Senin, 26 November 2012

Tor fertilitas dan kb-yulia yusyunita PMI 5

Ahman Fikry Fauzan / Tugas 4 / 1112051000139 / KPI 1 E

PENTINGNYA SUATU LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS PONDOK PESANTREN DI DALAM DIRI MANUSIA (SANTRI)
Ahmad Fikry Fauzan
1112051000139
Tugas 4 Sosiologi Agama
I. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sangat dibutuh oleh setiap manusia sampai kapan dan dimanapun ia berada, sebab tanpa pendidikan, manusia akan sulit untuk berkembang dan bahkan terbelakangi. Dengan demikian pendidikan harus benar-benar menjadikan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, disamping memiliki budi pekerti dan tingkah laku moral. Dalam pendidikan terdapat ilmu-ilmu yang harus dipelajari oleh manusia yaitu ilmu yang berstandar nasional, namun tidak cukup dengan ilmu itu maka yang harus lebih dipelajari oleh umat manusia adalah ilmu agama. Karena agama menyangkut sikap seseorang dalam melakukan hal-hal yang posotive dan berbicaa mengenai urusan moral dan akidah seorang manusia. Khususnya bagi umat Muslim, karena agama merupakan inti pokok dari segalanya. Maka barang siapa yang menginginkan dunia hekdaklah ia menuntut ilmu dan barang siapa yang menginginkan akhirat hekdaklah pula ia menuntut ilmu.

Lap3_Kelompok Sosial_Umi Kulsum_Jurnalistik1A


ORGANISASI IKATAN MAHASISWA BIOLOGI
SELURUH INDONESIA
Umi Kulsum
1112051100003
Jurnalistik 1A
        I.            Latar Belakang
                    Ikatan Mahasiswa Biologi Indonesia (Ikahimbi) merupakan sebuah ikatan organisasi mahasiswa sejenis (IOMS) yang mengikat seluruh Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) yang terdapat di seluruh Indonesia. Ikahimbi dibentuk atas dasar keinginan bersama seluruh mahasiwa biologi di Indonesia untuk mengembangkan dan memajukan biologi serta untuk melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.
           

laporan 4. gilang sakti perdana. KPI 1E. 1112051000161

Interaksi dan Keterlibatan Pondok Pesantren Dalam Kehidupan Sosial

Gilang Sakti Perdana
1112051000161
KPI 1E

  I.      Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pembelajaran dan pendidikan yang religius, dimana di setiap aktivitas sehari-hari para santri lebih banyak berasaskan keagamaan, khususnya agama islam. Bahkan hingga disiplin yang di terapkan dalam pondok pesantren banyak ditekankan pada  kgiatan-kegiatan keagamaan, mulai dari mengaji qur'an mengaji kitab-kitab, bermuhadarah (berpidato) hingga kegiatan-kegiatan lainnya. Dan tak hanya itu, di dalam pondok pesantren juga ditekankan disiplin berbahasa seperti bahasa arab dan inggris. Saat ini, pondok pesantren di Indonesia telah berkembang sangat pesat, tak hanya pondok pesantren yang konsentrasinya hanya kepada bidang pendidikan keagamaan saja yang berkembang.

Arie Permana_Lap3_TimFutsalSMPN1Depok

KELOMPOK SOSIAL        :  STUDI KASUS TIM FUTSAL SMPN 1 DEPOK
Nama              : Arie Permana (1112051100012)
Kelas               : Jurnalistik 1A
1.      Latar Belakang
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan. Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, futbol dan sala.

Ruqoyah_Laporan3_HPMIG

PERAN HPMIG (HIMPUNAN PELAJAR MAHASISWA INDONESIA GORONTALO) 
TERHADAP MASYARAKAT
I.                 Latar Belakang
Menurut Johnson (Sarwono, 2005) kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face interaction), yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mancapai tujuan bersama.

Syarif Hidayatullah_Jurnalistik1A_Lap3_Himpunan “Al-Falah Bina Umat”

Himpunan dan Yayasan "Al-Falah Bina Umat"
Ikatan antara himpunan, masyarakat, relasi himpunan dan kenegaran (pemerintah) dalam balutan keagamaan.
 
Peneliti
Nama  :           Syarif Hidayatullah
NIM     :           1112051100007
 
I.                   Latar Belakang
Definisi kelompok sosioal yang coba di ungkapkan menurut beberapa ahli yakni menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan, begitu pula dengan Paul B. Horton dan Chaster L. Hunt yang berpendapat bahwa kelompok sosial adalah suatu kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi, serta tidak beranjak dari definisi kelompok sosial yang dikemukakan oleh Robert Maclver dan C.H. Page kelompok sosial adalah prosedur atau tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat. Jadi kelompok sosial adalah suatu wadah yang didalamnya terdapat interaksi antara masyarakat yang mengakibatkan timbale balik diantara mereka agar tercapai suatu tujuan tertentu.
Dalam ilmu sosiologi sering dikatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang bermakana bahwa manusia memiliki ketergantungan terhadap manusia lain untuk mencapai tujuan tertentu. Berkembang dari hal tersebut maka akan terbentuklah lembaga atau kelompok sosial yang dalam hal ini sering kali terbentuk karena beberpa kesamaan yakni visi dan misi, dari situ mulai terbentuk lagi yakni kesamaan dalam tujuan untuk kepentingan bersama. Sebuah himpunan atau kelompok sosial yang akan di angkat kali ini adalah sebuah himpunan masyarakat yang bernama "Al-Falah Bina Umat". Peneliti merasa tertarik dengan kelompok sosial ini karena ingin mengenal, mengerti dan memahami dari peran himpunan ini dengan masyarakat, hubungan himpunan dengan himpunan lainnya serta peran himpunan dalam kenegaraan.
Himpunan "Al-Falah Bina Umat" adalah suatu himpunan yang terbentuk dari awal nya yakni kumplan orang-orang atau jama'ah dalam ruang lingkup musolah yakni musolah Al-Falah yang sudah berdiri kurang lebih 19 tahun dan berkembang menjadi sebuah yayasan yang di beri nama yayasan Al-Falah dan semakin berkembang menjadi sebuah himpunan sekaligus yayasan yang diberi nama "Al-Falah Bina Umat".
 
II.                 Pertanyaan Pokok Penelitian.
1. Bagaiman hubungan dan kontribusi serta kegiatan yang dilakukan himpunan dengan masyarakta, dengan himpunan lain dan kenegaraan ?
 
III.              Metode Penelitian.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif yakni dengan wawanca secara mendalam kepada narasumber yang bersangkutan, dengan lontaran pertanyaan yang bersifat kritis dan berkembang didalamnya. Metode kualitatif juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam laporan peneliti serta dapat menumbuhkan rasa percaya antara narasumber dengan peneliti. Walaupun dengan tahap pendekatan yang lebih perlahan dan proses yang tidak instan demi kepuasaan data yang diperoleh.
 
IV.              Gambaran Subjek atau Subjek Penelitian.
Himpunan "Al-Falah Bina Umat" adalah suatu himpunan atau kelompok sosial dalam masyarakat yang berada di daerah Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Yang berawal dari sebuah musolah berkembang menjadi yayasan dan kemudian menjadi himpunan atau kelompok sosial dalam  masyarakat. Pada dasarnya sudah terbentuk menjadi musolah dan yayasan sudah belasan tahun tapi untuk himpunan yang aktiv kurang lebih tiga tahun.
      Himpunan ini adalah himpunan terbuka bagi semua umat Islam terutama yang tinggal di sekiar musolah dan menerima semua golongan selama masih berdasarkan Al-Quran dan Hadis, tanpa membedakan satu dengan yang lain.
      Asas dasar himpunan ini tentunya berpegang teguh Al-Quran dan Hadis, untuk mencapai kemenangan umat sesuai namanaya yakni "Al-Falah" yang berarti kemenangan dan di lanjutkan "Bina Umat" yaitu membina atau membimbing umat. Kemudian disatukan menjadi "membina umat menuju kemenangan".
      Himpunan "Al-Falah Bina Umat" yang sudah terbentuk kurang lebih tiga tahun dan masih dalam proses peresmianya kepada kementrian Hukum dan HAM.
      Pendiri Himpunan dan Yayasan "Al-Falah Bina Umat" yaitu :
1.      H. Sudarman
2.      Ustadz Acheng Sahuri
3.      Ustadz Basuni
4.      H. Dhimo
 
V.                Analisa.
Himpunan "Al-Falah Bina Umat"adalah sebuah himpuan yang berawal dari sebuah kumpulan masyarakat atau kelompok sosial dalam ruang lingkup kegiatan jama'ah kemajelisan musolah dan berkembang menjadi yayasan serta himpunan kemasyarakatan.
Disini masyarakat diajak untuk berkumpul dan bersilahturahmi bersama dalam setiap kegiatan yang dalam lingkungan majelis terutama sholat berjama'ah yang pasti dilakukan setiap hari, majelis ta'lim yang dilakukan setiap minggu untuk jama'ah laki-laki yakni minggu malam dan untuk wanita yakni setiap rabu dan sabtu, kemudian madrasah yang setiap senin sampai jum'at yang membantu dalam pengajaran ilmu agama di usia sekolah, kegiatan hari-hari besar seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, pemotongan hewan kurban, penyauran zakat, infaq dan sodakoh lainnya, masih banyak lagi kegiatan sosial dan keagaman lain yang rutin dan umum di lakukan di setiap majelis. Himpunan "Al-Falah Bina Umat" juga senantiasa mengingatkan masyarakat disekitar untuk selalu beribadah dijalan Allah karena ironisnya ada beberapa orang yang tempat tinggalnya dekat dengan musola tetapi sangat jarang bahkan tidak pernah pergi ke musolah. Serta mengingatkan pemuda-pemuda yang sudah jarang sekali ditemukan di setiap acara majelis khususnya sholat berjama'ah.
Himpunan "Al-Falah Bina Umat" juga bekerjasama dengan beberapa majelis dan himpunan lain dalam macam-macam hal diantaranya waktu pelaksanaan sholat I'd serta tabliq akbar relasi beberapa himpunan dan majelis.
Disamping setiap kegiatan kepada masyarakat dan himpunan lainnya Himpunan "Al-Falah Bina Umat" juga mempunyai hubungan terkait kenegaran antara lain pernah menerima sumbangan uang dari pemerintah pusat provinsi DKI Jakarta.
Refrensi : Ustadz Basuni (salah satu pendiri humpunan dan yayasan)

Fahmi, KPI 1 E - Tugas penelitian ke pondok pesantren

SISTEM PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN
Nama   : Fahmi
Nim     : 1112051000129
Kelas   : KPI 1 E
a)      Latar belakang
Di Indonesia memiliki banyak jenis lembaga-lembaga dalam pendidikan. Dari sekolah umum sampai yang berbasis asrama. Pondok pesantren adalah salah satunya yang merupakan sekolah berasrama khususnya bagi pemeluk agama Islam. Pesantren yang sejarah awalnya bercerita ada seorang anak yang ingin belajar dan mendalami agama islam kepada seorang kyai, lalu kemudian semakin hari semakin banyak orang yang ingin belajar. Pada saat itulah sang kyai berinisiatif untuk membangun gubug atau rumah kecil yang digunakan untuk menampung santri yang semakin banyak. Karena semakin banyak santri maka semakin banyak pula gubug atau rumah kecil yang didirikan, lalu santri-santri mempopulerkan pondok pesantren ini sehingga terkenal kemana-mana.
Berdasarkan catatan yang ada, pendidikan agama islam di Indonesia telah ada sejak tahun 1596. Yang kemudian dikenal dengan nama pondok pesantren. Biasanya pondok pesantren itu dipimpin oleh seorang kyai. Tujuan para santri dipisahkan dengan orang tua serta keluargaya adalah agar mereka dapat hidup mandiri sekaligus untuk memperdalam ilmu agama dan meningkatkan hubungan dengan Tuhan.
 
b)     Pertanyaan pokok
 
1.      Bagaimanakah cara pesantren dalam mendidik para santri yang awalnya manja, nakal, dan tidak taat beragama menjadi orang yang lebih baik?
 
c)      Metode penelitian
Metode penelitiaan          : Kualitatif
Waktu                              : Kamis, 22 november 2012
Tempat                             : Pondok pesanter Al Washilah
 
d)     Gambaran tokoh
Narasumber : H. Muhammad Sahidi Rahman, Ma. yaitu lurah pondok pesantren Al Washilah.
 
