Minggu, 23 September 2012

M.Hidayatul Munir Tugas:ke 3 (Sosiologi Agama)

Nama:M.Hidayatul Munir Kelas : KPI E NIM   :1112051000131 Tugas:ke 3 (Sosiologi Agama) Judu:Sosiologi Karl Mark                               1.Pertentangan kelas                  Mark sering menggunakan istilah kelas di dalam tulisannya,karena kelas didefinisikan sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik,maka kondep ini berbeda-beda baik secara teoretis maupun historis. Sebelum mengidentifikasikan sebuah kelas,diperlukan suatu teori tentang di mana suatu konflik berpotensi terjadi dalam sebuah masyarakat.Richard Miller menyatakan bahwa tidak ada aturan yang pada prinsipnya bias digunakan untuk mengelompokan orang di dalam masyarakat tanpa mempelajari interaksi-interaksi dan antara proses-proses politis dan cultural disisi lain.                 Bagi Marx sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain.Tanpa kesadaran ini disebut Marx dengan suatu kelas dalam dirinya.namun kretika menyadari maka terbentuknya kelas yang sebenarnya untuk dirinya.                 Ada dua macam kelas yang ditemukan MARX KETIKA MENGANALISIS kapitalisme  borjuis dan proletar.Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern yang memiliki alat-alat produksi dan pekerja upahan.Konflik antara borjuis dan proletar adalah contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya.               Marx mengakui bahwa konflik kelas sering disebabkan oleh bentuk-bentuk lain dari stratifikasi,seperti etnis,ras,gender,dan agama dan Marx tidak menjadikan sesuatu ini yang utama.walaupun karya teoritisnya memperhatikan dua kelas ini.yang paling penting adalah kelas borjuis bawahan –bawahan –pengusaha took-toko kecil yang memperkerjakan sedikit pekerja dan lumproletariat-proletar yang siap menjual habis kepada kapitalis.Bagi Marx kelas-kelas lain hanya bisa dipahami di dalam term hubungan-hubungan mendasar antara borjuis dan proletariat.   2.Agama Sebagai Candu                Agama.Marx juga melihat agama sebagai ideology.Dia merujuk pada agama sebagai candu masyarakat,namun sebaiknya kita simak seluruhnya:                                                                                                                                 Marx percaya bahwa agama seperti halnya ideology,merefleksikan suatu kebenaran,namun terbalik.Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh system kapitalis,maka mereka diberikan suatu agama.Marx dengan jelas dia tidak menolak agama.                       Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya.Agama adalah nafas lega makhluk yang tertindas,hatinya dunia yang tidak punya hati,spiritnya kondisi yang tanpa spirit.Agama sebagai candu Masyarakat.                                                                                                                              3.Ideologi            Perubahan-perubahan yang penting untuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi tidak hanya cenderung dicegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis,tetapi juga oleh relasi-relasi pendukung,instituisi,dan khususnya,ide-ide umum.Ketika ide-ide umum menunjukan fungsi ini,Marx memberikan nama khusus terhadapnya ideology.           Ketika gangguan gangguan muncul dan kontradiksi material mendasar terungkap,tipe kedua ideologi muncul .Disini Marx menggunakan istilah ideology untuk merujuk kepada system aturan ide-ide yang menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang berada di pusat system kapitalis.Pada kebanyakan kasus mereka melakukan hal ini dengan salah satu tiga cara tersebut: 1)Mereka menghadirkan suatu system ide-sistem agama,filsafat,literature,hokum yang menjadiakan kontradiksi koheren 2)Mereka menjelaskan pengalaman-pengalaman tersebut yang mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi. 3)Mereka menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai yang benar-benar suatu kontradiksi pada hakikat manusia  dan hal ini tidak bisa dipenuhi oleh perubahan social.  4.Mode Produksi                                                Di dalam proses produksi social yang dilakukannya,manusia memasuki relasi-relasi tertentu yang niscaya dan tidak bergantung pada keinginan mereka.Relasi-relasi produksi ini tergantung pada suatu langkah tertentu dari perkembangan kekuatan produksi material mereka.Kekuatan tersebut adalah alat-alat yang actual,mesin,mesin,pabrik-pabrik,dan seterusnya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.             Relaksi-relaksi produksi merujuk kepada jenis asosiasi atau perkumpulan yang diciptakan manusia satu sama lain didalam kebutuhan mereka.Totalitas hubungan-hubungan produksi ini membentuk struktur ekonomi masyarakat,yang m,erupakan pondasi sebenarnya dari suatu superstruktur hokum dan politik yang berhubungan satu banding satu dengan bentuk kesadaran social yang jelas.          Dari bentuk-bentuk perkembangan kekuatan produksi ini,relasi-relasi tersebut berubah menjadi kendala-kendala yang mengikat.setelah itu muncullah suatu periode revolusi social.Ketika fondasi ekonomi mengalami perubahan,keseluruhan superstruktur juga mengalami perubahan yang lebih kurang sama. I      

Tugas Demografi 2

Bab III
Sejarah Perkembangan Penduduk Dunia Dan Indonesia
"Said Rusli"
·         Keseimbangan Lama Dan Baru
Keseimbangan lama ( old equilibrium ) dari perkembangan penduduk adalah ketika reit kematian dan kelahiran penduduk suatau wilayah masing – masing berada pada tingkat yang tinggi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat lambat, bahkan untuk sebagian besar priode, jumlah kelahiran tidak banyak berbeda dengan jumlah kematian. Frekuensi reit kematian yang besar sering terjadi sementara reit kelahiran relative stabil pada tingkat yang tinggi.
Dewasa ini hampir tidak ada Negara yang berada pada kseimbangan lama, namun masih ada masyarakat yang tergolong mempunyai reit kematian relative tinggi seperti Negara – Negara tertentu di Afrika barat dan Afrika tengah.
Sehubung dengan reit kelahiran dan kematian, Perserikatan Bangsa – Bangsa ( PBB ) mengklasifikasikan penduduk dalam tipe – tipe : Kelahiran tinggi – kematian tinggi, kelahiran tinggi – kematian cukup tinggi/ sedang menurun, kelahiran tingi – kematian rendah, kelahiran sedang menurun – kematian rendah, dan kelahiran rendah – kematian – rendah.
Dalam pada itu, Borrie membedakan masyarakat ke dalam tiga tipe : masyarakat yang tidak mengontrol fertilitas atau mortalitas secara efisien, masyarakat yang tidak mengontrol fertilitas akan tetapi sedang mengalami penurunan reit kematian, dan masyarakat yang mengontrol fertilitas dengan cara yang sangat efisien dan mempunyai harapan hidup rata – rata yang panjang.
Reit kematian dan kelahiran kasar pada keseimbangan lama berkisar pada 45per seribu penduduk. Dewasa ini, suatu reit kematian kasar diatas dari 30 per seribu penduduk telah dipandang sangat tinggi.

