PANDANGAN SOSIOLOGI KARL MARX
Oleh:
Andre Anang Pratama (Jurnalistik 1 A)
Andre Anang Pratama (Jurnalistik 1 A)
Karl
Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ayahnya, seorang pengacara,
menafkahi keluarganya dengan relative baik, khas kehidupan kelas
menengah. Orang tuanya adalah dari keluarga pendeta Yahudi (rabbi).
Tetapi karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther
ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar
doktor filsafat dari Universitas Berlin, universitas yang sangat
dipengaruhi oleh Hegel dan guru-guru muda penganut filsafat Hegel,
tetapi berpikiran kritis. Gelar doktor Marx didapat dari kajian filsafat
yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang
muncul kemudian. Setelah tamat ia menjadi penulis sebuah koran liberal
radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu.
Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian ditutup oleh
pemerintah. Esai-esai awal yang diterbitkan dalam periode ini mulai
mencerminkan sebuah pendirian yang membimbing Marx sepanjang hidupnya.
Esai-esia itu secara bebas ditaburi prinsip-prinsip demokrasi,
kemanusiaan dan idealisme awal. Ia menolak keabstrakan filsafat
Hegelian. Dalam menolak gagasan aktivis ini, Marx meletakkan landasan
bagi gagasan hidupnya sendiri:
Upaya
praktis, bahkan dengan mengerahkan massa sekalipun, akan dijawab dengan
meriam saat upaya itu dianggap berbahaya. Tetapi, gagasan yang dapat
mengalahkan intelektual kita dan yang menaklukan keyakinan kita, gagasan
yang dapat membekukan kesadaran kita, merupakan belenggu-belenggu
dimana seseorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya;
gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat
mengatasinya dengan menyerah kepadanya (Marx, 1842/1977:20).
Marx menerbitkan sejumlah karya yang sukar dipahami (kebanyakan belum diterbitkan) termasuk The Holy Family dan The German Ideology (ditulis bersama Engels) dan ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844
yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi makin meningkat.
Tahun 1849 ia pindah ke London dan mengingat kegagalan revolusi politik
tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner dan
beralih ke kegiatan riset yang lebih rinci tentang peran system
kapitalis. Dalam studi tersebut menghasilkan 3 jilid buku das capital.
Jilid pertama diterbitkan tahun 1867; kedua jilid lainnya diterbitkan
sesudah ia meninggal. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan
politik bergabung dengan "The International", sebuah gerakan buruh
internasional. Dengan masuk ke dalam gerakan tersebut ia mendapat
popularitas baik sebagai pimpinan intenasional maupun sebagai penulis das kapitalis. Perpecahan
gerakan internasional tahun 1876 kegagalan berbagai gerakan
revolusioner dan penyakit-penyakit akhirnya membuat Marx ambruk.
Istrinya wafat tahun 1881, anak perempuannya 1882 dan Marx sendiri wafat
tahun 1883.
BERIKUT BEBERAPA TEORI KARL MARX:
1. PERTENTANGAN KELAS
Marx
sering memakai istilah pertentangan kelas di dalam tulisan-tulisannya,
tetapi dia belum pernah mendefinisikan secara sistematis apa yang ia
maksud tentang istilah ini. Biasanya dia menggunakannya hanya untuk
menyatakan sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam
hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi. Namun,
hal ini belumlah merupakan deskripsi yang sempurna dari istilah kelas
sebagaimana yang di gunakan Marx. Kelas bagi Marx, selalu di definisikan
berdasarkan potensinya terhadap konflik. Individu-individu membentuk
kelas sepanjang mereka berada didalam suatu konflik biasa dengan
individu-individu yang lain tentang nilai surplus. Didalam kapitalisme
terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah
para buruh dengan para buruh yang kerja mereka diubah kembali menjadi
nilai-nilai surplus. Konflik inheren inilah yang membentuk kelas-kelas
(ollman, 1976). Karena kelas disefinisikan sebagai sesuatu yang
menimbulkan konflik, maka konflik ini berbeda-beda baik secara teoritis,
maupun sevara historis. Sebelum mengidentifikasi sebuah kelas,
diperlukan suatu teori tentang dimana suatu konflik berpotensi terjadi
dalam sebuah masyarakat.
Bagi
Marx, sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau
dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Tanpa kesadaran ini,
mereka hanya akan membentuk apa yang disebut Marx dengan suatu kelas
didalam dirinya. Ketika merekamenyadari konflik, maka mereka menjadi
suatu kelas yang sebenarnya, suatu kelas untuk dirinya. Ada dua macam
kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalisme, yaitu kelas
borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis, merupakan nama khusus untuk
para kapitalis ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan
mempekerjakan pekerja upahan. Konflik antar kelas borjuis dan proletar
adalah contoh lain dari kontradiksi antara kerja dan kapitalisme. Tidak
satupun dari kontradiksi-kontradiksi ini yang bisa diselesaikan kecuali
dengan mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai perubahan tersebut
tercapai, kontradiksi semakin memburuk. Masyarakat akan semakin berisi
pertentangan dua kelas besar yang berlawanan. Kompetisi dengan toko-toko
besar dirantai monopoli akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan
independen, mekanisasi akan menggantikan buruh tangan yang cekatan, dan
bahkan beberapa kapitalis akan ditekan melalui cara-cara ampuh untuk
monopoli, misalnya melakukan merger. Semua orang yang digantikan ini
akan terpaksa turun kelas menjadi proletariat. Marx menyebut
pembengkakan yang tak terelakkan didalam jumlah proletariat ini dengan
proletarianisasi.
Menurut
Marx, usaha-usaha pemenuhan untuk mendapatkan sarana-sarana produksi
tidak selalu menjadi penyebab pertikaian antar kelas karena sebenarnya
tiap golongan masyarakat mempunyai karakteristik yang dapat menimbulkan
konflik antar golongan atau kelas. Ada tiga masyarakat yang dibedakan
berdasarkan peranannya dalam sistem produksi dengan faktor produksi yang
dikuasai yaitu kelas pemilik tanah(land owner) yang sumber
pendapatannya dari pemasukan upah, laba, dan semua tanah, pemilik modal
(alat-alat produksi dan sumber-sumber daya alam), dan pekerja.
Marx
sangat terkenal dengan dialektika materialistik dan dialektika
historisnya. Kekuatan yang mendorong manusia dalam sejarah yaitu cara
manusia berinteraksi dengan manusia lain dalam perjuangan yang abadi
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pandangan Marx tentang
manusia yaitu bahwa manusia sesungguhnya merupakan makhluk(binatang)
yang tidak akan pernah merasa puas. Keinginan manusia untuk memenuhi
sandang, pangan, dan papan yang pada awalnya menjadi paling utama, tidak
akan pernah berhenti pada saat kebutuhan2 dasar tersebut telah
tercapai, tetapi justru akan menciptakan kebutuhan2 baru. Teori kelas
Marx didasarkan pada pemikiran bahwa, sejarah dari segala masyarakat
dahulu sampai sekarang adalah sejarah pertikaian antara golongan, mulai
dari bentuk masyrakat yang primitif sampai pada periode-periode sejarah
manusia selanjutnya.
Sebagai
tambahan, karena kapitalis telah mengganti para pekerja dengan
mesin-mesin yang menjalankan serangkaian operasi yang sederhana, maka
mekanisasi akan semakin mudah. Sebagai jalannya mekanisai maka semakin
banyak orang yang keluar dari pekerjan dan terjatuh dari proletariat ke
"tentara cadangan" industri. Akhirnya marx meramalkan suatu situasi
dimana masyarakat akan terdiri atas secuil kalangan kapitalis
eksploratif dan kelas prolateriat dan "tentara cadangan" industri yang
sangat besar. Dengan mereduksi banyak orang kedalam kondisi ini,
kapitalisme menciptakan massa yang akan membawanya kepada keruntuhan.
Makin terpusatnya kerja pabrik, sebagaimana kepulihannya memperhebat
kemungkinan resistensi yang terorganisasi terhadap kapitalisme. Kemudian
daripada itu, hubungan internasional pabrik-pabrik dan pasar-pasar
menganjurkan para pekerja untuk menyadari lebih dari sekadar kepentingan
lokal mereka sendiri. Inilah yang membawa sebuah revolusi.
2. AGAMA
Marx melihat agama sebagai ideologi. Dia merujuk agama sebagai candu masyarakat, namun berikut adalah kutipan catatan Marx:
"Kesukaran
agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang
sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarya. Agama
adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tak punya
hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat
(marx, 1843/1970)."
Marx
percaya bahwa agama seperti halnya ideologi merefleksikan suatu
kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa
kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis,
maka mereka diberikan suatu bentuk agama pada hakikatnya, melainkan
menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
Bentuk
keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu
berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga
melihat bahwa gerakan-gerakan keagamaan sering berada digarda depan
dalam melawan kapitalisme. Meskipun demikia, Marx merasa bahwa agama
khusunya menjadi bentuk kedua ideologi dengan menggambarkan ketidak
adilan kapitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong
perubahan revolusioner ke akhirat. Dengan cara ini, teriakan orang-orang
tertindas justru digunakan untuk penindasan selanjutnya. Agama
memberikan pembebasan dari penindasan yakni dengan sikap pasrah. Inilah
yang disebut oleh Marx sebagai sifat fetisisme dengan merujuk pada
benda-benda material yang memiliki kekuatan supranatural. Marx
mengatakan bahwa fetisisme agama itu muncul ketika ilusi-ilusi dalam
kehidupan diangkat menjadi doktrin yang mau tidak mau harus ditaati oleh
setiap individu. Fetisisme ini akan melahirkan apa yang disebut oleh
Marx sebagai 'harapan semu orang tertindas.' Fetisisme agama membuat
masyarakat tidak mampu bergerak dengan leluasa untuk membebaskan dirinya
dari cengkeraman kemiskinan. Ini yang semakin memantapkan keyakinan
Marx yang menyebut agama tidak lain sebagai candu masyarakat.
3. IDEOLOGI
Karl
Marx mengartikan ideologi adalah merupakan alat untuk mencapai
kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat lebih tepatnya
sebagai keseluruhan ide yang dominan dan diusung oleh masyarakat sebagai
kelompok sosial dalam bingkai atau batasan ekonomi dan menjadi semacam
refleksi atas bingkai. Oleh karenanya kaum Borjuis yang semakin menonjol
telah menentukan pemikiran2 tentang kebebasan hak asasi manusia,
kesetaraan di hadapan hukum (hak) dalam bingkai pergulatan menghadapi
orde baru atau tatanan lama. Kaum borjuis cenderung memindahkan semua
yang menjadi ekspresi kepentingan kelasnya menjadi nilai-nilai yang
universal.
Disini
Marx menggunakan istilah ideologi untuk merujuk keada sistem-sistem
aturan ide-ide yang sekali lagi berusaha menyembunyikan
kontradiksi-kontradiksi yang berada di pusat sistem kapitalis. Pada
kebanyakan kasus, mereka melakukan hal ini dengan salah satu dari tiga
cara berikut:
a. Mereka
menghadirkan suatu sistem ide, sistem agama, filsafat, literature,
hukum yang menjadikan kontradiksi-kontradiksi tampak koheren,
b.
Mereka menjelaskan pengalaman-pengalaman tersebut yang mengungkapkan
kontradiksi-kontradiksi, biasanya sebagai problem-problem personal atau
keanehan-keanehan individual, atau
c.
Mereka menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai yang benar-benar
menjadi suatu kontradiksi pada hakikat manusia dan oleh karena itu satu
hal yang tidak bisa di penuhi oleh perubahan sosial.
Secara
umum, golongan-golongan yang berkuasa menciptakan kedua tipe ideologi
ini. Misalnya Karl Marx merujuk kepada ekonomi-ekonomi borjuis yang
merepresentasikan filsuf-filsuf borjuis, seperi Hegel, karena menganggap
bahwa kontradiksi-kontradiksi material bisa diatasi dengan mengubah
cara berpikir. Bagaimanapun, proletariat pun bisa menciptakan tipe
ideolog ini. Namun, persoalannya bukan siapa yang menciptakan, akan
tetapi bahwa ideologi-ideologi selalu menguntungkan golongan yang
berkuasa enggan menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang akan membawa
perubahan sosial.
4. MODAL PRODUKSI
Modal
produksi merupakan gabungan antara kekuasaan produksi (forces of
production) dan hubungan produksi (relation of production). Unsur
hubungan produksi disini menunjuk pada hubungan institusional atau
hubungan sosial dalam masyarakat yang pada artinya menunjuk pada
struktur sosial. Antara lain :
1. Produksi
subsisten, yaitu usaha pertanian tanaman pangan dimana hubungan
produksi terbatas dalam keluarga inti dan hubungan antara pekerja
bersifat egaliter.
2. Produksi
komersialis, yaitu usaha pertanian ataupun luar pertanian yang sudah
berorientasi pasar dimana hubungan produksi menunjuk pada gejala
eksploitasi surplus melalui ikatan kekerabatan dan hubungan sosial
antara pekerja yang umumnya masih kerabat bersifat egaliter namun
kompetitif.
3. Produksi
kapitalis, yaitu usaha padat modal berorientasi pasar dimana hubungan
produksi mencakup struktur buruh-majikan atau tenaga kerja-pemilik
modal.
Marx melihat pada modal produksi kapitalis bersifat labil dan pada
akhirnya akan hilang. Hal ini disebabkan pola hubungan antara kaum
kapitalis modal dan kaum buruh bercirikan pertentangan akibat
eksploitasi besar-besaran oleh kaum kapitalis. Kaum buruh merupakan kaum
proletar yang kesemuanya telah menjadi "korban" eksploitasi kaum
borjuis. Marx meramalkan akan terjadi suatu keadaan dimana terjadi
kesadaran kelas di kalangan kaum proletar. Kesadaran kelas ini membawa
dampak pada adanya kemauan untuk melakukan perjuangan kelas untuk
melepaskan diri dari eksploitasi, perjuangan ini dilakukan melalui
revolusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar