Minggu, 23 September 2012

KARL MARX_MUDILLAH KPI 1E_TUGAS KE-3

KARL MARX
oleh: Mudillah 1112051000132
tugas ke-3

KARL MARX
Pertentangan kelas
Marx sering menggunakan istilah kelas di dalam tulisan-tulisannya, tetapi dia tidak pernah mendefinisikan secara sistematis apa yang dimaksud dengan istilah ini. biasanya dia menggunakannya untuk menyatakan sekelompok orang-orang yang berada di dalam situasi yang sama dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi. Kelas, bagi Marx, selalu didefinisikan berdasarkan potensinya terhadap konflik. Indidvidu-individu membentuk kelas sepanjang mereka berada di salam suatu konflik biasa dengan individu-individu yang lain tentang nilai-surplus.  
Bagi Marx, sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Ketika mereka menyadari konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya, suatu kelas untuk dirinya.
Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalisme; borjuis dan proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan memperkejakan pekerja upahan. Konflik antara kelas borjuis dan kelas proletar contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya. Tidak ada satupun kontradiksi-kontradiksi ini yang bisa diselesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai perubahan tersebut tercapai, kontradiksi makin memburuk. Masyarakat akan berisi pertentangan dua kelas besar yang berlawanan. Kompetensi dengan toko-toko besar dan rantai monopoli akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan independen; mekanisme akan menggantikan buruh tangan yang cekatan. Semua orang yang digantikan ini akan terpaksa turuun kelas menjadi proletariat. Marx menyebut pembengkakan yang tak terelakkan di dalam jumlah proletariat ini dengan proletarianisasi. Di dalam situasi ini, Marx meramalkan suatu situasi di mana masyarakat akan terdiri dari secuil kalangan kapitalis, eksploitatif, dan kelas proletariat serta "tentara cadangan" industri yang sangat besar. Dengan mereduksi banyak orang ke dalam kondisi ini, kapitallisme menciptakan masa yang akan membawanya keoada keruntuhan. Makin terpusatnya kerja pabrik, sebagaimana kepulihannya, memperhebat kemungkinan resistensi yang terorganisasi tehadap kapitalisme. Kemudian dari pada itu, hubungan internasional pabrik-pabrik dan pasar-pasar menganjurkan para pekerja untuk menyadari lebih dari sekedar kepentingan lokal mereka sendiri. Inilah yang  akan membawa pada revolusi.
Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak hanya menyebabkan revolusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern. Pada level ekonomis, Marx memprediksikan suatu rangkaian ledakan dan depresi yang disebabkan oleh produksi yang berlebihan oleh kapitalis dan pemecatan para pekerja demi meningkatkan keuntungan mereka. Sedangkan pada level politis, Marx memprediksikan peningkatan ketidakmampuan suatu masyarakat sipil untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan sosial. Bahkan, kita akan melihat pertumbuhan suatu wilayah yang hanya bertujuan untuk melindungi milik pribadi kapitalis dan suatu intervensi yang kadang-kadang berutal ketika kekerasan ekonomi oleh kapitalis mengalami kegagalan.  
 
AGAMA
"kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupaka ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agama adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia tidak punya hati, apiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat". (Marx, 1843/1970)
Marx percaya bahwa agama. Seperti halnya ideologi, merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa ksukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama. Mark menjelaskan bahwa dia tidak menolak agama, pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
Bentuk keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga melihat bahwa gerakan-gerakan keagamaan sering berada di garda depan dalam melawan kapitalisme. Meskipun demikian, Maex merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideologi dengan menggambarkan ketidakadilan kapitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat. Dengan cara ini, teriakan orang-orang tertindas justru digunakan untuk penindasan selanjutnya.

IDEOLOGI
Perubahan-perubahan yang penting untuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi tidak hanya cenderung dicegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis, akan tetapi juga oleh relasi-relasi pendukung, institusi-institusi, dan khususnya ide-ide umum. Ketika ide-ide umum menunjukkan fungsi ini, Marx memberikan nama khusus terhadapnya: ideologi
Marx tidak selalu persis tentang penggunaan kata ideologi. Dia menggunakan kata tersebut    untuk menunjukkan bentuk ide-ide yang berhubungan. Pertama, ideologi merujuk kepada ide-ide yang secara alamiah muncul setiap saat di dalam kapitalisme, akan tetapi yang karena hakikat kapitalisme, merefleksikan realitas  di dalam suatu cara yang terbalik (Larrain, 1979). Inilah tipe ideologi yang di representasikan oleh fetisisme komoditas atau oleh uang. Meskipun kita mengetahui bahwa uang hanyalah potongan kertas yang memiliki nilai hanya karena nilai relasi-relasi sosial yang mendasarinya, akan tetatp dalam kehidupan sehari-hari kita harus memperlakukan uang seolah-olah memiliki nilai sendiri. Walaupun pada hakikatnya kitalah yang memberi nilai kepada uang tersebut, akan tetapi yang terlihat adalah bahwa uanglah yang memberi kita nilai. Tipe ideologi ini mudah terganggu karena didasarkan pada kontradiksi-kontradiksi material yang mendasarinya.  
Ketika gangguan-gangguan muncul dan kontradiksi-kontadiksi material mendasar terungkap, tipe kedua ideologi akan muncul. Disini Marx menggunakan istilah ideologi untuk merujuk kepada sistem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusaha menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang bearada di pusat sistem kapitalis. Secara umum, golongan-golongan yang berkuasa menciptakan tipe kedua ideologi ini. Misalnya, Marx merujuk pada ekonom-ekonom borjuis yang merepresentasikan bentuk komoditas sebagai yang alamiah dan universal. Bagaimanapun Proletariat pun bisa menciptakan ideologi ini, namun, persoalnnya bukan siapa yang menciptakan, akan tetapi bahwa ideologi-ideologi selalu menguntungkan golongan yang berkuasa dengan menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang akan membawa perubahan sosial.

MODA PRODUKSI
Marerialisme historis marx adalah bahwa cara orang menyediakan kebutuhan-kebutuhan material mereka menentukan atau, secara umum, mengkondisikan hubungan-hubungan antarmereka, institusi-institusi sosial mereka, dan bahkan ide-ide mereka yang lazim. Karena pentingnya cara orang memenuhi kebutuhan-kebutuhan material mereka, serta relasi-relasi ekonomi yang terjadi dari situ, maka hal ini sering disebut sebagai dasar. Sementara relasi-relasi nonekonomi, institusi-institusi sosial yang lain dan ide-ide, disebut sebagai superstruktur.
Pandangan historis Marx tidak menyediakan perkiraan yang pasti dan lurus kedepan dimana superstrukturpasti selaras dengan dasar. Maka dari itu, kemajuan-kemajuan dalam pemenuhan kebutuhan cenderung memproduksi kebutuhan yang lebih banyak lagi, sehimgga kebutuhan manusia merupakan dasar motivasi sekaligus dasar ekonomi.
Teori Marx menyatakan bahwa suatu masyarakat cenderung mengadopsi sistem relasi-relasi sosial terbaik yang memfasilitasi pekerjaan dan perkembangan kekuatan-kekuatan produktifnya. Oleh karena itu, relasi-relasi produksi bergantung pada wilayah kekuatan-kekuatan material produksi. Kekuatan tersebut adalah alat-alat aktual, mesin-mesin, pabrik-pabrik, dan seterusnya.
Pandangan sejarah Marx merupakan pandangan sejarah yang dinamis, dan oleh karena itu dia percaya bahwa kekuatan-kekuatan produksi akan berubah menjadi lebih baik dalam menyediakan kekuatan-kekuatan material.
Selain itu, hubungan produksi juga merupakan unsur pokok dalam moda produksi. Perkembangan dalam pembagian kerja menjadi faktor penentu utama dalam membedakan satu moda dengan moda yang lain. Keragaman perkembangan dalam pembagian kerja juga berkaitan dengan keragaman bentuk-bentuk kepemilikan. Dalam Ideologi Jerman (1844-6), Marx dan Engels mengajukan ada empat bentuk moda produksi pokok dalam perjalanan sejarah manusia, yaitu moda kesukuan yang terkait dengan bentuk-bentuk produksi primitif seperti berburu-meramu dan pertanian sederhana, sistem kepemilikan budak Yunani-Romawi Kuno, moda produksi feodal yang merujuk pada tatanan sosial-ekonomi di Perancis dan Inggris sebelum Revolusi Perancis, dan moda produksi kapitalis.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini