Selasa, 09 Oktober 2012

”Dampak Seven Eleven bagi Warung-warung kopi dan PKL”

Nama : Ahmad Munsorif
Kelas : PMI 3
Tugas : Proposal penelitian sosiologi perkotaan.
 "Dampak Seven Eleven bagi Warung-warung kopi dan PKL"
 1.      Latar Belakang
Perekonomian Indonesia semakin berkembang di era globalisasi ini. Dalam krisis dunia pun Indonesia dikatakan masih bisa bertahan, karena adanya ukm-ukm yang masih berjalan dengan baik. Dalam dunia ekonomi UKM merupakan usaha indepenpen atau non formal, jadi adanya krisis dunia itu tidak berdampak terhadap Indonesia. Ukuran krisis dunia adalah perhitungan ekonomi pemerintah.
Oleh sebab itu, UKM di Indonesia sangatlah urgen dalam roda perekonomian Indonesia. PKL, warung-warung kopi merupakn sebagian daripada UKM, mereka membantu Indonesia dalam menghadapi krisis ekonomi dunia yang melanda Indonesia.

PERJUANGAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SERPONG DALAM MENGHADAPI PETUGAS KETERTIBAN


PROPOSAL
PERJUANGAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SERPONG  DALAM MENGHADAPI PETUGAS KETERTIBAN

 Nur halimah (111105400005) Kaki Lima

 BAB I
PENDAHULIAN
A.    Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa pasar adalah sentral dari perekonomian di Indonesia, semua kegiatan ekonomi banyak dilakukan di pasar. Dalam kondisi saat ini pula pasar menjadi  salah satu tempat yang dicari orang untuk mencari nafkah. Namun kegiatan ekonomi di pasar tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan utama pasar, yaitu menciptakan suasana yang aman serta nyaman dalam proses jual beli, sehingga proses jual beli yang di lakukan sesuai dengan peraturan negara ataupun agama. Tidak hanya itu diharapkan antara penjual dan pembeli merasa nyaman dengan  tempat dan kondisi ketika melakukan trasaksi jual beli.

tugas 5 rahmat agung aditya kpi1E


PEMIKIRIAN MAX WEBER TENTANG TINDAKAN SOSIAL DAN RASIONALITAS
A.RASIONALITAS
Dalam filsafat , rasionalitas pelaksanaan alasan. Ini adalah cara di mana orang menarik kesimpulan ketika mempertimbangkan hal-hal yang sengaja. Hal ini juga mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang dengan seseorang alasan untuk keyakinan, atau dengan tindakan seseorang dengan seseorang alasan untuk tindakan. Namun, "rasionalitas" istilah cenderung digunakan dalam diskusi khusus ekonomi , sosiologi , psikologi dan ilmu politik . Sebuah keputusan yang rasional adalah salah satu yang tidak hanya beralasan, tetapi juga optimal untuk mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan masalah. "Rasionalitas" digunakan berbeda di berbagai disiplin ilmu..

TOR demografi_Nurul Vivi Aryanti Pulungan_tugas ke -5

TOR (Term of Reference)
Praktik lapangan demografi
Nurul Vivi Aryanti Pulungan
(1110054000007)
Tugas ke-5
A.    PENDAHULUAN
Fertilitas sebagai istilah demografi di artikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak.
Natalis mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran padaperubahan penduduk sedangkan natalis mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu factor penambah jumlah  penduduk di samping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gizi dan cukup kalori dan perawatan kesehatan. Pada giliran nya bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan akan tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah dan melahirkan bayi.

TOR_resa purnama_tugas ke 5

                Nama    : Resa Purnama
                NIM       : 1110054000039
                Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
                                                                                TOR (Term Of Refrence)
I.                    Latar Belakang  
Kata Demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'Demos' adalah rakyat atau penduduk dan 'Grafein' adalah menulis. Jadi Demografi adalah tulisan atau karangan mengenai penduduk. Istilah ini pertama kali dipakai untuk pertama kalinya oleh Achille Guilard dalam karangannya yang berjudul 'Elements de Statistique Humaine on Demographic Compares' pada tahun 1885.
      Demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Stuktur penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Stuktur ini berubah-ubah yang disebabkan oleh proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migarsi. Ketiga faktor ini disebut dengan komponen pertumbuhan penduduk. Selain ketiga faktor tersebut struktur penduduk ditentukan juga oleh faktor yang lain misal perkawinan, perceraian. Perubahan stuktur yaitu perubahan dalam jumlah maupun komposisi akan memberikan pengaruh sosial, ekonomi dan politis terhadap penduduk yang tinggal disuatu wilayah. Namun, dalam ukuran dasar demografi pada hal ini saya hanya akan melakukan pendataan penduduk yang migrasi di Desa Garut.

PROPOSAL PENELITIAN TINGKAT SELF ESTEEM PADA ANAK JALANAN DI AREA SIMPANG DAGO BANDUNG


PROPOSAL PENELITIAN
TINGKAT SELF ESTEEM PADA ANAK JALANAN
DI AREA SIMPANG DAGO BANDUNG

Nama: Lutfi Amrullah
Kelas/Jurusan: Pmi 3
TUGAS


I.      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Anak jalanan, umumnya berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Mereka itu ada yang tinggal di kota setempat, di kota lain terdekat, atau di propinsi lain. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada anak jalan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang tinggal terpisah tetapi masih sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tak mengenal keluarganya.

Proposal Sosiologi Perkotaan_Fachrul Rodzi

.
 PENDAHULUAN    Fachrul rodzi 1111054000004 pmi3
Permintaan perumahan dan permukiman berkaitan dengan dinamika kependudukan dan
rumah tangga yang mencakup pertumbuhan,persebaran, mobilitas penduduk dan
perkembangan rumah tangga. Aspek kependudukan memang menjadi dasar
perumusan segala kebijakan pembangunan dan juga menjadi objek pembangunan. Perumahan
dan permukiman juga menghadapi juga permasalahan dinamika penduduk. Ada dua hal
yang patut dicatat dalam kaitan antara perumahan dengan kependudukan. Pertama,
perkembangan penduduk perkotaan melebihilaju pertumbuhan penduduk tingkat nasional dan
pertumbuhan penduduk perkotaan tidak merata,ada daerah yang pertumbuhan penduduk kotanya
sangat tinggi, tetapi ada juga bagian kawasankota penduduknya mengalami penurunan.
Kedua, ternyata laju pertumbuhan rumah tangga lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan
enduduk, antara lain jumlah penduduk perrumah tangga makin mengecil. Di pihak lain
perumahan dan permukiman dapat menjadi instrumen untuk mencapai suatu tujuan dari pembangunan wilayah atau kota, dapat pula menjadi tujuan pembangunan itu sendiri.

PENGEMIS YANG TERORGANISIR_Iis Sudiyanti

NAMA : IIS SUDIYANTI
PMI-3
TUGAS PROPOSAL-SOSPER


PENGEMIS YANG TERORGANISIR
1.Latar belakang Masalah
Faktor kemiskinan (struktural, kultural, natural, dan mental) sangat memengaruhi terjadinya perilaku seseorang yang ujungnya adalah munculnya fenomena peminta-minta atau pengemis. Semakin banyak jumlah orang miskin semakin potensial mereka menjadi pengemis. Dalam bahasa pembangunan terjadinya kebergantungan ekonomi pada orang lain yang semakin tinggi. Secara lebih rinci, dalam prakteknya ada lima jenis pengemis yang disebabkan karena keterbatasan aset dan sumber ekonomi, rendahnya mutu mental seperti rasa malu dan spirit mandiri yang kurang.
Pertama, mengemis karena mereka tidak berdaya sama sekali dalam segi materi, karena  cact fisik, kurangnya pendidikan, tidak punya rumah tetap atau gelandangan, dan orang lanjut usia miskin yang sudah tidak punya saudara sama sekali. Mengemis menjadi bentuk keterpaksaan.

IIS SUDIYANTI PMI3_TUGAS PROPOSAL SOSIOLOGI PERKOTAAN


PENGEMIS YANG TERORGANISIR
NAMA : IIS SUDIYANTI (1111000006) PMI3
tugas proposal Sosiologi Perkotaan


1.Latar belakang Masalah
Faktor kemiskinan (struktural, kultural, natural, dan mental) sangat memengaruhi terjadinya perilaku seseorang yang ujungnya adalah munculnya fenomena peminta-minta atau pengemis. Semakin banyak jumlah orang miskin semakin potensial mereka menjadi pengemis. Dalam bahasa pembangunan terjadinya kebergantungan ekonomi pada orang lain yang semakin tinggi. Secara lebih rinci, dalam prakteknya ada lima jenis pengemis yang disebabkan karena keterbatasan aset dan sumber ekonomi, rendahnya mutu mental seperti rasa malu dan spirit mandiri yang kurang.