e)      Analisis
      Pondok pesantren Al Washilah adalah salah satu pondok pesantren modern yang ada di Jakarta. Pondok pesantren ini  berdiri sejak tahun 1988 yang beralamatkan di jalan Kampung Baru no. 20, kelurahan Kembangan Utara, kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Pondok pesantran Al Washilah didirikan oleh DR. KH. Ahmad Dasuki Adnan SH. MA. yang pada mula nya hanya bergerak di bidang informal seperti majelis ta'lim, kuliah ramadhan, festival kosidah, serta kegiatan keislaman lainnya. Seiring berkembangnya zaman, tepatnya pada tahun 1989 dibukalah sekolah-sekolah formal dengan jenjang TK, TPA, MTS, SLTP,SMK sampai peguruan tinggiSaat ini Yayasan Pondok pesantren Al Washilah ini dipimpin oleh anaknya yang ke 3, yaitu Bpk. H. Moh. Hasyim Adnan, ST . dan Pengasuh pondok pesantrennya Nyai Hj. Siti Fuaedah (istri KH. Ahmad Dasuki Adnan).
     Pada dasarnya, pesantren ini tidak menghilangkan unsur agama yang kuat di dalam sistem belajar mengajarnya. Karena sebagian besar aktifitas yang ada di dalam pesantren tersebut lebih condong kepada keagamaannya. Meskipun pesantren ini memiliki dua kurikulum, kurikulum  pendidikan nasional dan kurikulum pendidikan agama. Namun, kurikulum pendidikan agama tetap di prioritaskan di dalam kegiatan-kegiatannya serta belajar mengajarnya. Karena memang tujuan awal pendiri pondok pesantren ini demikian. Tidak meninggalkan aspek kesalafiannya meskipun ia pondok pesantren yang berbasis modern.
Walaupun pesantren ini masih terbilang pesantren yang masih seumur jagung karena belum bisa menyaingi pesantren-pesantren yang sudah di kenal oleh masyarakat banyak. Namun, sudah banyak prestasi-prestasi yang di raih oleh pesantren ini, yaitu meraih juara dalam berbagai kegiatan serta berbagai event bertaraf daerah, provinsi maupun tingkat nasional.
 
      Pendidikan yang ditekankan khususnya pada bidang fiqh, karena sangat berguna untuk kehidupan bermasyarakat. Dan peraturan-peraturannya pun dibentuk dengan sistem modern sehingga sistem pendidikan pondok dengan sekolah saling berkesinambungan. Jumlah santri disini sekitar 270 orang santri. Untuk membentuk santri-santri yang sholeh, kreatif serta mandiri pesantren ini menerapkan sistem dengan tidak terlalu menekan santri itu secara intens. Cara-cara yang digunakan dengan dirutinkannya estrakulikuler, pengajian bulanan yang tidak hanya diikutin oleh warga pondok pensantren tetapi di ikuti juga oleh masyarakat sekitar pondok pesantren, sekolah diniyah, dan kerja bakti.

tugas sosiologi

Nama :Indra Dhiennar R.S
Nim    :1112051000148
 
KELEBIHAN SEBUAH LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
BERBASIS PESANTREN
 
a. Latar Belakang
Lembaga pendidikan  yang sempurna tidak hanya sebatas mengajarkan ilmu-ilmu yang bersatandar nasional, melainkan juga ilmu-ilmu agama, tentunya sangat penting untuk di pelajari, Bukan hanya untuk umat Muslim, melainkan untuk seluruh manusia. Karena agama menyangkut urusan moral dan akidah seorang manusia. Khususnya bagi umat Muslim, karena agama adalah pokok dari segalanya. Ilmu dunia tanpa ilmu agama akan terasa tidak seimbang. Karena hanya kenikmatan dunia saja yang akan di dapatkan. Sedangkan akhiratnya tidak akan ia dapatkan.
dengan hal ini. Pesantren, sebuah lembaga islam yang memberikan pendidikan  ilmu nasional dan ilmu agama sudah nampak banyak mengisi pelosok-pelosok tempat di berbagai daerah. Karena melihat begitu pentingnya agama maka tidak sedikit orang-orang yang menyekolahkan anak-anaknya di pesantren. Meskipun mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal, namun mereka tidak pernah merasa rugi demi ilmu-ilmu agama yang di ajarkan di pesantren.
b.Pertanyaan Pokok
1)      Bagaimana cara pesantren dalam memberikan pelajaran-pelajaran dan kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh pesantre dalam sehari hari?
Pertanyaan ini di ajukan guna mencari tahu apa manfaat dan kelebihan belajar di lembaga pendidikan agama yang berbasis pesantren. Serta mengetahui seberapa penting unsur-unsur agama.
c. Metode Penelitian
Metode kualitatif ,metode ini digunakan untuk mendapatkan lebih banyak lagi informasi tentang tempat pendidikan yang berbasis agama.
Waktu       : 22 November 2012 pukul 09:00 sampai 15:30
Tempat      : pondok pesantren al-washilah,Jl.Kp.Baru,kel kembangan utara- jakarta barat
d. Gambaran Tokoh
Narasumber yaitu bapak H. Muhammad Sahidi Rahman, MA menjabat lurah dari pesantren al-Washilah. Di samping beliau menjabat sebagai lurah di pesantren al-Washilah, beliau juga aktif sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di kota Serang-Banten. Bapak H. Muhammad Sahidi Rahman, MA sudah lama mengajar di pondok pesantren al-Washilah.
e. Analisis
Lembaga pendidikan yang berbasis pesantren ini sangat membantu umat muslim pada zaman sekarang  ini, khususnya para remaja yang kebingungan karena semakin hari  semakin merosot pendidikan keagamaannya. Khususnya perilaku moralnya, yang semakin hari semakin mengikuti perkembangan zaman yang kian melupakan budaya sopan santun yang di ajarkan agama, khususnya adab terhadap orang tua.
Dr. KH. Ahmad dasuki Adnan, SH, MA memandang pendidikan agama sangatlah penting untuk mengimbangi pendidikan umum. Maka  pada tahun 1989 podok pesantren ini membuka pendidikan TK, TPA, MTS, SLTP, SLTA (SKM I dan II) dan juga perguruan tinggi.
Pada dasarnya, pesantren ini tidak menghilangkan unsur agama yang kuat di dalam sistem belajar mengajarnya. Karena sebagian besar aktifitas yang ada di dalam pesantren tersebut lebih condong kepada keagamaannya. Meskipun pesantren ini memiliki dua kurikulum, kurikulum  pendidikan nasional dan kurikulum pendidikan agama. Namun, kurikulum pendidikan agama tetap di prioritaskan di dalam kegiatan-kegiatannya serta belajar mengajarnya.
Memang biasanya pada awalnya, para santri baru merasa tidak betah berada di dalam pesantren, karena di dalam pesantren terdapat peraturan-peraturan yang jika di langgar mereka akan mendapat hukuman. Tidak memandang apakah santri tersebut berasal dari kalangan atas atau kalangan bawah. Sehingga biasanya ini menjadi alasan mereka agar dapat keluar dari pesantren tersebut. Namun, justru dari peraturan-peraturan dari pesantren itulah yang secara tidak langsung mendidik mereka menjadi orang  yang  mandiri. Di pesantren juga para santri di ajarkan untuk terbiasa hidup sederhana, yaitu melalui makan yang serba apa adanya. Ini bertujuan agar para santri bisa menjadi orang yang sederhana.

AGAMA DALAM KEHIDUPAN PONDOK PESANTREN NIRMA SUGIARTI KPI 1E

PONDOK PESANTREN DALAM MENGATUR MASYARAKAT
 
NAMA : NIRMA SUGIARTI
NIM : 1112051000136
 
 
I. LATAR BELAKANG
            Pendidikan merupakan modal utama manusia dalam memperoleh pengetahuan. Tidaklah mengherankan jika kini mulai menjamur system pendidikan yang berbasis agama, nasional, bahkan internasional. Yang menarik adalah ketika kita meneliti tentang pondok pesantren yang mulai kalah popular dengan system pendidikan modern.
            Dalam pengertiannya pondok berarti rumah dan santren berarti santri. Jadi pondok pesantren merupakan rumah pendidikan bagi para santrinya. Pondok sendiri bukanlah berasal dari ajaran agama islam tapi di adopsi dari agama Budha yaitu pondok yang digunakan untuk tempat pendidikan para biksu. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Rasul dan Walisongo tertua yang berbasis islam. Menurut H.M. Arifin pondok pesantren merupakan suatu pendidikan islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar dengan sisitem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui system pengajian atau madrasah dibawah kepemimpinan seseorang atau beberapa kyai. Selaras dengan H.M. Arifin, dalam buku Ensiklopedia Islam juga dijelaskan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat islam, pusat dakwah, dan pusat pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia yang menjadi pusat pendidikan islam dengan systemdan aturan-aturan tertentu yang berada di bawah kedaulatan beberapa kyai.
            Dalam era modernisasi sekarang banyak pula pondok pesantren yang menganut asas modern yang dimaksudkan agar lebih diterima masyarakat yang menerapkan system pendidikan nasional dan system pendidkan agama sekaligus. Di daerah Jakarta khususnya sulit ditemui pondok berbasis salaf karena dianggap ketinggalan zaman. Oleh karena itu agar warga tertarik masuk ke dalam lingkungan pondok pesantren mulai diterapkan system pondok pesantren mengombinasikan antara salaf dan modern.
 
II. PERTANYAAN POKOK
            Bagaimana pengaruh pondok pesantren terhadap masyarakat?
 
III. METODE PENELITIAN
            Metode yang digunakan adalah kualitatif guna mendapat informasi secara mendalam.
Lokasi : Pondok Pesantren Al-Wasillah
Waktu : 22 November 2012, 14.00 s/d selesai
 
IV. GAMBARAN SUBJEK
            Narasumber pada penelitian kali ini bernama H. Muhammad Sahidi Rahman, MA yang menjabat sebagai Lurah di pesantren Al-Washilah. Beliau sudah lama berkecimpung dalam kehidupan pondok.
 
V. ANALISIS
            Sudah jelas apabila berbicara mengenai pondok pesantren pasti basic pendidikannya adalah agama. Dalam kehidupan pondok, para santri diwajibkan untuk bermukim dalam pondok pesantren. Dalam lingkungan pondok pesantren, akhlak dan kedisiplinan sangat diutamakan dengan aturan-aturan dan sanksi yang sangat ditekankan bagi para santri.
            Seperti pada pondok pesantren Al-Washilah yang berlokasi di Jl. Kampung Baru No. 20 Rt. 004/010 Kelurahan Kembanngan Utara Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1998 oleh Dr. KH. Ahmad Dasuki Adnan, SH, MA. Pada mulanya pesantren ini hanya bergerak di bidang pendidikan informal seperti Majelis Ta'lim, kuliah Ramadhan, festival Qasidah serta kegiatan keislaman lainnya. Tetapi setelah mengantisipasi kemajuan zaman, maka pendidikan formal di pandang penting dan pada tahun 1989 dibuka TK, TPA, SLTP, MTs, SMK. Menurut lurah pondok, ponpes Al-Washilah ini pernah juga didirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), tetapi karena anak-anak MI dianggap terlalu dini dan dirasa sangat sulit diatur maka MI dihilangkan dari lingkungan pondok. Ponpes ini mengombinasikan antara salaf dan modern. Acuan inti pendidikan di pondok ini adalah Al-Qur'an, Fiqh, dan Dakwah.
            Pondok sendiri memiliki pengaruh yang cukup penting dalam masyarakat. Dengan didirikan ponpes Al-Washilah di daerah Kembangan ini banyak masyarakat yang memilih pondok sebagai tempat pendidikan bagi anaknya. Jelas kakrena ingin mendapat dua keuntungan. Pertama, sisitem belajarnya yang sesuai standar DEPDIKNAS. Kedua, selain mendapat pelajaran formal juga mendapat pelajaran pondok pesantren. Selain itu, masjid yang ada di dalam lingkungan pondok merupakan masjid umum yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar, hanya saja karena penempatan masjid tersebut yang berada di dalam pondok.
            Tapi amat di sayangkan, menurut penuturan Lurah pondok banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pondok adalah jalan keluar dari ketidaksanggupan orangtua mengurus anaknya yang dianggap nakal. Orangtua menyerahkan sepenuhnya akhlak anak agar dibentuk dalam lingkungan pondok. Memang benanr jika dengan di pondokkan akan membentuk pribadi anak menjadi lebih baik, tapi peran orangtua juga sangat dibutuhkan karena proses pertama pembentukan pribadi anak adalah dari lingkungan keluarga sendiri. Banyak masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya di ponpes Al-Washilah tetapi masyarakatnya sendiri tidak ingin berperan langsung dalam kegiatan pondok.
            Banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengurus ponpes guna mengusir kejenuhan para santrinya yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi seperti PMI, Musik, dan lain-lain. Pengurus ponpes paham betul apabila para santri pasti merasakan kejenuhan dengan rutinitasnya setiap hari sedangkan waktu libur mereka hanya pada hari minggu. Oleh karena itu para santri sangat antusias mengikuti kegiatan ekstrakulikuler ponpes.
            Dengan basic ponpes Al-Washilah yaitu system pendidikan agama dan nasional, tidak salah apabila memilih ponpes sebagai tempat meniti ilmu. Dengan adanya ponpes modern, maka sisitem pendidikan yang ditawarkan tidak lagi dianggap ketinggalan zaman, bahkan mengikuti alur zaman tanpa melupakan nilai-nilai agama yang sangat ditekankan, hanya saja untuk menarik minat masyarakat dikombinasikanlah sistem pendidikan formal dan informal. Sangat menguntungkan bukan, bisa mendapat dua pengetahuan dalam satu lembaga.

Cari Blog Ini