|
Judul : Sejarah Perkembangan Penduduk: Dunia dan Indonesia
Oleh : Umu Salamah (1110054000016)
Tugas : ke 3
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN PENDUDUK DUNIA DAN INDONESIA
I. Keseimbangan Lama dan Baru
Yang
dimaksud dengan keseimbangan lama dari perkembangan penduduk adalah,
ketika riet kematian dan kelahiran dari penduduk suatu wilayah
masing-masing berada tingkat yang tinggi, sehingga perkembangan jumlah
penduduk sangat lambat, bahkan untuk sebagian priode, jumlah kelahiran
tak banyak berbeda dengan jumlah kematian. Fluktuasi riet kematian yang
besar sering terjadi sementara rietkelahiran relative stabil pada
tingkat yang tinggi. Keseimbangan yang lama penduduk suatu negri pada
hakekatnya menunjukkan fase sebelumnya mulainya transisi demografi dari
penduduk negri yang bersangkutan.
Keseimbangan
baru berarti keadaan dimana riet kelahiran dan kematian berada pada
tingkat yang rendah. Sehubung dengan riet kelahiran dan kematian.
Perserikatan bangsa-bangsa mengklasifikasikan penduduk-penduduk dalam
tipe-tipe: kelahiran tinggi-kematian tinggi, kelahiran tinggi-kemtian
cukup tinggi/ setinggi-kematian tinggi, kelahiran tinggi-kematian cukup
tinggi/ sedang menurun-kematian rendah, dan kelahiran rendah, kelahiran
sedang menurun-kematian rendah, dan kelahiran rendah-kematian rendah.
Dalam pada itu Borriemembedakan masyarakat kedalam tiga tipe yaitu:
masyarakat yang tidak mengontrol fetilitasakan tetapi sedang mengalami
penurunan riet kematian, dan masyarakat yang mengontrol fetilitas dengan
cara yang sangat efesien dan mempunyai harapan hudup rata-rata yang
panjang proses menuju keseimbangan baru setelah terganggunya
keseimbangan lama dalam arti turunnya riet kematian (adalah mulai
turunnya kematian) adalah mulai turunnya riet kematian (adalah mulai
turunnya riet kematian) adalah mulai turunnya riet kelahiran. Riet
kelahiran dan kematian kasar pada keseimbangan lama berkisar pada 45
perseribu penduduk. Dewasa ini suatu riet kematian kasar diatas dari 30
perseribu telah dipandang sangat tinggi.
Suatu
masyarakat yang berada pada keseimbangan baru (berkelahiran
rendah-kematian rendah) berarti masyarakat yang bersangkutan telah
melalui fase transisi demografi.
II. Angka –angka Perkembangan Penduduk Dunia pada Berbagai Priode
Seperti
telah dikemukakan, fase perkembangan penduduk dunia yang sangat lambat
berjalan untuk jangka waktu yang sangat lama. Bagi hampir keseluruhan
priode adanya manusia dibumi, riet perkembangan penduduk tahunan dunia
hampir-hampir mendekati nol.
Fenomena
perkembangan penduduk cepat (lendakan penduduk) merupakan fenomena yang
muncul dalam abd-abad terakhir. Dengan riet perkembangan tahunan
seperti pada masa sekarang (sekitar 1,7 peran pertahun) penduduk dunia
akan menjadi dua kali lipat hanya dalam waktu 41 tahun. Perkembangan
penduduk dunia yang mula-mula berjalan lambat hingga "zaman modern", dan
kemudian berjalan dengan riet yang makin cepat sepanjang sejarah
manusia.
Kemudian
pesat dalam perkembangan jumlah manusia parallel dengan
penemuan-penemuan besar yaitu penemuan system pertanian, mulai kehidupan
perkotaan dan perdagangan, pengendalian kekuatan-kekuatan
non-manusiawi, dan revolusi teknologi.
Perkembangan
penduduk yang cepat sedang terjadi dinegara-negara berkembang. Namun,
kecuali dikawsan Afrika reit perkembangan penduduk tahun dinegara-negara
berkembang secara keseluruhan tampak agak menurun dalam priode 1980-1n
dibandingkan dengan dalam priode 1970-an.
Dikawasan
Negara-negara berkembang tidak saja menonjol cirri riet perkembangan
penduduk yang cepat, tetapi juga dikawasan ini dijumpai sejumlah
Negara-negara raksasa ditinjau dari sejumlah penduduk.
Dibandingkan
dengan Negara-negara Eropa kecuali Rusia pada permulaan abad ke-19,
pada saat Negara yang bersangkutan sedang mengalami perkembangan
penduduk relative cepat, umpamanya Prancis hanya berpenduduk sekitar 28
juta, dan Jerman 17 juta. Negara-negara lain seperti Inggris saat itu
bahkan berpenduduk kurang 19 juta.
III. Perkembangan Penduduk Jawa Abad ke-19
Di
Indonesia, sekalipun untuk jawa, informasi atau data demografi abad
ke-19 yang tesedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang sangat dasar
seperti angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber perdebatan.
Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi
angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-19. Namun angka-angka
tersebut seperti angka "sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat.
Bahkan ada penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu
rendah sebagai penduduk Jawa dipermulaan abad ke-19, telah mengambil
data "sensus" Raffles tersebut sebagai starting point.
Breman berpendapat bahwa angka-angka pertambahan penduduk Jawa abad ke-19 atas dasar
angka-angka resmi lebih tinggi dari pada kenyataan yang sesungguhnya
walaupun dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat
praindustri lainnya, Jawa mengalami pertambahan penduduk yang sangat
cepat.
Reit perkembangan penduduk tahunan sepanjang abad ke-19 yang reasonable untuk diterima menurut Breman adalah sekitar 1,6 persen.
Kemudian
reit perkembangan tahunan sepanjang ke-19 adalah tidak lebih lambat
dari pada reit perkembangan tahunan dalam bagian pertama abad tersebut.
Beberapa
ahli telah mencoba untuk mengkoreksi angka "sensus" penduduk Raffles
yang diantaranya Breman (1971) dan peper (1970). Menurut Breman suatu
persentase kesalahan sebesar 34 persen dari angka jumlah penduduk yang
dikemukakan Raffles akan berarti jumlah penduduk Jawa pada tahun 1815
sebanyak 6,3 juta. Setelah membahas secara agak komprehensif data
penduduk di Jawa abad ke-19 dengan terutama member perhatian pada bagian
pertama abad yang bersangkutan, peper berkesimpulan bahwa jumlah
penduduk Jawa sekitar tahun 1800 terletak antara 8-10 juta. Jawa
tidaklah merupakan pengecualian dalam hal pola demografis masyarakat
pra-industri priode 1800-1850. Dalam priode ini menurut peper, reit
perkembangan penduduk tahunan Jawa berkisar antara 0,5 sehingga 1,0
persen. Peper merupakan orang pertama yang berani mengemukakan reit
perkembangan penduduk tahunan serendah itu untuk priode diatas.
Alasan-alasan terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di Jawa berkisar pada:
a. Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
b. Meluasnya pelayanan kesehatan; kongkrotnya adalah introduksi vaksinasi cacar;
c. Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
Perkembangan
penduduk dihubungakn dengan meningkatnya pengaruh system pemerintah
colonial Belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan. Ungkapan-ungkapan
seperti ekspansi statis dan kemiskinan berbagai patut pula disebut
dalam rangka memahami perkembangan penduduk di Jawa. Perkembangan
penduduk dan angkatan kerja yang luar biasa sebagai reaksi terhadap
western know how dibarengi oleh perluasan system pertanian
kedaerah-daerah yang belum diusahakan. Teknologi tak mengalami kemajuan
yang berarti. Dalam pada system pertanian sawah siap untuk menampung
jumlah tenaga kerja yang makin bertambah dipedesaan. Pandangan lain yang
mendoba menerangkan factor-faktor yang bertanggungjawab bagi
perkembangan penduduk Jawa abad ke-19 menggagas hubungan antara
permintaan terhadap tenaga kerja dengan perkembangan penduduk. Pandangan
ini berinti pada teori permintaan-permintaan tenaga kerja yang
nampaknya terlalu sederhana untuk mampu menerangkan fenomena
perkembangan penduduk Jawa dalam abad yang telah silam itu.
IV. Penduduk Indonesia di Abad ke 20
Seperti
telah disebutkan pada bagian sebelumnya, jumlah penduduk Jawa
diperkirakan sekitar 28,5 juta pada akhir abad ke-19. Sedangkan untuk
lain-lain daerah atau pulau-pulau di Indonsia, bagi priode sampai
tahunan 1905 informasi demografi yang tersedia secara terbatas diragukan
kemnfaatannya karena sangat kurang reabilitasnya. Dalam zaman sebelum
Indonesia merdeka pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih seksama
mencakup seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada
tahun 1920 yang dikenal sebagai sensus penduduk 1920. Jumlah penduduk
Indonesia pada waktu itu diperkirakan sebanyak 49,3 juta, dan jawa 35,0
juta (colonial verslag, beberapa penerbitan). Riet perkembangan penduduk
tahunan jawa antara 1905-1920 mungkin lebih tinggi dari 1,0 persen.
Sesudah itu telah berlangsung lima kali pengumpulan data penduduk
melalui sensus yaitu satu kali sebelum Indonesia merdeka pada tahun
1930, dan empat kali setelah Indonesia merdeka masing-masing pada tahun
1961, 1971, 1980 dan 1990. Data jumlah penduduk dari keempat sumber ini
cukup dapat dipercaya.
Jumlah dari reit perkembangan penduduk berdasarkan angka-angka hasil sensus 1930, 1961, 1971, 1980 dan 1990.
Dalam
masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia
hampir menjadi tiga kali lipat. Secara keseluruhan bagi Indonesia, riet
perkembangan penduduk yang sebelumnya 1,5 persen pertahun dalam priode
1930-1961, meningkat menjadi 2,1 persen pertahun. Suatu percepatan
perkembangan penduduk telah terjadi di Indonesia dalam jangka waktu 5
dekade terakhir hingga tahun 1980.
Namun
pada priode 1980-1990 reit perkembangan penduduk Indonesia secara
keseluruhan telah menurun menjadi sekitar 2,0 persen pertahun. Reit
perkembangan penduduk tahunan yang sedang berlangsung dewasa ini lebih
rendah di Jawa dibandingkang dengan dikebanyakan pulau-pulau lain diluar
Jawa. Pulau Sumatera yang telah berpenduduk sekitar 50,7 persen dari
penduduk wilayah luar Jawa pada tahun 1990, masih menunjukkan reit
perkembangan penduduk yang sangat tinggi yairu 2,7 persen pertahun pada
priode 1980-1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar