tidak mempunyai sanak saudara yang tinggal di Jakarta, akhirnya kebingunganpun melanda, akhirnya mereka menyewa kamar kos untuk sekedar tidur dan tempat tinggal sementara.

Sudah seminggu di Jakarta, namun mereka tak kunjung mendapat pekerjaan, persediaan uang merekapun menipis, segala cara untuk berhemat telah dilakukan, hingga pada akhirnya ada tawaran proyek kerja sebuah perumahan di daerah Jakarta Pusat, tanpa pikir panjang, langsung mereka ambil tawaran kerja tersebut, hingga akhirnya mereka mendapatkan gaji dari hasil jeri payahnya, dan gaji mereka langsung dibagi, mana untuk bertahan hidup di Jakarta, dan mana untuk keluarga di Kamoung Halaman.

Pucuk di Cinta Ulampun tiba, begitu peribahasa yang cocok ketika 3 orang tersebut kembali kedatangan banyak job, karena makin banyaknya pembangunan di daerah Ibu Kota ini, hingga akhirnya saat ini Imam bekerja di Proyek prmbangunan Perpustakaan dan Parkir UIN, namun sayangnya seiring berjalannya waktu, 3 orang tersebut, memiliki tempat kerja yang berbeda beda, namun sampai saat ini, mereka masih tinggal di satu tempat tinggal, rencananya mereka akan membawa keluarganya, yaitu anak dan istrinya untuk tinggal bersamanya, di tahun 2016 nanti, "ya saya bakalan bawa mereka ya mas kesini, walaupun nanti saya masih ngontrak" ujar Imam.

Selain itu, kami juga bertemu dengan Saiful Tegar, seorang kuli proyek pembangunan/pemasangan kabel PLN, Saiful Tegar, Pria kelahiran Pekalongan, 23 Mei 1975, merupkan perantau yang datang ke Jakarta pada tahun 2013, saat ini dia mempunyai 2 orang anak, dan anak-anak Saiful Tegar saat ini masih duduk di bangku SMP, mereka semua masih berada di kampong halamannya yaitu Pekalongan.

Ipul biasa Saiful Tegar dipanggil, mempunyai keahlian di bidang pengelasan, namun dia terpaksa bekerja pada proyek penggalian ini akibat himpitan ekonomi yang ada, "saya mah, yang ada apa, ya saya ambil", akhirnya kini dia bekerja di proyek pemasangan kabel PLN.

Bagi anda yang belum mengerti tentang pemasangan kabel PLN yakni, Kabel PLN memiliki 2 jenis yaitu untuk Supply listrik ke rumah-rumah warga, yakni yang biasa kita lihat, bagaimana sebuah kabel yang menjalar dari tiang listrik, ke rumah-rumah warga.

Kemudian, ada jenis yang kedua, yaitu untuk Supply dari pembangkit listrik pusat ke pembangkit listrik cabang (tiang listrik), untuk kabel jenis kedua ini, pemasangan dilakukan dengan cara penimbunan kabel, kabel diletakkan didalam tanah, itu artinya tanah harus digali dan dibuat lubang, itulah yang sering kita lihat di pinggir jalan.

 

Proyek penanaman kabel PLN, Bukit Nusa Indah, Serua, TangSel

Pemasangan ini dinilai cukup efektif, karena dengan adanya pemasangan kabel ini, seluruh supply listrik dapat berjalan dengan baik, Karena dengan mtode penimbunan tanah, kabel akan aman dibawah tanpa takut tergigit serangga ataupun karat, karena kabel-kabel ini telah terlapisi dengan baik.

 

Namun, pada kenyataannya Pemasangan kabel PLN ini banyak menuai protes warga, karena pemasangan kabel PLN ini dinilai membawa pegaruh yang negative bagi lingkungan yang ada, menurut warga, penggalian dilakukan sedalam (+-) 3m, kemudian tanah hasil penggalian akan dibiarkan menumpuk di pinggir jalan, sehingga, jalan menjadi sempit.

Tak hanya itu, jika hujan turun, maka tanah-tanah itu akan terkena air hujan sehingga jalan jalan yang ada disekitarnya menjadi becek dan kotor, dan lebih fatalnya lagi, jika proyek ini telah usai, maka galian akan ditutup, namun penutupannya malah meninggalkan bekas, seperti gundukan atau malah turunan, sehingga permukaan jalan yang semula rata, menjadi tidak rata akibat bekas galian tersebut.

Saat ini di daerah Tangerang, bukit nusa indah, serua,  proyek penggalian tanah dan penanaman kabel ini belum juga usai, padahal proyek ini sudah berjalan mulai dari bulan lalu, setiap pagi didaerah dekat galian tidak dapat terhindarkan dari daerah macet, karena sempitnya jalan, yang hanya bisa dilalu satu arah saja (berukuran untuk 1 mobil), padahal yang melewati jalan itu bukan hanya satu atau dua mobil, namun banyak mobil ataupun motor yang berlawanan arah juga.

Menanggapi hal itu, Ipul sebagai seorang pekerja yang bekerja di Proyek tersebut, merasa tidak enak jikalau setiap hari dia melihat situasi yang ada, posisi dia saat ini hanyalah pekerja, jadi kebijakan semuanya berada ditangan atasannya, terkadang dai juga merasa jera terhadap suasana yang ada, macet, kotor namun palah daya, Ipul bukanlah siapa-siapa, dia hanyalah seseorang yang bekerja untuk proyek ini.

Ipul merupakan salah satu dari 20 orang buruh kontemporer, dia mengaku, bahwa dia digaji Rp.750.000,-/bulan, dia ikut proyek ini akibat diajak oleh saudaranya yang juga bekerja sebagai buruh kontemporer disitu, setiap hari Pukul 07.00 – 17.00 waktu bekerja mereka, biasanya mereka salalu mendapat jatah makan siang,entah itu berupa uang, ataupun makanan.

Sehari hari, Ipul bersama saudranya menginap disebuah kontrakan yang jaraknya tidak jauh dari lokasi tempat mereka bekerja, "mungkin si saya enak ya, banyak temen kerja saya disini rumahnya jauh-jauh" ujarnya, sebelumnya Ipul bekerja disebuah bengkel las, namun sekarang bengkel las itu sudah gulung tikar, akibat kebakaran yang melanda, maka tak heran jika sekarang Ipul bekerja sebagai buruh kontemporer.

Ipul tidak tahu sampai kapan di harus bekerja, ada dua kemungkinan yang terjadi, bisa saja dia diberhentikan sebelum proyek selesai, atau mungkin dia diberhentikan sampai proyek selesai, namun apapaun itu, Ipul tetap bekerja dengan gigih dan teliti, "yang saya pegang ini kabel loh mas, kalo kalo nyetrum bisa abis saya" ujarnya, resiko yang dihadapi oleh ipul cukup besar, namun begitu kami tanya tentang masalah Asuransi Keselamatan Jiwa, Ipul malah tidak mengetahui akan hal itu, yang dia tau hanyalah, proyek lancar, uang lancar, dan proyek selesai.

Saat dikampungnya pekalongan, dia sempat terjun di bidang wirausaha, yaitu menjadi distributor batik, seperti kita tahu, bahwa Pekalongan merupakan salah satu penghasil Batik yang terkenal sampai mancanegara, namun Ipul mengalami kegagalan yang bisa dikatakan hampir Pailit, saat itu banyak penjual batik yang menjadi saingan Ipul, sehingga Ipul kalah bersaing dan bangkrut, akhirnya pada tahun 2013, Ipul memutuskan untuk pergi mencari nafkah di Jakarta.

Tak hanya proyek tentang Penggalian tanah dan penanaman kabel PLN, saat ini juga sangat marak pembangunan perumahan bagaimana tidak Urbanisasi memang factor utama sebuah pembangunan dilakukan, maka kita dapat kita lihat gedug perkantoran, perumahan ataupun rumah susun, mulai dibangun, demi terpenuhinya kebutuhan infrastruktur.

Pemerintah serius dalam menangani pembangunan di negara ini, dapat kita lihat, pembangunan berjalan begitu pesatnya, Infrastuktur memang sangat penting bagi manusia, karena disitulah semua itu menjadi wadah atau tempat segala aktifitas manusia, entah itu perkantoran, apartemen atau rumah susun.

Di tahun 2015 ini, pengguna Rusun(Rumah susun) telah berkurang, mereka beralih tempat tinggal ke Perumahan ataupun Apartemen sekalipun, ini menunjukkan bagaimana pesatnya perkembangan infrastruktur yang ada, dari mulai kontrakan,rumah susun, hingga menjadi apartemen.

Maka dapat kita bayangkan seberapa banyak orang-orang yang mengambil/ikut serta dalam bisninis pembangunan tersebut, didalam bisnis tersebut pasti ada orang yang memiliki saham/tanah dan ada juga orang yang membangun (mandor,kuli dsb) keduanya saling bekerjasama agar mendapatkan keuntungan yang maksimal, seorang pemilik tanah membayar Mandor, Kuli dsb, kemudian sang Mandor/kuli dsb juga memberikan hasil yang setimpal sesuai dengan upah yang diberikan.

 

Menurut Karl Marx, menciptakan kekayaan modal, tanah, pabrik, dan mesin) terlibat dalam konflik dengan kaum proletar (kelas yang dieksploitasi, massa pekerja yang tidak memiliki alat produksi). Perjuangan sengit ini hanya dapat berakhir jika kaum pekerja bersatu dalam revolusi dan membuang rantai-rantai perbudakan mereka. Hasilnya ialah suatu masyarakat tanpa kelas, yang bebas dari eksploitasi , dalam mana manusia akan berkerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima sesuai dengan kebutuhan mereka (Marx dan Engels 1848/1967)

 

Pada kajian kali ini, kami mewawancari seorang buruh angkut di sebuah proyek pembangunan rumah dua lantai di daerah Tangerang, beliau bernama Widodo, Pria kelahiran Kebumen Jawa Tengah ini mengaku telah lama menjalankan profesi sebagai buruh angkutan muat di Proyek rumah milik bapak Slamet Widodo, Waluyo berurbanisasi sejak tahun 2012 lalu, dia mengaku saat itu dia diajak oleh rekannya untuk mencari pekerjaan di Jakarta.

Sebelumnya, dia bekerja sebagai petani di Kebumen, namun saat itu yang dia garap lahan pertaniannya bukan merupakan Sawah dia, namun sawah orang lain, ternyata makin hari Waluyo semakin sepi pelanggan, jasa Waluyo untuk menggarap sawah sudah tidak terpakai lagi, bukan karena hasil garapan Waluyo jelek atau kurang memuaskan, namun semakin hari orang-orang desa semakin rajin menggarap Sawahnya sendiri, akibatnya jasa Waluyo tidak dibutuhkan lagi.

Waluyo memiliki satu anak perempuan yang sekarang masih duduk di kelas 3 SD, Saat jasa Waluyo untuk menggarap sawah tidak dibutuh kembali, Waluyo kebingungan untuk mencari pekerjaan, kesana kemari, akhirnya Waluyopun bertemu dengan temannya yang bernama Singgih, kemudian rekannya itu mengajaknya untuk ke Jakarta, akhirnya Singgih dan Waluyo berangkat ke Jakarta.

Waluyo bercerita, sesampainya di Jakarta dia diajak ketempat tinggal saudara  Singgih, merekapun singgah beberapa hari sampai mendapatkan pekerjaan, tak lama setela itu, mereka mendapat panggilan kerja, saat itu dia mendapatkan pekerjaan di proyek pembangunan/renovasi terminal Kampung Rambutan, karena saat itu suasana menjelang lebaran, akhirnya banyak yang harus direnovasi.

     Setelah Waluyo dan singgih mendapatkan gaji pertamanya, akhirnya merekapun memutuskan untuk pergi dari rumah saudanya itu, karena dia sadar betul selama ini mereka hanya menumpang, setelah itu merka mencari kontrakan dan akhirnya merekapun dapat kontrakan yang tidak begitu besar, namun nyaman.

Hampir satu bulan ini mereka berdua tak kunjung mendapatkan suatu pekerjaan, hingga akhirnya mereka mencari cari pekerjaan itu, singkat cerita akhirnya mereka bertemu dengan bapak Slamet Widodo pemilik rumah yang sedang dalam pembangunan, akhirnya mereka pun ditempatkan di bagian bongkar muat.

Sudah hampir 2 bulan rumah tak kunjung selesai, pembangunan rumah terhambat akibat Surat Izin Mendirikan Bangunan dinilai Ilegal, bangunan tersebutpun kin disegel, namun itu semua tidak berlangsung lama, karena kesalahan ternyata ada pada pemilik tanah sebelumnya, akhirnya pembangunan dapat dimulai kembali.

Saat kami turun lapangan, kami hany mewawancarai Waluyo, saat itu rekannya SInggih sedang pergi keluar untuk membeli peralatan bangunan.

Waluyo, sedang membongkar muat Pasir dari Mobil ke halaman rumah

Saat kami bertanya, "sampai kapan bapak bekerja untuk Pak Waluyo? Apakah akan sampai proyek ini selesai? Atau mungkin sebelumnya", Waluyo menjawab "saya ya ndak tau ya mas, soalnya saya waktu itu sama temen saya singgih, masuk kerja ya tinggal masuk, ngga ada perjanjian apa-apa, yaa kalo saya ya yang penting dibayar, ya saya bakalan tetep kerja" jawabnya. Dalam sekali bongkar muatan dia dibayar Rp.100.000,- dalam sehari, ada 2-3 bongkar muatan.

 

KESIMPULAN

    

Dapat kita simpulkan, bahwa Urbanisasi adalah kunci utama para masyarakat desa  mendapatkan sesuatu yang lebih, entah itu uang, pekerjaan atau mungkin pendidikan, jumlah masyarakat Ibu Kota setiap tahunnya bertambah, apalagi setelah mudik atau lebaran tiba, kebanyakan berbondong bondong membawa sanak saudara atau mungkin kerabat, sehingga mereka akan bertumpahruah dimana saja, padahal jika mereka sadari, lebih baik mereka kembangan potensi yang ada di desa mereka atau mungkin mereka membangun desa mereka menjadi lebih baik, cara ini sungguh lebih baik daripada mereka memilih untuk pergi ke Jakarta, lagipula di Jakarta, mereka juga belum tentu mendapatkan lapangan pekerjaan yang baik.

Kebanyakan dari mereka memilih menjadi buruh Kontemporer, ya buruh yang tidak memiliki suatu kontrak kerja yang jelas, yang penting bagi mereka adalah bayaran tepat waktu, namun tanpa mereka sadari, pekerjaan mereka sangat beresiko, mereka juga butuh kontrak, mereka juga butuh jaminan, mereka juga butuh asuransi kerja, itulah yang terkadang dilupakan oleh mereka, karena jika saja mereka celaka dalam bekerja sedangkan mereka tidak mempunyai Asuransi atau jaminan apapun, maka siapa yang akan menanggung anak-anak dan istri mereka, itulah pentingnya sebuah kontrak atau ikatan kerja.

Pengertian sosiologi menurut max weber yakni sociology is a science which attempts the interpretive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88) Definisi tersebut dapat diterjemahkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mengupayakan pemahaman interpretatif suatu tindakan sosial dalam rangka untuk sampai pada penjelasan sederhana menyangkut sebab dan akibatnya.  

Sebab-sebab mereka semua menjadi buruh kontemporer disebabkan karena mereka memiliki himpitan Ekonomi, ada yang kalah di persaingan pasar, ada juga yang bangkrut dan ada juga yang jasanya sudah tidak digunakan lagi, ini semua menuntut diri seseorang untuk melakukan hal yang lebih, dengan segala ekspektasi yang ada, manusia akan tertuntut untuk menjadi pribadi yang lebih, mengasah skill, membangun mental, itulah hal-hal yang akan timbul setelah keberanian tinggi itu datang.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Soekanto, S. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2. J. Dwi Narwoko, Sosiologi, Teks Pengantar & Terapan (Jakarta: Prenada Media, 2004)
3. M. Setiadi.Elly, Usman Kolip.2001.Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala permasalahan sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.
4. Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern (Edisi Ketujuh). Jakarta: Prenadamedia Group
 

Trs: TUGAS UAS SOSIOLOGI-BURUH KONTEMPOERER-JURNALISTIK 1A-1B-KPI 1B



Pada Jumat, 25 Desember 2015 23:47, Kun Haikal <kunhaikal210997@yahoo.com> menulis:


KUN HAIKAL                        (11150510000090) JUR 1B
BINTANG RAYA HANZARI   (11150510000080) JUR 1A
REZKA DWI FITRIANSYAH  (11150510000050) KPI 1B

PENDAHULUAN
A.   Mengapa gejala sosial penting untuk ditulis atau diteliti
 
Gejala sosial merupakan sesuatu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku makhluk di sekitar masyarakat. Cara kita melakukan hal-hal yang kita lakukan dipengaruhi oleh fenomena yang kita hadapi pada waktu tertentu.Gejala sosial merupakan suatu fenomena. Dalam hal tersebut terdapat beberapa perubahan bahkan konflik penyatuan dimensi-dimensi sosial yang ada dalam diri manusia untuk berinteraksi antar sesama sebagai makhluk sosial. Gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat ini terjadi secara spontan dan pada umumnya menimbulkan perubahan-perubahan, baik itu perubahan yang mengarah pada sesuatu yang positif maupun negatif. Contoh dari gejala sosial yang paling umum adalah menyaksikan atau ikut terlibat dalam sebuah bentrokan. Bentrokan merupakan sebuah konflik dan hal tersebut dapat di selesaikan atau di satukan dengan jalan perdamaian yang di lakukan oleh kedua belah pihak. Dari contoh tersebut dapat di katakana bahwa gejala sosial ini bisa di katakana juga sebagai proses atau konflik. Karena hal tersebut juga bisa menyebabkan suatu perubahan di dalamnya.
Gejala sosial merupakan segala sesuatu yang di buat maupun di lakukan oleh manusia di dalam lingkungan kehidupannya. Terdapat bermacam-macam gejala sosial yang bisa di lihat dari kehidupan sehari-hari atau bahkan di lingkungan.
Gejala-gejala sosial yang terjadi tersebut kemudian nantinya akan menimbulkan suatu permasalahan baru dalam lingkungan masyarakat. Hal tersebut dapat terus menerus terjadi hingga di temukan sebuah upaya penyelesaian untuk masalah tersebut.
Gejala-gejala sosial yang terjadi di Indonesia sangat beragam, mulai dari gejala yang membawa sesuatu yang menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Gejala umum yang terjadi di lingkungan sosial umum Indonesia pada umumnya berkenaan dengan tingkah laku masyarakat dalam lingkungan sosialnya.
 
 
 
Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal sebagaimana di kehendaki masyarakat yang bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak di kehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal tersebut di sebabkan karena unsure-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut di namakan masalah-masalah sosial.
Gejala sosial merupakan fenomena yang sangat mengait, maka tidak mengherankan bahwa perubahan yang terjadi pada salah satu atau beberapa aspek, di kehendaki atau tidak di kehendaki, dapat menghasilkan perubahan pada aspek yang lain. Terjadinya dampak yang tidak di kehendaki itulah yang kemudian di kategorikan ke dalam masalah sosial.
Jadi, walaupun penelitian merupakan sentra untuk menyelidiki dan pencarian solusi atau masalah – masalah dan kegiatan akademik, belum ada consensus dalam literature tentang bagaimana penelitian harus didefinisikan. Hussy menyatakan bahwa penelitian menyediakan suatu peluang untuk mengenali dan memilih satu masalah penelitian dan menyelidiki secara bebas.
B.   Landasan Teori Max Weber
Pengertian sosiologi menurut max weber yakni sociology is a science which attempts the interpretive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88) Definisi tersebut dapat diterjemahkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mengupayakan pemahaman interpretatif suatu tindakan sosial dalam rangka untuk sampai pada penjelasan sederhana menyangkut sebab dan akibatnya.  

Pandangan Weber berbeda dengan tokoh-tokoh lainya seperti Durkheim. Ia berpendapat: Here, then, is a category of facts with very distinctive characteristics: it consists of ways acting, thingking, and feeling, external to the individual, and endowed with a power of coercion, by reason of which they control him … These ways of thingking and acting … constitute the proper domain of sociology (Durkheim, 1965:3-4). Sosiologi dalam pernyataan itu adalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakanya fakta sosial (social fact). Menurut Durkheim, fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikanya.
Max Weber juga menjelaskan bahwa untuk memahami makna subyektif suatu tindakan sosial maka harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamanya. Ini dituangkan dengan pernyataannya: put one's self imaginatively in the place of the actor and thus sympathetically to participate in his experiences. Weber, 1964:90).
C.   Metode
Kelompok kami menggunakan metode Observasi dan Wawancara, karena dengan menggunakan metode ini kami dapat langsung berinteraksi dengan subjek dan objek yang akan kami teliti.
Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas berlangsung, orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus akurat, aktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai catatan panjang lebar yang tidak relevan. Penelliti yang baik akan melaporkan hasil observasinya secara deskriptif tidak interperatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan atau interpretasi, melainkan data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati.
Sedangkan, Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan aitu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Banister dkk, 1994).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
GAMBARAN LOKASI
1.     Perpustakaan dan Gedung Parkir UIN Jakarta
Menurut Muhammad Ali Meha selaku bagian umum UIN Jakarta, Perpustakaan sekaligus Parkir UIN Jakarta akan rampung pada 2015 ini, namun pada kenyataannya saat ini baru mencapai tahap 60% .
Banyak pihak yang bertanya tanya, kapan pembangunan ini akan rampung?, tak terkecuali seorang Kuli Proyek (Spesialis Pengecatan) Imam Fuadi, yang mereasa pekerjaanya, selalu tertunda akibat, belum siapnya peralatan ataupun media pengecatan lainnya, maka tak heran kontrak kerjapun menjadi masalah utama.
 
2.     Kabel PLN, Bukit Nusa Indah, Serua, Tangerang Selatan
Penggalian, penyempitan jalan, tanah kotor, ya itulah yang terjadi saat penggalian tanah, bukan tanpa alasan, penggalian tanah ini dilakukan, agar dengan mudah PLN bisa memasang kabel, pemasangan kabel dengan menaruhnya didalam tanah ini memang disengaja , agar kabel dapat terpasang aman dan bebas dari angina kencang dsb.
Sayangnya banyak warga yang mengeluh akbiat adanya proyek pemasangan kabel PLN ini, Warga mengeluhkan, karena setiap pagi jalanan yang ada disitu terkena macet akibat penyempitan jalan yang ditimbulkan dari penggalian tersebut, tanah-tanah merah berada dipinggir jalan, sehingga jika musim hujan terjadi jalanan menjadi kotor becek.
Tak hanya itu, wargapun mengeluhkan penggalian tersebut  menimbulkan permukaan jalan yang semula rata, menjadi tidak rata, ketidak rataan permukaan jalan ini, terjadi akibat bekas lubang galian yang tidak rata penutupannya.
Akibatnya, banyak warga meminta agar proyek penggalian kabel PLN ini segera diselesaikan, ini sangat berdampak kepada Kuli/Buruh penggalian tersebut, salah satunya adalah Saiful Tegar, Pria yang biasa dipanggil Ipul itu, mengaku, bahwa dia dan teman-temannya kebingungan, disatu sisi pembangunan ini harus segera diselesaikan, namun disisi lain, belum ada tindakan/kebijakan yang dilakukan oleh PLN
 
3.     Proyek Rumah, Ciputat, Tangerang
 
Pembangunan Rumah saat ini sedang gencar dilakukan, tak heran para Kuli bangunan/Para buruh berdatangan dari desa ke kota, untuk menjual skill/atau keahlian mereka di bidang pembangunan, dengan itu dapat kita lihat, maraknya pembangunan yang terjadi sekarang ini, khususnya pembangunan Rumah.
Kelompok Kami bertemu dengan seorang Laki-laki yang datang dari Kebumen Jawa Tengah, dia bernama Waluyo, bermodalkan keahlian dalam bidang ledeng, pria yang saat ini berusia 38 tahun itu berangkat Ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang dikuasainya.
Saat ini ia bekerja di proyek rumah 2 lantai milik Bapak Slamet Widodo, Waluyo mengaku, dia tidak tahu sampai kapan dia bekerja disitu (tidak ada kontrak kerja) yang terpenting untuk dia adalah, selama dia dibayar tepat waktu, maka dia akan terus bekerja disitu sampai proyek rumah itu rampung.
 
 
 
 
 
 
HASIL ANALISIS
Mudik lebaran telah usai. Namun masih ada yang tersisa dari fenomena pulang kampung di Indonesia ini. Yakni arus urbanisasi yang kerap terjadi pasca mudik terjadi. Tahun ini, perpindahan penduduk dari desa ke kota ini diperkirakan mencapat 1,061.745 juta jiwa.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), jumlah tersebut mengalami penurunan sekitar 55 ribu orang dibandingkan pada tahun 2013, yang mencapai 1.006.745 orang.
Fenomena ini, tak hanya terjadi di ibukota, Jakarta, melainkan juga disejumla kota besar di Indonesia seperti Surabaya, Bandung, Semarang, dan Medan.
Arus urbanisasi ini sayangnya tak hanya memindahkan penduduk saja. Secara tidak langsung, persoalan lain yang ada juga turut dipindahkan. Misalnya para penduduk baru yang datang tanpa keterampilan dan keahlian. Mereka dianggap hanya akan menimbulakan peningkatan pengangguran di perkotaan.
"Sebagian besar dari mereka tidak dibekali keterampilan dan keahlian yang cukup untuk mencari pekerjaan yang sesuai sehingga dapat menjadi permasalahan baru di perkotaan," ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar di Jakarta, kemarin.
Karenanya, pihaknya tengah berupaya untuk berkoordinasi dengan kementerian dan instansi terkait guna menagntispasi masalah ini. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan perekonomian kreatif di pedesaan.
Upaya tersebut dapat dibantu dengan dana Rp 1,5 miliar per tahun per desa yang telah dianggarkan melalui Undang-undang Desa.
"Kita harus mendorong daerah agar berhasil mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan dan meningkatkan pembangunan di pedesaan dan kota-kota kecil. Agar penduduk tidak harus pergi ke kota," pungkasnya.
 
 
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan individu, individu dengan kolompok, dan kelompok dengan kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah jauh dengan yang namaya hubungan sosial, karena bagaimanapun hubungan tersebut memengaruhi perilaku orang-orang. Sebagai bidang studi, cakupan sosiologi sangatlah luas. Tak hanya itu Sosiologi juga melihat bagaimana orang mempengaruhi kita, bagaimana institusi sosial utama, seperti pemerintah, agama, dan ekonomi memengaruhi kita, serta bagaimana kita sendiri memengaruhi orang lain, kolompok, bahkan organisasi.
Oleh karena itu, kita semua membutuhkan sebuah bukti bagaimana nilai-nilai sosiologi dapat berjalan dengan baik, dimana masyarakat dapat menjalankan tugasnya sebagai masyarakat dengan baik, bagaiamana bisa dikatakan masyarakat menjalankan tugasnya dengan baik?, maka kita dapat melihat dari aspek nilai-nilai social yang ada, makhluk social adalah makhluk yang saling bergantung/memiliki ketergantungan satu samalain, artinya dari satu orang ke satu orang lainnya saling membutuhkan.
Kita beri contoh dari lingkup kecil terlebih dahulu, bagaimana seorang Ayah sebagai pemimpin rumah tangga, mencari nafkah untuk anak dan Istrinya, dapat kita lihat bagaimana sosok seorang Ayah yang mencari nafkah untuk kebutuhan sehari hari, baik yang bersifat primer, sekunder atupun tersier, itu artinya seorang anak dan Istri mempunya ketergantungan kepada seorang Ayah, itulah contoh kecil bagaimana nilai Sosiologi dapat terpenuhi.
Bagaimana dengan contoh lingkup besar? Ya didalam sebuah Negara khusunya Negara Indonesia, pasti ada seorang Pemimpin Negara tersebut, jika ada seorang Pemimpin pasti ada yang dipimpin, siapakah yang dipimpin, yaitu rakyat, bagaimana nilai Sosiologi dapat berjalan, nilai Sosiologi dapat berjalan ketika seorang Pemimpin dipilih oleh rakyat, itu artinya seseorang itu dipilih dan dipercaya untuk menjadi pemimpin, maka setelah dia menjadi Pemimpin, maka dia akan menjadi Pemimpin yang arif dan bijaksana, serta mengayomi rakyat yang telah memilihnya menjadi seorang pemimpin, maka disitulah nilai sosiologi dapat berjalan dengan baik.
 
 
 
Indonesia merupakan Negara yang kaya, terlebih hasil alamnya, bahkan banyak orang yang berpendapat bahwa Indonesia merupakan penggalan surga yang jatuh dari langit, melihat kenyataannya memang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sangat kaya dengan hasil alamnya, baik dari darat maupun laut, bahkan Indonesia terkenal dengan masakannya yang kaya akan rempah-rempah, tak heran jika "Rendang" telah dicatutkan namanya sebagai makanan terenak No.1 di Dunia, eksistensi rempah-rempah telah mendunia sejak jaman penjajahan, banyak orang-orang Eropa yang berani membeli mahal rempah-rempah itu.
Akan tetapi kekayaan Indonesia tidak berbarengan dengan kesejahteraan rakyat Indonesia, ya Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di Dunia, Indonesia memiliki 13.466 Pulau, ya sangat fantastis bukan, dengan kita melihat jumlah pulau yang ada, maka dapat kita bayangkan seberapa banyaknya penduduk yang ada di Indonesia, ya data menyebutkan pada tahun 2010, bahwasannya Indonesia memiliki 207 juta jiwa, dan 60% diantaranya merupakan pengangguran, buruh serabutan, buruh kontemporer dsb.
Masyarakat umumnya berpindah dari desa ke kota (Urbanisasi), apa tujuannya? Tentunya agar mereka mendapat lapangan pekerjaan yang layak, dengan gaji yang cukup besar, agar dapat menghidupi keluarga mereka, banyak dari mereka datang ke Kota besar dengan membawa sanak saudara, teman, bahkan keluarga, namun umumnya keluarga mereka tetap di kampong halaman dan salah satu diantara mereka yaitu Ayah sebagai kepala rumah tangga berangkat ke Kota besar untuk mencari nafkah, hingga mungkin bisa dikatakan sukses, sang Ayah akan membawa keluarganya (Anak dan Istri) tinggal di Kota besar.
Saat ini jumlah tenaga kerja di Indonesia memang melebihi dari kapasitas lowongan kerja yang tersedia, namun jumlah tenaga kerja ini tidak dibarengi dengan kualitas dan persebaran yang merata. Misalnya Indonesia memiliki jutaan tenaga kerja lulusan SMA dan S1 namun masih sedikit yang memegang ijazah Master dan Doktor, padahal Indonesia sangat membutuhkan insinyur berkualitas tinggi untuk membangun proyek proyek vital di Indonesia. Juga persebaran tenaga kerja masih belum merata, misalkan di Jakarta sangat banyak yang mencari lowongan pekerjaan padahal di daerah aceh dan papua masih memerlukan lowongan pekerjaan yang tersedia.
 
 
 
Dengan bermodalkan keahlian seadanya para perantau nekat datang ke Kota Jakarta, yang hanya ada difikiran mereka, bagaimana bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan lalu menghasilkan uang, maka tak banyak dari mereka mendapat pekarjaan seadanya dengan gaji yang tidak seberapa, menyedihkan memang, namun semua itu tidak lepas dari keadaan yang memang sudah berubah, banyak diantara mereka bekerja sebagai kuli bangunan, kuli proyek ataupun buruh kontemporer.
Salah satunya adalah Imam Fuadi, pria kelahiran Blitar, Mei 1986, ini mengaku bahwa sudah lama dia menjadi kuli bangunan, kebetulan dia seseorang yang mahir (spesialis) pengecatan, segala bentuk relief atau segala bentuk motif pengecatan pernah dia coba, bahkan bagaiman cara mengatur agar penggunaan cat lebiih irit dan lebih bersih diapun tau.
    Jadikan gambar sebaris  Jadikan gambar sebaris
    
       Kiri: Imam Fuadi sedang mengcat, kanan: foto bersama imam fuadi

Sebenarnya dia juga ahli dalam perncangan listrik, namun dia lebih ahli dibidang pengecatan, "UIN hanya membutuhkan tenaga ahli" tegasnya, Imam begitu nama panggilannya, mempunayai 2 anak, dan anak-anak mereka kini tinggal di Biltar, kedua anaknya perempuan, anak pertama dia baru saja tamat SMP dan akan melanjutkannya ke SMA, sedangkan anak kedua dia baru duduk dikelas 5 SD.
 
 
 
Di kampungnya Blitar, Imam mengaku, sehari hari dia hanya berternak lele, menjadi peternak lele sungguh sulit, artinya jika tidak berhasil, maka tidak hanya rugi menimpa namun juga pailit akan menghampiri, maka dari itu, pada tahun 2011 lalu, dia memutuskan untuk berangkat ke Jakarta, untuk mencari nafkah. "jujur saya sangat rindu dengan keluarga, tapi ya karena tuntutan ekonomi ya mas, jadinya saya cuman bisa pulang setahun sekali kalua lagi Idul Fitri" ujarnya.
Sekarang dia bekerja di UIN, dengan gaji per bulannya sekitar Rp.1.000.000,-, namun, dia bekerja di UIN, bukan sebagai Tukang Kontrak, namun, dia bekerja di UIN sebagai Buruh kontemporer, dia bekerja di UIN akibat ikut salah seorang temannya, singkat cerita, sekarang dia bisa bekerja di UIN dengan gaji sejumlah Rp2.500.000/bulan, dengan keadaan dia tidak tau sampai kapan dia bekerja dan dia harus siap kapanpun untuk dihentikan dari pekerjaanya tersebut.
Imam Fuadi mengakui, sebenarnya mencari nafkah di kota ataupun di desa sama sama sulit, maka dari itu kita diwajibkan untuk mempunyai skill atau keahlian dibidang tertentu, agar nantinya banyak orang yang membutuhkan kita, Imam Fuadi juga menceritakan pengalaman dia, saat ia pertama kali datang ke Jakarta, waktu itu dia berangkat ke Jakarta bersama 2 temannya, mereka semua tidak mempunyai sanak saudara yang tinggal di Jakarta, akhirnya kebingunganpun melanda, akhirnya mereka menyewa kamar kos untuk sekedar tidur dan tempat tinggal sementara.
Sudah seminggu di Jakarta, namun mereka tak kunjung mendapat pekerjaan, persediaan uang merekapun menipis, segala cara untuk berhemat telah dilakukan, hingga pada akhirnya ada tawaran proyek kerja sebuah perumahan di daerah Jakarta Pusat, tanpa pikir panjang, langsung mereka ambil tawaran kerja tersebut, hingga akhirnya mereka mendapatkan gaji dari hasil jeri payahnya, dan gaji mereka langsung dibagi, mana untuk bertahan hidup di Jakarta, dan mana untuk keluarga di Kamoung Halaman.
Pucuk di Cinta Ulampun tiba, begitu peribahasa yang cocok ketika 3 orang tersebut kembali kedatangan banyak job, karena makin banyaknya pembangunan di daerah Ibu Kota ini, hingga akhirnya saat ini Imam bekerja di Proyek prmbangunan Perpustakaan dan Parkir UIN, namun sayangnya seiring berjalannya waktu, 3 orang tersebut, memiliki tempat kerja yang berbeda beda, namun sampai saat ini, mereka masih tinggal di satu tempat tinggal, rencananya mereka akan membawa keluarganya, yaitu anak dan istrinya untuk tinggal bersamanya, di tahun 2016 nanti, "ya saya bakalan bawa mereka ya mas kesini, walaupun nanti saya masih ngontrak" ujar Imam.
Selain itu, kami juga bertemu dengan Saiful Tegar, seorang kuli proyek pembangunan/pemasangan kabel PLN, Saiful Tegar, Pria kelahiran Pekalongan, 23 Mei 1975, merupkan perantau yang datang ke Jakarta pada tahun 2013, saat ini dia mempunyai 2 orang anak, dan anak-anak Saiful Tegar saat ini masih duduk di bangku SMP, mereka semua masih berada di kampong halamannya yaitu Pekalongan.
Ipul biasa Saiful Tegar dipanggil, mempunyai keahlian di bidang pengelasan, namun dia terpaksa bekerja pada proyek penggalian ini akibat himpitan ekonomi yang ada, "saya mah, yang ada apa, ya saya ambil", akhirnya kini dia bekerja di proyek pemasangan kabel PLN.
Bagi anda yang belum mengerti tentang pemasangan kabel PLN yakni, Kabel PLN memiliki 2 jenis yaitu untuk Supply listrik ke rumah-rumah warga, yakni yang biasa kita lihat, bagaimana sebuah kabel yang menjalar dari tiang listrik, ke rumah-rumah warga.
Kemudian, ada jenis yang kedua, yaitu untuk Supply dari pembangkit listrik pusat ke pembangkit listrik cabang (tiang listrik), untuk kabel jenis kedua ini, pemasangan dilakukan dengan cara penimbunan kabel, kabel diletakkan didalam tanah, itu artinya tanah harus digali dan dibuat lubang, itulah yang sering kita lihat di pinggir jalan.
 
Jadikan gambar sebaris
Proyek penanaman kabel PLN, Bukit Nusa Indah, Serua, TangSel

Pemasangan ini dinilai cukup efektif, karena dengan adanya pemasangan kabel ini, seluruh supply listrik dapat berjalan dengan baik, Karena dengan mtode penimbunan tanah, kabel akan aman dibawah tanpa takut tergigit serangga ataupun karat, karena kabel-kabel ini telah terlapisi dengan baik.
 
Namun, pada kenyataannya Pemasangan kabel PLN ini banyak menuai protes warga, karena pemasangan kabel PLN ini dinilai membawa pegaruh yang negative bagi lingkungan yang ada, menurut warga, penggalian dilakukan sedalam (+-) 3m, kemudian tanah hasil penggalian akan dibiarkan menumpuk di pinggir jalan, sehingga, jalan menjadi sempit.
Tak hanya itu, jika hujan turun, maka tanah-tanah itu akan terkena air hujan sehingga jalan jalan yang ada disekitarnya menjadi becek dan kotor, dan lebih fatalnya lagi, jika proyek ini telah usai, maka galian akan ditutup, namun penutupannya malah meninggalkan bekas, seperti gundukan atau malah turunan, sehingga permukaan jalan yang semula rata, menjadi tidak rata akibat bekas galian tersebut.
Saat ini di daerah Tangerang, bukit nusa indah, serua,  proyek penggalian tanah dan penanaman kabel ini belum juga usai, padahal proyek ini sudah berjalan mulai dari bulan lalu, setiap pagi didaerah dekat galian tidak dapat terhindarkan dari daerah macet, karena sempitnya jalan, yang hanya bisa dilalu satu arah saja (berukuran untuk 1 mobil), padahal yang melewati jalan itu bukan hanya satu atau dua mobil, namun banyak mobil ataupun motor yang berlawanan arah juga.
Menanggapi hal itu, Ipul sebagai seorang pekerja yang bekerja di Proyek tersebut, merasa tidak enak jikalau setiap hari dia melihat situasi yang ada, posisi dia saat ini hanyalah pekerja, jadi kebijakan semuanya berada ditangan atasannya, terkadang dai juga merasa jera terhadap suasana yang ada, macet, kotor namun palah daya, Ipul bukanlah siapa-siapa, dia hanyalah seseorang yang bekerja untuk proyek ini.
Ipul merupakan salah satu dari 20 orang buruh kontemporer, dia mengaku, bahwa dia digaji Rp.750.000,-/bulan, dia ikut proyek ini akibat diajak oleh saudaranya yang juga bekerja sebagai buruh kontemporer disitu, setiap hari Pukul 07.00 – 17.00 waktu bekerja mereka, biasanya mereka salalu mendapat jatah makan siang,entah itu berupa uang, ataupun makanan.
Sehari hari, Ipul bersama saudranya menginap disebuah kontrakan yang jaraknya tidak jauh dari lokasi tempat mereka bekerja, "mungkin si saya enak ya, banyak temen kerja saya disini rumahnya jauh-jauh" ujarnya, sebelumnya Ipul bekerja disebuah bengkel las, namun sekarang bengkel las itu sudah gulung tikar, akibat kebakaran yang melanda, maka tak heran jika sekarang Ipul bekerja sebagai buruh kontemporer.
Ipul tidak tahu sampai kapan di harus bekerja, ada dua kemungkinan yang terjadi, bisa saja dia diberhentikan sebelum proyek selesai, atau mungkin dia diberhentikan sampai proyek selesai, namun apapaun itu, Ipul tetap bekerja dengan gigih dan teliti, "yang saya pegang ini kabel loh mas, kalo kalo nyetrum bisa abis saya" ujarnya, resiko yang dihadapi oleh ipul cukup besar, namun begitu kami tanya tentang masalah Asuransi Keselamatan Jiwa, Ipul malah tidak mengetahui akan hal itu, yang dia tau hanyalah, proyek lancar, uang lancar, dan proyek selesai.
Saat dikampungnya pekalongan, dia sempat terjun di bidang wirausaha, yaitu menjadi distributor batik, seperti kita tahu, bahwa Pekalongan merupakan salah satu penghasil Batik yang terkenal sampai mancanegara, namun Ipul mengalami kegagalan yang bisa dikatakan hampir Pailit, saat itu banyak penjual batik yang menjadi saingan Ipul, sehingga Ipul kalah bersaing dan bangkrut, akhirnya pada tahun 2013, Ipul memutuskan untuk pergi mencari nafkah di Jakarta.
Tak hanya proyek tentang Penggalian tanah dan penanaman kabel PLN, saat ini juga sangat marak pembangunan perumahan bagaimana tidak Urbanisasi memang factor utama sebuah pembangunan dilakukan, maka kita dapat kita lihat gedug perkantoran, perumahan ataupun rumah susun, mulai dibangun, demi terpenuhinya kebutuhan infrastruktur.
Pemerintah serius dalam menangani pembangunan di negara ini, dapat kita lihat, pembangunan berjalan begitu pesatnya, Infrastuktur memang sangat penting bagi manusia, karena disitulah semua itu menjadi wadah atau tempat segala aktifitas manusia, entah itu perkantoran, apartemen atau rumah susun.
Di tahun 2015 ini, pengguna Rusun(Rumah susun) telah berkurang, mereka beralih tempat tinggal ke Perumahan ataupun Apartemen sekalipun, ini menunjukkan bagaimana pesatnya perkembangan infrastruktur yang ada, dari mulai kontrakan,rumah susun, hingga menjadi apartemen.
Maka dapat kita bayangkan seberapa banyak orang-orang yang mengambil/ikut serta dalam bisninis pembangunan tersebut, didalam bisnis tersebut pasti ada orang yang memiliki saham/tanah dan ada juga orang yang membangun (mandor,kuli dsb) keduanya saling bekerjasama agar mendapatkan keuntungan yang maksimal, seorang pemilik tanah membayar Mandor, Kuli dsb, kemudian sang Mandor/kuli dsb juga memberikan hasil yang setimpal sesuai dengan upah yang diberikan.
 
Menurut Karl Marx, menciptakan kekayaan modal, tanah, pabrik, dan mesin) terlibat dalam konflik dengan kaum proletar (kelas yang dieksploitasi, massa pekerja yang tidak memiliki alat produksi). Perjuangan sengit ini hanya dapat berakhir jika kaum pekerja bersatu dalam revolusi dan membuang rantai-rantai perbudakan mereka. Hasilnya ialah suatu masyarakat tanpa kelas, yang bebas dari eksploitasi , dalam mana manusia akan berkerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima sesuai dengan kebutuhan mereka (Marx dan Engels 1848/1967)
 
Pada kajian kali ini, kami mewawancari seorang buruh angkut di sebuah proyek pembangunan rumah dua lantai di daerah Tangerang, beliau bernama Widodo, Pria kelahiran Kebumen Jawa Tengah ini mengaku telah lama menjalankan profesi sebagai buruh angkutan muat di Proyek rumah milik bapak Slamet Widodo, Waluyo berurbanisasi sejak tahun 2012 lalu, dia mengaku saat itu dia diajak oleh rekannya untuk mencari pekerjaan di Jakarta.
Sebelumnya, dia bekerja sebagai petani di Kebumen, namun saat itu yang dia garap lahan pertaniannya bukan merupakan Sawah dia, namun sawah orang lain, ternyata makin hari Waluyo semakin sepi pelanggan, jasa Waluyo untuk menggarap sawah sudah tidak terpakai lagi, bukan karena hasil garapan Waluyo jelek atau kurang memuaskan, namun semakin hari orang-orang desa semakin rajin menggarap Sawahnya sendiri, akibatnya jasa Waluyo tidak dibutuhkan lagi.
Waluyo memiliki satu anak perempuan yang sekarang masih duduk di kelas 3 SD, Saat jasa Waluyo untuk menggarap sawah tidak dibutuh kembali, Waluyo kebingungan untuk mencari pekerjaan, kesana kemari, akhirnya Waluyopun bertemu dengan temannya yang bernama Singgih, kemudian rekannya itu mengajaknya untuk ke Jakarta, akhirnya Singgih dan Waluyo berangkat ke Jakarta.
Waluyo bercerita, sesampainya di Jakarta dia diajak ketempat tinggal saudara  Singgih, merekapun singgah beberapa hari sampai mendapatkan pekerjaan, tak lama setela itu, mereka mendapat panggilan kerja, saat itu dia mendapatkan pekerjaan di proyek pembangunan/renovasi terminal Kampung Rambutan, karena saat itu suasana menjelang lebaran, akhirnya banyak yang harus direnovasi.
     Setelah Waluyo dan singgih mendapatkan gaji pertamanya, akhirnya merekapun memutuskan untuk pergi dari rumah saudanya itu, karena dia sadar betul selama ini mereka hanya menumpang, setelah itu merka mencari kontrakan dan akhirnya merekapun dapat kontrakan yang tidak begitu besar, namun nyaman.
Hampir satu bulan ini mereka berdua tak kunjung mendapatkan suatu pekerjaan, hingga akhirnya mereka mencari cari pekerjaan itu, singkat cerita akhirnya mereka bertemu dengan bapak Slamet Widodo pemilik rumah yang sedang dalam pembangunan, akhirnya mereka pun ditempatkan di bagian bongkar muat.
Sudah hampir 2 bulan rumah tak kunjung selesai, pembangunan rumah terhambat akibat Surat Izin Mendirikan Bangunan dinilai Ilegal, bangunan tersebutpun kin disegel, namun itu semua tidak berlangsung lama, karena kesalahan ternyata ada pada pemilik tanah sebelumnya, akhirnya pembangunan dapat dimulai kembali.
Saat kami turun lapangan, kami hany mewawancarai Waluyo, saat itu rekannya SInggih sedang pergi keluar untuk membeli peralatan bangunan.
Jadikan gambar sebaris
Waluyo, sedang membongkar muat Pasir dari Mobil ke halaman rumah
Saat kami bertanya, "sampai kapan bapak bekerja untuk Pak Waluyo? Apakah akan sampai proyek ini selesai? Atau mungkin sebelumnya", Waluyo menjawab "saya ya ndak tau ya mas, soalnya saya waktu itu sama temen saya singgih, masuk kerja ya tinggal masuk, ngga ada perjanjian apa-apa, yaa kalo saya ya yang penting dibayar, ya saya bakalan tetep kerja" jawabnya. Dalam sekali bongkar muatan dia dibayar Rp.100.000,- dalam sehari, ada 2-3 bongkar muatan.
 
KESIMPULAN
    
Dapat kita simpulkan, bahwa Urbanisasi adalah kunci utama para masyarakat desa  mendapatkan sesuatu yang lebih, entah itu uang, pekerjaan atau mungkin pendidikan, jumlah masyarakat Ibu Kota setiap tahunnya bertambah, apalagi setelah mudik atau lebaran tiba, kebanyakan berbondong bondong membawa sanak saudara atau mungkin kerabat, sehingga mereka akan bertumpahruah dimana saja, padahal jika mereka sadari, lebih baik mereka kembangan potensi yang ada di desa mereka atau mungkin mereka membangun desa mereka menjadi lebih baik, cara ini sungguh lebih baik daripada mereka memilih untuk pergi ke Jakarta, lagipula di Jakarta, mereka juga belum tentu mendapatkan lapangan pekerjaan yang baik.
Kebanyakan dari mereka memilih menjadi buruh Kontemporer, ya buruh yang tidak memiliki suatu kontrak kerja yang jelas, yang penting bagi mereka adalah bayaran tepat waktu, namun tanpa mereka sadari, pekerjaan mereka sangat beresiko, mereka juga butuh kontrak, mereka juga butuh jaminan, mereka juga butuh asuransi kerja, itulah yang terkadang dilupakan oleh mereka, karena jika saja mereka celaka dalam bekerja sedangkan mereka tidak mempunyai Asuransi atau jaminan apapun, maka siapa yang akan menanggung anak-anak dan istri mereka, itulah pentingnya sebuah kontrak atau ikatan kerja.
Pengertian sosiologi menurut max weber yakni sociology is a science which attempts the interpretive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88) Definisi tersebut dapat diterjemahkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mengupayakan pemahaman interpretatif suatu tindakan sosial dalam rangka untuk sampai pada penjelasan sederhana menyangkut sebab dan akibatnya.  

Sebab-sebab mereka semua menjadi buruh kontemporer disebabkan karena mereka memiliki himpitan Ekonomi, ada yang kalah di persaingan pasar, ada juga yang bangkrut dan ada juga yang jasanya sudah tidak digunakan lagi, ini semua menuntut diri seseorang untuk melakukan hal yang lebih, dengan segala ekspektasi yang ada, manusia akan tertuntut untuk menjadi pribadi yang lebih, mengasah skill, membangun mental, itulah hal-hal yang akan timbul setelah keberanian tinggi itu datang.

DAFTAR PUSTAKA

 1. Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern (Edisi Ketujuh). Jakarta: Prenadamedia Group
  2. Soekanto, S. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
       3. J. Dwi Narwoko, Sosiologi, Teks Pengantar & Terapan (Jakarta: Prenada Media, 2004)
    4.M. Setiadi.Elly, Usman Kolip.2001.Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala             permasalahan sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.
 
 


Cari Blog Ini