Minggu, 23 September 2012

Demografi 3


-->
Judul   : Sejarah Perkembangan Penduduk: Dunia dan Indonesia
Oleh    : Umu Salamah (1110054000016)
Tugas   : ke 3                     

BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN PENDUDUK DUNIA DAN INDONESIA

I.                   Keseimbangan Lama dan Baru
Yang dimaksud dengan keseimbangan lama dari perkembangan penduduk adalah, ketika riet kematian dan kelahiran dari penduduk suatu wilayah masing-masing berada tingkat yang tinggi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat lambat, bahkan untuk sebagian priode, jumlah kelahiran tak banyak berbeda dengan jumlah kematian. Fluktuasi riet kematian yang besar sering terjadi sementara rietkelahiran relative stabil pada tingkat yang tinggi. Keseimbangan yang lama penduduk suatu negri pada hakekatnya menunjukkan fase sebelumnya mulainya transisi demografi dari penduduk negri yang bersangkutan.
Keseimbangan baru berarti keadaan dimana riet kelahiran dan kematian berada pada tingkat yang rendah. Sehubung dengan riet kelahiran dan kematian. Perserikatan bangsa-bangsa mengklasifikasikan penduduk-penduduk dalam tipe-tipe: kelahiran tinggi-kematian tinggi, kelahiran tinggi-kemtian cukup tinggi/ setinggi-kematian tinggi, kelahiran tinggi-kematian cukup tinggi/ sedang menurun-kematian rendah, dan kelahiran rendah, kelahiran sedang menurun-kematian rendah, dan kelahiran rendah-kematian rendah. Dalam pada itu Borriemembedakan masyarakat kedalam tiga tipe yaitu: masyarakat yang tidak mengontrol fetilitasakan tetapi sedang mengalami penurunan riet kematian, dan masyarakat yang mengontrol fetilitas dengan cara yang sangat efesien dan mempunyai harapan hudup rata-rata yang panjang proses menuju keseimbangan baru setelah terganggunya keseimbangan lama dalam arti turunnya riet kematian (adalah mulai turunnya kematian) adalah mulai turunnya riet kematian (adalah mulai turunnya riet kematian) adalah mulai turunnya riet kelahiran. Riet kelahiran dan kematian kasar pada keseimbangan lama berkisar pada 45 perseribu penduduk. Dewasa ini suatu riet kematian kasar diatas dari 30 perseribu telah dipandang sangat tinggi.
Suatu masyarakat yang berada pada keseimbangan baru (berkelahiran rendah-kematian rendah) berarti masyarakat yang bersangkutan telah melalui fase transisi demografi.

II.                Angka –angka Perkembangan Penduduk Dunia pada Berbagai Priode
Seperti telah dikemukakan, fase perkembangan penduduk dunia yang sangat lambat berjalan untuk jangka waktu yang sangat lama. Bagi hampir keseluruhan priode adanya manusia dibumi, riet perkembangan penduduk tahunan dunia hampir-hampir mendekati nol.
Fenomena perkembangan penduduk cepat (lendakan penduduk) merupakan fenomena yang muncul dalam abd-abad terakhir. Dengan riet perkembangan tahunan seperti pada masa sekarang (sekitar 1,7 peran pertahun) penduduk dunia akan menjadi dua kali lipat hanya dalam waktu 41 tahun. Perkembangan penduduk dunia yang mula-mula berjalan lambat hingga "zaman modern", dan kemudian berjalan dengan riet yang makin cepat sepanjang sejarah manusia.
Kemudian pesat dalam perkembangan jumlah manusia parallel dengan penemuan-penemuan besar yaitu penemuan system pertanian, mulai kehidupan perkotaan dan perdagangan, pengendalian kekuatan-kekuatan non-manusiawi, dan revolusi teknologi.
Perkembangan penduduk yang cepat sedang terjadi dinegara-negara berkembang. Namun, kecuali dikawsan Afrika reit perkembangan penduduk tahun dinegara-negara berkembang secara keseluruhan tampak agak menurun dalam priode 1980-1n dibandingkan dengan dalam priode 1970-an.
Dikawasan Negara-negara berkembang tidak saja menonjol cirri riet perkembangan penduduk yang cepat, tetapi juga dikawasan ini dijumpai sejumlah Negara-negara raksasa ditinjau dari sejumlah penduduk.
Dibandingkan dengan Negara-negara Eropa kecuali Rusia pada permulaan abad ke-19, pada saat Negara yang bersangkutan sedang mengalami perkembangan penduduk relative cepat, umpamanya Prancis hanya berpenduduk sekitar 28 juta, dan Jerman 17 juta. Negara-negara lain seperti Inggris saat itu bahkan berpenduduk kurang 19 juta.