·         Angka – angka Perkembangan Penduduk Dunia Pada Berbagai Periode
Seperti telah dikemukakan, fase perkembangan penduduk dunia yang sangat lamban berjalan untuk jangka waktu yang sangat lama. Bagi hampir keseluruhan priode adanya manusia dibumi, reit perkembangan penduduk tahunan dunia hampir – hampir mendekati nol. Sejak munculnya manusia hingga masa permulaan sejarah, reit perkembangan penduduk tahunan dunia mungkin hanya sekitar 0,002 % per tahun atau 20/juta pertahun, suatu reit perkembangan yang memerlukan waktu sekitar 35.000 tahun agar penduduk dunia pada massa itu menjadi dua kali lipat.
Kemajuan pesat dalam perkembangan jumlah manusia parallel dengan penemuan – penemuan besar yaitu penemuan sistem pertanian, mulai kehidupan perkotaan dan perdagangan, penegndalian kekuatan – kekuatan non manusiawi, dan revolusi teknologi.
Perkembangan penduduk yang sangat cepat sedang terjadi dinegara – Negara berkembang. Namun kecuali dikawasan Afrika reit perkembangan penduduk tahunan di Negara – Negara secara keseluruhan tampak agak menurun pada priode 1980-an dibandingkan dengan pada priode 1970-an dan terus menerus hingga sekitar 1,2% per tahun pada tahun 2010.
Dikawasan Negara – Negara berkembang tidak saja menonjol cirri reit perkembangan penduduk yang cepat, tetapi juga dikawasan ini dijumpai sejumlah Negara raksasa ditinjau dari segi jumlah pendudu. Sekitar 71% penduduk dunia bertempat tinggal dinegara – negra berkembang.

·         Perkembangan Penduduk Jawa Abad – 19
Di Indonesia sekalipun untuk jawa informasi atau data demografi abad ke – 19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang sangat dasar seperti angka – angka jumlah penduduk sering merupakan sumber perdebatan.
Alasan – alasan terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat dijawa berkisar pada.
1.      Terjadinya perbaikan tingkat hidup penduduk pribumi
2.      Meluasnya pelayanan kesehatan, bukti konkretnya adalah introduksi vaksinasi cacar
3.      Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah.
Perkembangan penduduk dihubungkan dengan meningkatnya pengaruh sistem pemerintah colonial belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan. Ungkapan – ungkapan seperti ekspansi statis dan kemiskinan berbagi, patut pula disebut dalam rangka memahami perkembangan penduduk jawa.
·         Penduduk Indonesia Masa Kini
Dalam masa 80 tahun terakhir antara tahun 1930 – 2010, jumlah penduduk Indonesia telah menjadi hampir empat kali lipat. Secara keseluruhan bagi Indonesia, reit perkembangan penduduk yang sebelumnya 1,5% pertahun dalam periode 1930 – 1961, meningkat menjadi 2,1% pertahun dalam periode 1961 – 1971, dan meningkat lagi menjadi 2,3% pertahun pada periode 1971- 1980. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di Indonesia dalam jangka waktu lima decade hingga tahun 1980. Kemudian terjadi penurunan pada periode 1980 – 1990 dan periode 1990 – 2000 masing – masing menjadi 2,0% pertahun dan 1,4% pertahun.
Rendy Saputra
PMI 5

E.Durkheim_Avissajnr1B_Tugas 2

I.        Fakta Sosial (Emile Durkheim 1858 - 1917)

Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting dan kemudian diujinya melalui studi empiris. Dalam The Rule of Sociological Method (1895/1982), Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang disebut sebagai fakta – fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan (forces) (Takla dan pope, 1985) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Studi tentang kekuatan dan struktur berskala luas ini, misalnya hukum yang melembaga dan keyakinan moral bersama dan pengaruhnya terhadap individu menjadi sasaran studi banyak teoritis sosiologi dikemudian hari (misalnya Parson). Dalam bukunya yang berjudul Suicide (1897/1951), Durkheim berpendapat bahwa bila Ia dapat menghubungkan perilaku individu seperti bunuh diri itu dengan sebab – sebab sosial (fakta sosial), maka Ia akan dapat menciptakan alasan meyakinkan tentang pentingnya disiplin sosiologi. Tetapi Durkheim tak sampai menguji mengapa individu A atau B melakukan bunuh diri. Ia lebih tertarik terhadap penyebab yang berbeda – beda dalam rata – rata perilaku bunuh diri dikalangan kelompok, wilayah, negara dan dikalangan golongan individu yang berbeda, misalnya antara orang yang kawin dan lajang). Dalam The Rule of Sociological Method ia membedakan antara dua tipe fakta sosial yaitu material dan non material. Meski Ia membahas keduanya, tetapi perhatian utamanya lebih tertuju pada fakta sosial non material (misalnya kultur, institusi sosial) ketimbang pada fakta sosial material (misalnya birokrasi, hukum). [1]

II.      Pembagian Kerja

Perhatiannya terhadap fakta sosial non material ini jelas dalam karyanya paling awal, The Division of Labor in Society (1893/1964). Dalam buku ini perhatiannya tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau modern. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial non material, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama atau oleh apa yang disebut sebagai kesadaran kolektif yang kuat. Tetapi karena kompleksitas masyarakat modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah menurun. Ikatan utama dalam masyarakat modern adalah pembagian kerja yang mengikat orang yang satu dengan orang lainnya dalam hubungan saling ketergantungan. Tetapi menurut Durkheim , pembagian kerja dalam msayarakat modern menimbulkan beberapa patologi (pathologies). Dengan kata lain, divisi kerja bukan metode yang memadai yang dapat membantu menyatukan masyarakat. Kecenderungan sosiologi konservatif Durkheim terlihat ketika Ia menganggap revolusi tak diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurutnya, berbagai reformasi dapat memperbaiki dan menjaga sistem sosial modern agar tetap berfungsi.

III.    Agama

Dalam  karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious Life (1912/1965), Emile Durkheim memusatkan perhatian pada bentuk terakhir fakta sosial non material,yakni agama. Dalam karya ini, Durkheim membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Durkheim yakin akan dapar menemukan akar agama dengan membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang masyarakat modern yang kompleks. Temuannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Durkheim mendefinisikan agama sebagai berikut :" a religion is a unified system of beliefs and practices relative to sacred things, that is to say, things set apart and forbidden – beliefs and practices which unite into a single moral community called a church, all those who adhere to them." (Suatu agama adalah sebuah sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan hal – hal yang dianggap sakral, yaitu hal – hal yang dipisahkan dan dilarang – kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yaitu berdasarkan nilai – nilai bersama yang disebut umat). Masyarakatlah yang menentukan bahwa sesuatu yang bersifat sakral dan yang lainnya bersifat profan, khususnya dalam kasus yang disebut totemisme. Akhirnya, Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama adalah satu dan sama. Agama adalah cara masyarakat memperlihatkan dirinya sendiri dalam bentuk fakta sosial non material.[2][3]

IV.      Fungsionalisme dan Emile Durkheim

Sebagai ahli waris tradisi pemikiran sosial Perancis, khususnya ajaran organisme yang dilancarkan oleh Comte, tidaklah terlalu mengherankan jika hasil karya Emile Durkheim terpengaruh terminologi organismik. Dalam bukunya The Division of Labor, Durkheim melancarkan kritik terhadap Spencer, namun hasil karya sesudahnya sangat terpengaruh oleh aliran biologis dalam situasi intelektual abad ke – 19. Asumsi – asumsi dasar Durkheim mencerminkan pokok – pokok pikiran mereka yang sangat terpengaruh oleh aliran organisme, yaitu:

A.   Masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri yang dapat dibedakan dari bagian – bagiannya. Masyarakat juga tidak dapat dihabiskan ke dalam bagian – bagiannya. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu keseluruhan.

B.    Bagian – bagian suatu sistem dianggap memenuhi fungsi – fungsi pokok, maupun kebutuhan sistem secara keseluruhan.

C.    Kebutuhan pokok suatu sistem sosial harus dipenuhi untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal atau patologis.

D.   Setiap sistem mempunyai pokok – pokok keserasian tertentu yang segala sesuatunya akan berfungsi secara normal.[4]

V.        Teori Anomali

Menurut Emile Durkheim, Anomali adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan – subkebudayaan dengan kenyataan sehari – hari dalam masyarakat. Indikasinya adalah seakan – akan masyarakat tidak mempunyai  aturan – aturan yang dijadikan pegangan atau pedoman untuk ditaati bersama. Dengan kata lain, anomali adalah penyimpangan dimana kebudayaan masyarakat telah mengalami kekacauan.

Contoh : Indonesia pada era Reformasi

Untuk menaklukan krisis moral ini, Durkheim sendiri yakin bahwa orang harus membentuk pengelompokan – pengelompokan profesional baru, korporasi baru yang mempertautkan seluruh pekerjaan yang berkolaborasi dalam sektor kehidupan[5] ekonomi: " Jika anomie itu sebuah kejahatan, itu semata – mata karena masyarakat memang menderita, dan mereka tidak dapat hidup tanpa kohesi dan keteraturan. Agar anomie itu bisa diakhiri, maka harus ada atau harus dibentuk satu kelompok yang bisa berbentuk sistem peraturan yang faktanya memang masih kurang memadai. Masyarakat politik secara keseluruhan ataupun negara sebenarnya tidak bisa dibangun dari fungsi ini; kehidupan ekonomi, karena bersifat sangat khusus dan setiap hari mengalami spesialisasi, mulai terlepas dari kompetensi dan tindakannya. Aktivitas sebuah profesi hanya bisa diatur secara efektif oleh sebuah kelompok yang cukup dekat dengan profesi itu, baik untuk mengenali fungsinya, untuk merasakan segala kebutuhan dan kemampuan untuk mengikuti seluruh variasinya".

Orang boleh saja meragukan penyelesaian ini, yang jadi masalah hanya tidak ada peraturan ekonomi yang bisa mengarah paa perang sosial dan kesengsaraan moral.



[1] Ritzer,George;J.Douglas.2011.Teori Sosiologi Modern Edisi keenam.Jakarta:Kencana.

[2] Ritzer,George;J.Douglas.2011.Teori Sosiologi Modern Edisi keenam.Jakarta:Kencana.

 

[3] Narwoko,J.Dwi;Suyanto,Bagong.2007.Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan.Jakarta:Kencana.

[4] Soekanto, Soerjono.2011.Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi.Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada.

[5] Anthony Giddens,Daniel Bell etc.2001.Sosiologi dan Berbagai Pemikirannya.Bantul:Kreasi Wacana Offset

CORRI PRESTITA ISHAYA_ JURNALISTIK 1 A

Teori Sosiologi Menurut Karl Marx
 
 
Pertentangan Kelas
Menurut Marx, konsepsi tentang masyarakat adalah dasar atau fundamental masyarakat terletak pada kehidupan materiilnya. Dengan bekerja manusia menghasilkan (berproduksi) untuk dirinya sendiri dan masyarakat. Jadi " dalam ekonomi politik kita bisa menemukan anatomi masyarakat sipil".struktur ekonomi masyarakat merupakan " fondasi riil yang menjadikan jawaban atas bentuk- bentuk kesadaran social yang telah ditentukan". Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksitensi, malahan " sebaliknya eksistensi sosiallah yang menentukan kesadaran mereka ". Bagi Marx, sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Ketika mereka menyadari konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya, suatu kelas untuk dirinya.
Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalisme; borjuis dan proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan memperkejakan pekerja upahan. Konflik antara kelas borjuis dan kelas proletar contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya. Tidak ada satupun kontradiksi-kontradiksi ini yang bisa diselesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai perubahan tersebut tercapai, kontradiksi makin memburuk. Masyarakat akan berisi pertentangan dua kelas besar yang berlawanan. Kompetensi dengan toko-toko besar dan rantai monopoli akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan independen; mekanisme akan menggantikan buruh tangan yang cekatan. Semua orang yang digantikan ini akan terpaksa turuun kelas menjadi proletariat. Marx menyebut pembengkakan yang tak terelakkan di dalam jumlah proletariat ini dengan proletarianisasi. Di dalam situasi ini, Marx meramalkan suatu situasi di mana masyarakat akan terdiri dari secuil kalangan kapitalis, eksploitatif, dan kelas proletariat serta "tentara cadangan" industri yang sangat besar. Dengan mereduksi banyak orang ke dalam kondisi ini, kapitallisme menciptakan masa yang akan membawanya keoada keruntuhan. Makin terpusatnya kerja pabrik, sebagaimana kepulihannya, memperhebat kemungkinan resistensi yang terorganisasi tehadap kapitalisme. Kemudian dari pada itu, hubungan internasional pabrik-pabrik dan pasar-pasar menganjurkan para pekerja untuk menyadari lebih dari sekedar kepentingan lokal mereka sendiri. Inilah yang  akan membawa pada revolusi.
Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak hanya menyebabkan revolusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern. Pada level ekonomis, Marx memprediksikan suatu rangkaian ledakan dan depresi yang disebabkan oleh produksi yang berlebihan oleh kapitalis dan pemecatan para pekerja demi meningkatkan keuntungan mereka. Sedangkan pada level politis, Marx memprediksikan peningkatan ketidakmampuan suatu masyarakat sipil untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan sosial. Bahkan, kita akan melihat pertumbuhan suatu wilayah yang hanya bertujuan untuk melindungi milik pribadi kapitalis dan suatu intervensi yang kadang-kadang berutal ketika kekerasan ekonomi oleh kapitalis mengalami kegagalan.  
 
 
 
Modal produksi

Modal produksi merupakan gabungan antara kekuasaan produksi (forces of production) dan hubungan produksi (relation of production).  Unsur hubungan produksi disini menunjuk pada hubungan institusional atau hubungan sosial dalam masyarakat yang pada artinya menunjuk pada struktur sosial.
Antara:  Produksi subsisten, yaitu usaha pertanian tanaman pangan dimana hubungan produksi terbatas dalam keluarga inti dan hubungan antara pekerja bersifat egaliter.
2.       Produksi komersialis, yaitu usaha pertanian ataupun luar pertanian yang sudah berorientasi pasar dimana hubungan produksi menunjuk pada gejala eksploitasi surplus melalui ikatan kekerabatan dan hubungan sosial antara pekerja yang umumnya masih kerabat bersifat egaliter namun kompetitif.
3.       Produksi kapitalis, yaitu usaha padat modal berorientasi pasar dimana hubungan produksi mencakup struktur buruh-majikan atau tenaga kerja-pemilik modal. Marx melihat pada modal produksi kapitalis bersifat labil dan pada akhirnya akan hilang. Hal ini disebabkan pola hubungan antara kaum kapitalis modal dan kaum buruh bercirikan pertentangan akibat eksploitasi besar-besaran oleh kaum kapitalis. Kaum buruh merupakan kaum proletar yang kesemuanya telah menjadi "korban" eksploitasi kaum borjuis. Marx meramalkan akan terjadi suatu keadaan dimana terjadi kesadaran kelas di kalangan kaum proletar. Kesadaran kelas ini membawa dampak pada adanya kemauan untuk melakukan perjuangan kelas untuk melepaskan diri dari eksploitasi, perjuangan ini dilakukan melalui revolusi.
Cara produksi dari sebuah masyarakat berupa " tenaga kerja produksi" (manusia, mesin, dan teknik) dan "hubungan produksi" (perbudakan,system bagi hasil, system kerajinan tangan, bekerja upahan). Cara produksi ini membentuk 'kaki penopang' yang menyangga suprastruktur politik, yuridis, dan ideologys masyarakat. Perubahan landasan ekonomi disertai semacam kekacauan cepat atau lambat pada bangunan. Namun kadangkala bersifat ambigu. Dalam menghadapi aliran "ideology" Marx memperthanakan pendapatnya tentang materialism dalam hal prinsip dengan rumusan yang begitu meyakinkan. Bergantinya suatu cara produksi lain menimbulkan kontradiksi- kontradiksi ekonomi, dan ini mengakibatkan pertarungan kelas. Dalam manifeste du parti communiste materialism dianggap tak kenal ampun dan determinisme dipandang begitu kuat. Lalu Marx mengembangkan konsep "dialektika" transformasi social. 


 
Ideologi

Selanjutnya dalam teori sosiologi ini berhubungan dengan ideologi. Marx menempatkan ideology sebagai keseluruhan ide yang dominan dan diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok social dalam bingkai superstruktur masyarakat. Ideologi ini dikondisikan oleh bingkai atau batasan ekonomi dan menjadi semacam refleksi atas bingkai itu. Dengan demikian kaum borjuis yang semakin menanjak telah menentukan pemikiran- pemikiran tentang kebebasan, hak asasi manusia, kesetaraan dihadapan hukum (hak), dalam bingkai pergulatan menghadapi orde atau tatanan lama. Mereka ini cenderung memindahkan apa- apa yang menjadi ekspresi kepentingan kelasnya menjadi nilai- nilai yang universal. Marx juga memiliki sebuah teori tentang ideology sebagai alienasi. Konsep Alienasi memiliki makna yag mendasar yaitu penghancuran proses produktif alamiah mencapai titik puncaknya dalam kapitalisme. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah struktur ( atau lebih tepatnya serangkaian struktur) yang membuat batas pemisahan antara seorang individu dan proses produksi, prodksi yang diproses oleh orang lain, dan akhirnya juga memisahkan diri individu itu sendiri. Maka terjadilah pertentangan social uang dimana kapitalisme itu telah berkembang menjadi dua kelas.
Dimana kapitalis menguasai proses produksi, produk, dan jam kerja orang yang bekerja untuk mereka. Disini Marx menggunakan istilah ideologi untuk merujuk keada sistem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusaha menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang berada di pusat sistem kapitalis. Pada kebanyakan kasus, mereka melakukan hal ini dengan salah satu dari tiga cara berikut:
a.     Mereka menghadirkan suatu sistem ide, sistem agama, filsafat, literature, hukum yang menjadikan kontradiksi-kontradiksi tampak koheren,
b.    Mereka menjelaskan pengalaman-pengalaman tersebut yang mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi, biasanya sebagai problem-problem personal atau keanehan-keanehan individual, atau
c.    Mereka menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai yang benar-benar menjadi suatu kontradiksi pada hakikat manusia dan oleh karena itu satu hal yang tidak bisa di penuhi oleh perubahan sosial.
 
 
 
 
Agama
 
Marx melihat agama sebagai ideologi. Dia merujuk agama sebagai candu masyarakat, namun berikut adalah kutipan catatan Marx:

"Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarya. Agama adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat (marx, 1843/1970)."

Marx percaya bahwa agama seperti halnya ideologi merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
Bentuk keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga melihat bahwa gerakan-gerakan keagamaan sering berada digarda depan dalam melawan kapitalisme. Meskipun demikia, Marx merasa bahwa agama khusunya menjadi bentuk kedua ideologi dengan menggambarkan ketidak adilan kapitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat. Dengan cara ini, teriakan orang-orang tertindas justru digunakan untuk penindasan selanjutnya. Agama memberikan pembebasan dari penindasan yakni dengan sikap pasrah. Inilah yang disebut oleh Marx sebagai sifat fetisisme dengan merujuk pada benda-benda material yang memiliki kekuatan supranatural. Marx mengatakan bahwa fetisisme agama itu muncul ketika ilusi-ilusi dalam kehidupan diangkat menjadi doktrin yang mau tidak mau harus ditaati oleh setiap individu. Fetisisme ini akan melahirkan apa yang disebut oleh Marx sebagai 'harapan semu orang tertindas.' Fetisisme agama membuat masyarakat tidak mampu bergerak dengan leluasa untuk membebaskan dirinya dari cengkeraman kemiskinan. Ini yang semakin memantapkan keyakinan Marx yang menyebut agama tidak lain sebagai candu masyarakat.
 
 

Andre Anang Pratama (Jurnalistik 1 A)

PANDANGAN SOSIOLOGI KARL MARX
Oleh:
Andre Anang Pratama (Jurnalistik 1 A)
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ayahnya, seorang pengacara, menafkahi keluarganya dengan relative baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari keluarga pendeta Yahudi (rabbi). Tetapi karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, universitas yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan guru-guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikiran kritis. Gelar doktor Marx didapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian. Setelah tamat ia menjadi penulis sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian ditutup oleh pemerintah. Esai-esai awal yang diterbitkan dalam periode ini mulai mencerminkan sebuah pendirian yang membimbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esia itu secara bebas ditaburi prinsip-prinsip demokrasi, kemanusiaan dan idealisme awal. Ia menolak keabstrakan filsafat Hegelian. Dalam menolak gagasan aktivis ini, Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidupnya sendiri:
Upaya praktis, bahkan dengan mengerahkan massa sekalipun, akan dijawab dengan meriam saat upaya itu dianggap berbahaya. Tetapi, gagasan yang dapat mengalahkan intelektual kita dan yang menaklukan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kesadaran kita, merupakan belenggu-belenggu dimana seseorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengan menyerah kepadanya (Marx, 1842/1977:20).
Marx menerbitkan sejumlah karya yang sukar dipahami (kebanyakan belum diterbitkan) termasuk The Holy Family dan The German Ideology (ditulis bersama Engels) dan ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi makin meningkat. Tahun 1849 ia pindah ke London dan mengingat kegagalan revolusi politik tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralih ke kegiatan riset yang lebih rinci tentang peran system kapitalis. Dalam studi tersebut menghasilkan 3 jilid buku das capital. Jilid pertama diterbitkan tahun 1867; kedua jilid lainnya diterbitkan sesudah ia meninggal. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik bergabung dengan "The International", sebuah gerakan buruh internasional. Dengan masuk ke dalam gerakan tersebut ia mendapat popularitas baik sebagai pimpinan intenasional maupun sebagai penulis das kapitalis. Perpecahan gerakan internasional tahun 1876 kegagalan berbagai gerakan revolusioner dan penyakit-penyakit akhirnya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881, anak perempuannya 1882 dan Marx sendiri wafat tahun 1883.
BERIKUT BEBERAPA TEORI KARL MARX:
1.     PERTENTANGAN KELAS
Marx sering memakai istilah pertentangan kelas di dalam tulisan-tulisannya, tetapi dia belum pernah mendefinisikan secara sistematis apa yang ia maksud tentang istilah ini. Biasanya dia menggunakannya hanya untuk menyatakan sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi. Namun, hal ini belumlah merupakan deskripsi yang sempurna dari istilah kelas sebagaimana yang di gunakan Marx. Kelas bagi Marx, selalu di definisikan berdasarkan potensinya terhadap konflik. Individu-individu membentuk kelas sepanjang mereka berada didalam suatu konflik biasa dengan individu-individu yang lain tentang nilai surplus. Didalam kapitalisme terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah para buruh dengan para buruh yang kerja mereka diubah kembali menjadi nilai-nilai surplus. Konflik inheren inilah yang membentuk kelas-kelas (ollman, 1976). Karena kelas disefinisikan sebagai sesuatu yang menimbulkan konflik, maka konflik ini berbeda-beda baik secara teoritis, maupun sevara historis. Sebelum mengidentifikasi sebuah kelas, diperlukan suatu teori tentang dimana suatu konflik berpotensi terjadi dalam sebuah masyarakat.
Bagi Marx, sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Tanpa kesadaran ini, mereka hanya akan membentuk apa yang disebut Marx dengan suatu kelas didalam dirinya. Ketika merekamenyadari konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya, suatu kelas untuk dirinya. Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalisme, yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis, merupakan nama khusus untuk para kapitalis ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan mempekerjakan pekerja upahan. Konflik antar kelas borjuis dan proletar adalah contoh lain dari kontradiksi antara kerja dan kapitalisme. Tidak satupun dari kontradiksi-kontradiksi ini yang bisa diselesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai perubahan tersebut tercapai, kontradiksi semakin memburuk. Masyarakat akan semakin berisi pertentangan dua kelas besar yang berlawanan. Kompetisi dengan toko-toko besar dirantai monopoli akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan independen, mekanisasi akan menggantikan buruh tangan yang cekatan, dan bahkan beberapa kapitalis akan ditekan melalui cara-cara ampuh untuk monopoli, misalnya melakukan merger. Semua orang yang digantikan ini akan terpaksa turun kelas menjadi proletariat. Marx menyebut pembengkakan yang tak terelakkan didalam jumlah proletariat ini dengan proletarianisasi.
Menurut Marx, usaha-usaha pemenuhan untuk mendapatkan sarana-sarana produksi tidak selalu menjadi penyebab pertikaian antar kelas karena sebenarnya tiap golongan masyarakat mempunyai karakteristik yang dapat menimbulkan konflik antar golongan atau kelas. Ada tiga masyarakat yang dibedakan berdasarkan peranannya dalam sistem produksi dengan faktor produksi yang dikuasai yaitu kelas pemilik tanah(land owner) yang sumber pendapatannya dari pemasukan upah, laba, dan semua tanah, pemilik modal (alat-alat produksi dan sumber-sumber daya alam), dan pekerja.
Marx sangat terkenal dengan dialektika materialistik dan dialektika historisnya. Kekuatan yang mendorong manusia dalam sejarah yaitu cara manusia berinteraksi dengan manusia lain dalam perjuangan yang abadi untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pandangan Marx tentang manusia yaitu bahwa manusia sesungguhnya merupakan makhluk(binatang) yang tidak akan pernah merasa puas. Keinginan manusia untuk memenuhi sandang, pangan, dan papan yang pada awalnya menjadi paling utama, tidak akan pernah berhenti pada saat kebutuhan2 dasar tersebut telah tercapai, tetapi justru akan menciptakan kebutuhan2 baru. Teori kelas Marx didasarkan pada pemikiran bahwa, sejarah dari segala masyarakat dahulu sampai sekarang adalah sejarah pertikaian antara golongan, mulai dari bentuk masyrakat yang primitif sampai pada periode-periode sejarah manusia selanjutnya.
Sebagai tambahan, karena kapitalis telah mengganti para pekerja dengan mesin-mesin yang menjalankan serangkaian operasi yang sederhana, maka mekanisasi akan semakin mudah. Sebagai jalannya mekanisai maka semakin banyak orang yang keluar dari pekerjan dan terjatuh dari proletariat ke "tentara cadangan" industri. Akhirnya marx meramalkan suatu situasi dimana masyarakat akan terdiri atas secuil kalangan kapitalis eksploratif dan kelas prolateriat dan "tentara cadangan" industri yang sangat besar. Dengan mereduksi banyak orang kedalam kondisi ini, kapitalisme menciptakan massa yang akan membawanya kepada keruntuhan. Makin terpusatnya kerja pabrik, sebagaimana kepulihannya memperhebat kemungkinan resistensi yang terorganisasi terhadap kapitalisme. Kemudian daripada itu, hubungan internasional pabrik-pabrik dan pasar-pasar menganjurkan para pekerja untuk menyadari lebih dari sekadar kepentingan lokal mereka sendiri. Inilah yang membawa sebuah revolusi.
2.   AGAMA
Marx melihat agama sebagai ideologi. Dia merujuk agama sebagai candu masyarakat, namun berikut adalah kutipan catatan Marx:
 "Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarya. Agama adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat (marx, 1843/1970)."
 Marx percaya bahwa agama seperti halnya ideologi merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
Bentuk keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga melihat bahwa gerakan-gerakan keagamaan sering berada digarda depan dalam melawan kapitalisme. Meskipun demikia, Marx merasa bahwa agama khusunya menjadi bentuk kedua ideologi dengan menggambarkan ketidak adilan kapitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat. Dengan cara ini, teriakan orang-orang tertindas justru digunakan untuk penindasan selanjutnya. Agama memberikan pembebasan dari penindasan yakni dengan sikap pasrah. Inilah yang disebut oleh Marx sebagai sifat fetisisme dengan merujuk pada benda-benda material yang memiliki kekuatan supranatural. Marx mengatakan bahwa fetisisme agama itu muncul ketika ilusi-ilusi dalam kehidupan diangkat menjadi doktrin yang mau tidak mau harus ditaati oleh setiap individu. Fetisisme ini akan melahirkan apa yang disebut oleh Marx sebagai 'harapan semu orang tertindas.' Fetisisme agama membuat masyarakat tidak mampu bergerak dengan leluasa untuk membebaskan dirinya dari cengkeraman kemiskinan. Ini yang semakin memantapkan keyakinan Marx yang menyebut agama tidak lain sebagai candu masyarakat.
3.   IDEOLOGI
Karl Marx mengartikan ideologi adalah merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat lebih tepatnya sebagai keseluruhan ide yang dominan dan diusung oleh masyarakat sebagai kelompok sosial dalam bingkai atau batasan ekonomi dan menjadi semacam refleksi atas bingkai. Oleh karenanya kaum Borjuis yang semakin menonjol telah menentukan pemikiran2 tentang kebebasan hak asasi manusia, kesetaraan di hadapan hukum (hak) dalam bingkai pergulatan menghadapi orde baru atau tatanan lama. Kaum borjuis cenderung memindahkan semua yang menjadi ekspresi kepentingan kelasnya menjadi nilai-nilai yang universal.
Disini Marx menggunakan istilah ideologi untuk merujuk keada sistem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusaha menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang berada di pusat sistem kapitalis. Pada kebanyakan kasus, mereka melakukan hal ini dengan salah satu dari tiga cara berikut:
a.     Mereka menghadirkan suatu sistem ide, sistem agama, filsafat, literature, hukum yang menjadikan kontradiksi-kontradiksi tampak koheren,
b.    Mereka menjelaskan pengalaman-pengalaman tersebut yang mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi, biasanya sebagai problem-problem personal atau keanehan-keanehan individual, atau
c.    Mereka menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai yang benar-benar menjadi suatu kontradiksi pada hakikat manusia dan oleh karena itu satu hal yang tidak bisa di penuhi oleh perubahan sosial.
Secara umum, golongan-golongan yang berkuasa menciptakan kedua tipe ideologi ini. Misalnya Karl Marx merujuk kepada ekonomi-ekonomi borjuis yang merepresentasikan filsuf-filsuf borjuis, seperi Hegel, karena menganggap bahwa kontradiksi-kontradiksi material bisa diatasi dengan mengubah cara berpikir. Bagaimanapun, proletariat pun bisa menciptakan tipe ideolog ini. Namun, persoalannya bukan siapa yang menciptakan, akan tetapi bahwa ideologi-ideologi selalu menguntungkan golongan yang berkuasa enggan menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang akan membawa perubahan sosial.

4.   MODAL PRODUKSI

Modal produksi merupakan gabungan antara kekuasaan produksi (forces of production) dan hubungan produksi (relation of production).  Unsur hubungan produksi disini menunjuk pada hubungan institusional atau hubungan sosial dalam masyarakat yang pada artinya menunjuk pada struktur sosial.  Antara lain :
1.       Produksi subsisten, yaitu usaha pertanian tanaman pangan dimana hubungan produksi terbatas dalam keluarga inti dan hubungan antara pekerja bersifat egaliter.
2.    Produksi komersialis, yaitu usaha pertanian ataupun luar pertanian yang sudah berorientasi pasar dimana hubungan produksi menunjuk pada gejala eksploitasi surplus melalui ikatan kekerabatan dan hubungan sosial antara pekerja yang umumnya masih kerabat bersifat egaliter namun kompetitif.
3.      Produksi kapitalis, yaitu usaha padat modal berorientasi pasar dimana hubungan produksi mencakup struktur buruh-majikan atau tenaga kerja-pemilik modal. Marx melihat pada modal produksi kapitalis bersifat labil dan pada akhirnya akan hilang. Hal ini disebabkan pola hubungan antara kaum kapitalis modal dan kaum buruh bercirikan pertentangan akibat eksploitasi besar-besaran oleh kaum kapitalis. Kaum buruh merupakan kaum proletar yang kesemuanya telah menjadi "korban" eksploitasi kaum borjuis. Marx meramalkan akan terjadi suatu keadaan dimana terjadi kesadaran kelas di kalangan kaum proletar. Kesadaran kelas ini membawa dampak pada adanya kemauan untuk melakukan perjuangan kelas untuk melepaskan diri dari eksploitasi, perjuangan ini dilakukan melalui revolusi.

KARL MARX_MUDILLAH KPI 1E_TUGAS KE-3

KARL MARX
oleh: Mudillah 1112051000132
tugas ke-3

KARL MARX
Pertentangan kelas
Marx sering menggunakan istilah kelas di dalam tulisan-tulisannya, tetapi dia tidak pernah mendefinisikan secara sistematis apa yang dimaksud dengan istilah ini. biasanya dia menggunakannya untuk menyatakan sekelompok orang-orang yang berada di dalam situasi yang sama dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi. Kelas, bagi Marx, selalu didefinisikan berdasarkan potensinya terhadap konflik. Indidvidu-individu membentuk kelas sepanjang mereka berada di salam suatu konflik biasa dengan individu-individu yang lain tentang nilai-surplus.  
Bagi Marx, sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Ketika mereka menyadari konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya, suatu kelas untuk dirinya.
Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalisme; borjuis dan proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan memperkejakan pekerja upahan. Konflik antara kelas borjuis dan kelas proletar contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya. Tidak ada satupun kontradiksi-kontradiksi ini yang bisa diselesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai perubahan tersebut tercapai, kontradiksi makin memburuk. Masyarakat akan berisi pertentangan dua kelas besar yang berlawanan. Kompetensi dengan toko-toko besar dan rantai monopoli akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan independen; mekanisme akan menggantikan buruh tangan yang cekatan. Semua orang yang digantikan ini akan terpaksa turuun kelas menjadi proletariat. Marx menyebut pembengkakan yang tak terelakkan di dalam jumlah proletariat ini dengan proletarianisasi. Di dalam situasi ini, Marx meramalkan suatu situasi di mana masyarakat akan terdiri dari secuil kalangan kapitalis, eksploitatif, dan kelas proletariat serta "tentara cadangan" industri yang sangat besar. Dengan mereduksi banyak orang ke dalam kondisi ini, kapitallisme menciptakan masa yang akan membawanya keoada keruntuhan. Makin terpusatnya kerja pabrik, sebagaimana kepulihannya, memperhebat kemungkinan resistensi yang terorganisasi tehadap kapitalisme. Kemudian dari pada itu, hubungan internasional pabrik-pabrik dan pasar-pasar menganjurkan para pekerja untuk menyadari lebih dari sekedar kepentingan lokal mereka sendiri. Inilah yang  akan membawa pada revolusi.
Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak hanya menyebabkan revolusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern. Pada level ekonomis, Marx memprediksikan suatu rangkaian ledakan dan depresi yang disebabkan oleh produksi yang berlebihan oleh kapitalis dan pemecatan para pekerja demi meningkatkan keuntungan mereka. Sedangkan pada level politis, Marx memprediksikan peningkatan ketidakmampuan suatu masyarakat sipil untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan sosial. Bahkan, kita akan melihat pertumbuhan suatu wilayah yang hanya bertujuan untuk melindungi milik pribadi kapitalis dan suatu intervensi yang kadang-kadang berutal ketika kekerasan ekonomi oleh kapitalis mengalami kegagalan.  
 
AGAMA
"kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupaka ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agama adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia tidak punya hati, apiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat". (Marx, 1843/1970)
Marx percaya bahwa agama. Seperti halnya ideologi, merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa ksukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama. Mark menjelaskan bahwa dia tidak menolak agama, pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
Bentuk keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga melihat bahwa gerakan-gerakan keagamaan sering berada di garda depan dalam melawan kapitalisme. Meskipun demikian, Maex merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideologi dengan menggambarkan ketidakadilan kapitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat. Dengan cara ini, teriakan orang-orang tertindas justru digunakan untuk penindasan selanjutnya.

IDEOLOGI
Perubahan-perubahan yang penting untuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi tidak hanya cenderung dicegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis, akan tetapi juga oleh relasi-relasi pendukung, institusi-institusi, dan khususnya ide-ide umum. Ketika ide-ide umum menunjukkan fungsi ini, Marx memberikan nama khusus terhadapnya: ideologi
Marx tidak selalu persis tentang penggunaan kata ideologi. Dia menggunakan kata tersebut    untuk menunjukkan bentuk ide-ide yang berhubungan. Pertama, ideologi merujuk kepada ide-ide yang secara alamiah muncul setiap saat di dalam kapitalisme, akan tetapi yang karena hakikat kapitalisme, merefleksikan realitas  di dalam suatu cara yang terbalik (Larrain, 1979). Inilah tipe ideologi yang di representasikan oleh fetisisme komoditas atau oleh uang. Meskipun kita mengetahui bahwa uang hanyalah potongan kertas yang memiliki nilai hanya karena nilai relasi-relasi sosial yang mendasarinya, akan tetatp dalam kehidupan sehari-hari kita harus memperlakukan uang seolah-olah memiliki nilai sendiri. Walaupun pada hakikatnya kitalah yang memberi nilai kepada uang tersebut, akan tetapi yang terlihat adalah bahwa uanglah yang memberi kita nilai. Tipe ideologi ini mudah terganggu karena didasarkan pada kontradiksi-kontradiksi material yang mendasarinya.  
Ketika gangguan-gangguan muncul dan kontradiksi-kontadiksi material mendasar terungkap, tipe kedua ideologi akan muncul. Disini Marx menggunakan istilah ideologi untuk merujuk kepada sistem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusaha menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang bearada di pusat sistem kapitalis. Secara umum, golongan-golongan yang berkuasa menciptakan tipe kedua ideologi ini. Misalnya, Marx merujuk pada ekonom-ekonom borjuis yang merepresentasikan bentuk komoditas sebagai yang alamiah dan universal. Bagaimanapun Proletariat pun bisa menciptakan ideologi ini, namun, persoalnnya bukan siapa yang menciptakan, akan tetapi bahwa ideologi-ideologi selalu menguntungkan golongan yang berkuasa dengan menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang akan membawa perubahan sosial.

MODA PRODUKSI
Marerialisme historis marx adalah bahwa cara orang menyediakan kebutuhan-kebutuhan material mereka menentukan atau, secara umum, mengkondisikan hubungan-hubungan antarmereka, institusi-institusi sosial mereka, dan bahkan ide-ide mereka yang lazim. Karena pentingnya cara orang memenuhi kebutuhan-kebutuhan material mereka, serta relasi-relasi ekonomi yang terjadi dari situ, maka hal ini sering disebut sebagai dasar. Sementara relasi-relasi nonekonomi, institusi-institusi sosial yang lain dan ide-ide, disebut sebagai superstruktur.
Pandangan historis Marx tidak menyediakan perkiraan yang pasti dan lurus kedepan dimana superstrukturpasti selaras dengan dasar. Maka dari itu, kemajuan-kemajuan dalam pemenuhan kebutuhan cenderung memproduksi kebutuhan yang lebih banyak lagi, sehimgga kebutuhan manusia merupakan dasar motivasi sekaligus dasar ekonomi.
Teori Marx menyatakan bahwa suatu masyarakat cenderung mengadopsi sistem relasi-relasi sosial terbaik yang memfasilitasi pekerjaan dan perkembangan kekuatan-kekuatan produktifnya. Oleh karena itu, relasi-relasi produksi bergantung pada wilayah kekuatan-kekuatan material produksi. Kekuatan tersebut adalah alat-alat aktual, mesin-mesin, pabrik-pabrik, dan seterusnya.
Pandangan sejarah Marx merupakan pandangan sejarah yang dinamis, dan oleh karena itu dia percaya bahwa kekuatan-kekuatan produksi akan berubah menjadi lebih baik dalam menyediakan kekuatan-kekuatan material.
Selain itu, hubungan produksi juga merupakan unsur pokok dalam moda produksi. Perkembangan dalam pembagian kerja menjadi faktor penentu utama dalam membedakan satu moda dengan moda yang lain. Keragaman perkembangan dalam pembagian kerja juga berkaitan dengan keragaman bentuk-bentuk kepemilikan. Dalam Ideologi Jerman (1844-6), Marx dan Engels mengajukan ada empat bentuk moda produksi pokok dalam perjalanan sejarah manusia, yaitu moda kesukuan yang terkait dengan bentuk-bentuk produksi primitif seperti berburu-meramu dan pertanian sederhana, sistem kepemilikan budak Yunani-Romawi Kuno, moda produksi feodal yang merujuk pada tatanan sosial-ekonomi di Perancis dan Inggris sebelum Revolusi Perancis, dan moda produksi kapitalis.
 

Cari Blog Ini