Pemukiman dan Kependudukan_Ahmad Afandi


Pemukiman dan Kependudukan

AHMAD AFANDI  1111054000007
PMI 3
TUGAS PROPOSAL SOSPER

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua, yaitu:
1.      Orang yang tinggal di daerah tersebut
2.      Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Sensus penduduk (cacah jiwa) adalah pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebarluasan data kependudukan. Jumlah penduduk ditentukan oleh :
·         Angka kelahiran;
·         Angka kematian;
·         Perpindahan penduduk, yang meliputi :

TOR (Term Of Reference)_Mia Maisyatur R (1110054000022)_Tugas ke 5

Judul                  : TOR (Term Of Reference)
Nama               : Mia Maisyatur R (1110054000022)
Tugas               : 5
1.        LATAR BELAKANG
Migrasi merupakan salah satu dari ketiga factor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk selain factor kelahiran dan kematian. Untuk lebih jelas pengertian migrasi adalah perpindahan suatu penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain yang melampaui batas politik/Negara ataupun batas administrative/batas bagian dalam suatu Negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relative permanen dari suatu daerah kedaerah lain.
Pada dasarnya ada dua pengelompokkan factor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, diantara factor tersebuut adalah:
·                     Factor pendorong, diantaranya:
-          Semakin berkurangnya sumber alam
-          Menyempitnya lapangan kerja di tempat asal diakibatkan masuknya teknologi
-          Adanya tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku dll
-          Ketidak cocokan adat/budaya/kepercayaan
-          Alas an pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bias mengembangkan karir pribadi
-          Bencana alam
·               

muhammad arif fathurrahman kpi 1E tugas ke 5

Pemikiran Max Weber tentang Tindakan Sosial dan Rasionalitas

A.      Tindakan Sosial
Weber berpendapat bahwa studi kehidupan sosial yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja, seakan-akan tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan diri oleh individu, tidak menjangkau unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial itu. Sosiologi sendiri  haruslah berusaha menjelaskan dan menerangkan kelakuan manusia dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif. Weber membuat klasifikasi mengenai perilaku sosial atau tindakan sosial menjadi 4 yaitu :
1.      Kelakuan yang diarahkan secara rasional kepada tercapainya suatu tujuan. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai kesesuaian antara cara dan tujuan. Contohnya Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup.
2.      Kelakuan yang berorientasi kepada nilai. Berkaitan dengan nilai – nilai dasar dalam masyarakat, nilai disini seperti keindahan, kemerdekaan, persaudaraan, dll. misalnya ketika kita melihat warga suatu negara yang berasal dari berbagai kalangan berbaur bersama tanpa membeda-bedakan.
3.      Kelakuan yang menerima orientasi dari perasaan atau emosi atau Afektif . contohnya seperti orang yang melampiaskan nafsu mereka.
4.  Kelakuan Tradisional bisa dikatakan sebagai Tindakan  yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional. Contohnya Berbagai macam upacara/tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur.
B.   Rasionalitas
Di tahun-tahun terakhir makin banyak muncul  kesadaran bahwa rasionalisasi berada di jantung sosiologi substantif weber. Namun, sulit memperoleh definisi yang jelas tentang rasionalisasi dari karya weber. Sebaliknya, ia membahasnya menggunakan sejumlah definisi, dan sering kali ia menjelaskan definisi mana yang tengah ia gunakan dalam diskusi tertentu. Tipe–tipe rasionalitas menurut weber adalah: tipe pertama adalah rasionalis praktis, tipe rasionalitas ini muncul seiring dengan longgarnya ikatan magi primitif, dan dia terdapat dan dia terdapat dalam setiap peradaban dan melintasi sejarah. Tipe rasionalitas ini berlawanan dengan segala hal yang mengancam akan melampui rutinitas sehari-hari. Dia mendorong orang untuk tidak percaya pada seluruh nilai yang tidak praktis, religius atau utopia sekuler, maupun rasionalitas teoritis kaum intelektual.
Tipe kedua adalah rasionalitas teoritis meilbatkan upaya kognitif untuk menguasai realitas melalui konsep-konsep yang makin abstrak dan bukannya melalui tindakan. Tipe rasionalitas ini mulai dijalankan pada awal sejarah oleh tukang sihir dan pendeta ritual dan selanjutnya oleh filsuf, hakim dan ilmuwan. Tidak seperti rasionalitas praktis, rasionalitis teoritis menggiring aktor untuk mengatasi realitas sehari-hari dalam upayanya memahami dunia sebagai kosmos yang mengandung makna. Efek rasionalitas intelektual pada tindakan sangat terbatas. Di dalamnya berlangsung proseskognitif, tidak memengaruhi tindakan yang akan diambil, dan secara tidak langsung hanya mengandung potensi untuk memperkenalkan pola-pola baru tindakan.
             Tipe ketiga adalah Rasionalitas substantif (seperti rasionalitas praktis, namun tidak seperti rasionalitas teoritis) secara langsung menyusun tindakan-tindakan ke dalam sejumlah pola melalui kluster-kluster nilai. Rasionalitas substantif melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks sistem nilai. Suatu sistem nilai (secara substantif) tidak lebih rasional daripada sistem lainnya. Jadi, tipe rasionalitas ini juga bersifat lintas peradaban dan lintas sejarah, selama ada postulat nilai yang konsisten.

Pembuatan proposal

Nama : Fevi saleha
Kelas : PMI 3 A
Tugas : Pembuatan proposal
Tema : Pemukiman dan kependudukan
Judul : Pemukiman Kumuh di TIPAR CAKUNG
                                                           
A.     PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tingkatnya pertumbuhan penduduk serta maraknya urbanisasi mengakibatkan banyak kalangan yang tanpa ijin mendirikan pemukiman pemukiman liar. Hal ini disebabkan karena padatnya kota jakarta dan mahalnya tanah di ibu kota serta minimnya ekonomi.
Munculnya permukiman liar dan permukiman yang tidak layak huni sebenarnya merupakan kelemahan managemen dalam mengelola tata ruang kota. Upaya telah dilakukan untuk mengurangi persoalan permukiman kumuh yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan dan membuat rumah susun yang telah melibatkan partisipasi masyarakat . Upaya ini telah dinilai berhasil, meskipun belum mampu menyelesaikan persoalan menyeluruh tentang permukiman kumuh yang cenderung bertambah sejalan dengan pertambahan penduduk pendatang yang ingin memperoleh perumahan murah. Banyak kendala yang dihadapi dalam penyediaan rumah layak huni dalam hal ini adalah rumah susun bagi keluarga kurang mampu antara lain kekurangan lahan kosong, rendahnya minat swasta untuk berinvestasi, dan harga tanah di Jakarta yang sangat mahal. Meskipun untuk membangun rumah susun adalah sulit, namun bagi kota metropolitan Jakarta nampaknya merupakan keharusan untuk memfasilitasinya.
Penyebab munculnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut
Menurut (Sadyohutomo, 2008):
1.  Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak diimbangi oleh tingkat pendapatan
yang cukup
2.  Keterlambatan pemerintah kota dalam merencanakan dan membangun
prasarana (terutama jalan) pada daerah perkembangan permukiman baru.
Seiring dengan kebutuhan perumahan yang meningkat maka masyarakat
secara swadaya memecah bidang tanah dan membangun permukiman tanpa
didasari perencanaan tapak (site plan) yang memadai. Akibatnya bentuk dan
tata letak kaveling tanah menjadi tidak teratur dan tidak dilengkapi prasarana
dasar permukiman.
            Menurut Avelar  et al. (2008) karakteristik permukiman kumuh mempunyai
kondisi perumahan dengan  kepadatan tinggi dan ukuran unit perumahan relatif kecil,
atap rumah di daerah kumuh biasanya terbuat   dari bahan yang sama dengan dinding.
Karakteristik pemukiman kumuh yang paling menonjol adalah kualitas bangunan
rumahnya yang tidak permanen, dengan kerapatan bangunan yang tinggi dan tidak
teratur, prasarana jalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang -gang sempit
yang  berliku-liku, tidak adanya saluran drainase dan tempat penampungan sampah,
sehingga terlihat kotor. Tidak jarang pula pemukiman kumuh terdapat di daerah yang
secara berkala mengalami banjir (Rebekka, 1991).
            Menurut  hasil  penelitian  Suparlan (2000),  ciri-ciri dari pemukiman kumuh
adalah:
1.  Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2.  Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3.  Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam
pengunaan ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga
mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan
ekonomi penghuninya.
4.  Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu
terwujud sebagai:
a. Sebuah komunitas tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu
dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komunitas tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau
sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau
RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian
liar.
5.  Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen.
Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang
beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman
kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan
ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.
6.  Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di
sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan-permasalahan yang muncul diantaranya sebagai berikut:
1.      Permasalahan sosial apakah yang ada di DKI Jakarta?
2.      Permasalahan sosial apa sajakah yang menyangkut dengan kepemukiman di DKI Jakarta?
3.      Bagaimanakah tingkat kepedulian pemerintah terhadap kepemukiman liar?
4.      Solusi apakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi banyaknya Urbanisasi di DKI Jakarta?
5.      Latar belakang apakah yang menyebabkan para penduduk yang menetap di pemukiman kumuh?
6.      Bagaimana tingkat ekonomi para penduduk dipemukiman kumuh?
7.      Berapa banyakah penduduk yang bermukim di daerah ini?
8.      Berapakah penghasilan rata-rata penduduk di pemukiman kumuh ini?
9.      Bagaimanakah gambaran iklim kesejawatan diantar para pemukim?
10.  Bagaimanakah lingkungan sosial di pemukiman kumuh?
 
PEMBATASAN MASALAH
Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki, serta minat dan perhatian penulis, masalah penelitian dibatasi pada butir 5,6,7,8,9, dan 10. Identifikasi masalah diatas, yaitu :
1.      Latar belakang yang menyebabkan para penduduk yang menetap di pemukiman kumuh.
2.      Tingkat ekonomi para penduduk dipemukiman kumuh.
3.      Jumlah penduduk yang bermukim di daerah ini.
4.      Penghasilan rata-rata penduduk di pemukiman kumuh ini.
5.      Gambaran iklim kesejawatan diantar para pemukim.
6.      Lingkungan sosial di pemukiman kumuh.
 
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikisi, dan batasan masalah diatas, perumusan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Latar belakang apakah yang menyebabkan para penduduk yang menetap di pemukiman kumuh?
2.      Bagaimana tingkat ekonomi para penduduk dipemukiman kumuh?
3.      Berapa banyakah penduduk yang bermukim di daerah ini?
4.      Berapakah penghasilan rata-rata penduduk di pemukiman kumuh ini?
5.      Bagaimanakah gambaran iklim kesejawatan diantar para pemukim?
6.      Bagaimanakah lingkungan sosial di pemukiman kumuh?
 
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, yaitu:
1.      Observasi lapangan pada lokasi pengamatan yang telah ditentukan.
2.       Wawancara
3.      Menarik kesimpulan dari analisa untuk dijadikan sebagai guidelines.
 
 
Fokus Penelitian
Diarahkan untuk mengetahui patokan atau standar penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas dari kondisi suatu pemukiman.
 
Objek Penelitian
Upaya perbaikan pemukiman kumuh yang terdapat di wilayah TIPAR CAKUNG Jakarta Utara.
 
Unit Analisis
Objek penelitian dianalisis terhadap teori dasar, kemudian ditarik kesimpulan mengenai upaya perbaikan pemukiman kumuh, sehingga dapat dijadikan program berkelanjutan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas perumahan dan pemukiman.
PENUTUP
Pemukiman kumuh adalah pemukiman ilegal yang berdiri diatas lahan pemerintahan. Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tak layak dihuni, pemukiman kumuh hanya berdiri dengan bangunan seadanya saja misalnya hanya dengan beratapkan asbes, bahkan hanya ada yang berdinding kardus.
Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman kumuh dapat dikatan sebagai pengejawantahan dari kemiskinan, karen apada umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal dan banyak kita jumpai di kawasan perkotaan.
Munculnya permukiman liar dan permukiman yang tidak layak huni sebenarnya merupakan kelemahan managemen dalam mengelola tata ruang kota. Upaya telah dilakukan untuk mengurangi persoalan permukiman kumuh yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan dan membuat rumah susun yang telah melibatkan partisipasi masyarakat . Upaya ini telah dinilai berhasil, meskipun belum mampu menyelesaikan persoalan menyeluruh tentang permukiman kumuh yang cenderung bertambah sejalan dengan pertambahan penduduk pendatang yang ingin memperoleh perumahan murah. Banyak kendala yang dihadapi dalam penyediaan rumah layak huni dalam hal ini adalah rumah susun bagi keluarga kurang mampu antara lain kekurangan lahan kosong, rendahnya minat swasta untuk berinvestasi, dan harga tanah di Jakarta yang sangat mahal. Meskipun untuk membangun rumah susun adalah sulit, namun bagi kota metropolitan Jakarta nampaknya merupakan keharusan untuk memfasilitasinya.

Cari Blog Ini