III.             Perkembangan Penduduk Jawa Abad ke-19
Di Indonesia, sekalipun untuk jawa, informasi atau data demografi abad ke-19 yang tesedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang sangat dasar seperti angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber perdebatan. Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-19. Namun angka-angka tersebut seperti angka "sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai penduduk Jawa dipermulaan abad ke-19, telah mengambil data "sensus" Raffles tersebut sebagai starting point.
Breman berpendapat bahwa angka-angka pertambahan penduduk Jawa abad ke-19 atas  dasar angka-angka resmi lebih tinggi dari pada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat praindustri lainnya, Jawa mengalami pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Reit perkembangan penduduk tahunan sepanjang abad ke-19 yang reasonable untuk diterima menurut Breman adalah sekitar 1,6 persen.
Kemudian reit perkembangan tahunan sepanjang ke-19 adalah tidak lebih lambat dari pada reit perkembangan tahunan dalam bagian pertama abad tersebut.
Beberapa ahli telah mencoba untuk mengkoreksi angka "sensus" penduduk Raffles yang diantaranya Breman (1971) dan peper (1970). Menurut Breman suatu persentase kesalahan sebesar 34 persen dari angka jumlah penduduk yang dikemukakan Raffles akan berarti jumlah penduduk Jawa pada tahun 1815 sebanyak 6,3 juta. Setelah membahas secara agak komprehensif data penduduk di Jawa abad ke-19 dengan terutama member perhatian pada bagian pertama abad yang bersangkutan, peper berkesimpulan bahwa jumlah penduduk Jawa sekitar tahun 1800 terletak antara 8-10 juta. Jawa tidaklah merupakan pengecualian dalam hal pola demografis masyarakat pra-industri priode 1800-1850. Dalam priode ini menurut peper, reit perkembangan penduduk tahunan Jawa berkisar antara 0,5 sehingga 1,0 persen. Peper merupakan orang pertama yang berani mengemukakan reit perkembangan penduduk tahunan serendah itu untuk priode diatas.
Alasan-alasan terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di Jawa berkisar pada:
a.       Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
b.      Meluasnya pelayanan kesehatan; kongkrotnya adalah introduksi vaksinasi cacar;
c.       Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
Perkembangan penduduk dihubungakn dengan meningkatnya pengaruh system pemerintah colonial Belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan. Ungkapan-ungkapan seperti ekspansi statis dan kemiskinan berbagai patut pula disebut dalam rangka memahami perkembangan penduduk di Jawa. Perkembangan penduduk dan angkatan kerja yang luar biasa sebagai reaksi terhadap western know how dibarengi oleh perluasan system pertanian kedaerah-daerah yang belum diusahakan. Teknologi tak mengalami kemajuan yang berarti. Dalam pada system pertanian sawah siap untuk menampung jumlah tenaga kerja yang makin bertambah dipedesaan. Pandangan lain yang mendoba menerangkan factor-faktor yang bertanggungjawab bagi perkembangan penduduk Jawa abad ke-19 menggagas hubungan antara permintaan terhadap tenaga kerja dengan perkembangan penduduk. Pandangan ini berinti pada teori permintaan-permintaan tenaga kerja yang nampaknya terlalu sederhana untuk mampu menerangkan fenomena perkembangan penduduk Jawa dalam abad yang telah silam itu.

IV.             Penduduk Indonesia di Abad ke 20
Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya, jumlah penduduk Jawa diperkirakan sekitar 28,5 juta pada akhir abad ke-19. Sedangkan untuk lain-lain daerah atau pulau-pulau di Indonsia, bagi priode sampai tahunan 1905 informasi demografi yang tersedia secara terbatas diragukan kemnfaatannya karena sangat kurang reabilitasnya. Dalam zaman sebelum Indonesia merdeka pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih seksama mencakup seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada tahun 1920 yang dikenal sebagai sensus penduduk 1920. Jumlah penduduk Indonesia pada waktu itu diperkirakan sebanyak 49,3 juta, dan jawa 35,0 juta (colonial verslag, beberapa penerbitan). Riet perkembangan penduduk tahunan jawa antara 1905-1920 mungkin lebih tinggi dari 1,0 persen. Sesudah itu telah berlangsung lima kali pengumpulan data penduduk melalui sensus yaitu satu kali sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1930, dan empat kali setelah Indonesia merdeka masing-masing pada tahun 1961, 1971, 1980 dan 1990. Data jumlah penduduk dari keempat sumber ini cukup dapat dipercaya.
Jumlah dari reit perkembangan penduduk berdasarkan angka-angka hasil sensus 1930, 1961, 1971, 1980 dan 1990.
Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hampir menjadi tiga kali lipat. Secara keseluruhan bagi Indonesia, riet perkembangan penduduk yang sebelumnya 1,5 persen pertahun dalam priode 1930-1961, meningkat menjadi 2,1 persen pertahun. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di Indonesia dalam jangka waktu 5 dekade terakhir hingga tahun 1980.
Namun pada priode 1980-1990 reit perkembangan penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun menjadi sekitar 2,0 persen pertahun. Reit perkembangan penduduk tahunan yang sedang berlangsung dewasa ini lebih rendah di Jawa dibandingkang dengan dikebanyakan pulau-pulau lain diluar Jawa. Pulau Sumatera yang telah berpenduduk sekitar 50,7 persen dari penduduk wilayah luar Jawa pada tahun 1990, masih menunjukkan reit perkembangan penduduk yang sangat tinggi yairu 2,7 persen pertahun pada priode 1980-1990.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini