NAMA : IIS SUDIYANTI
PMI-3
TUGAS PROPOSAL-SOSPER
PENGEMIS YANG TERORGANISIR
1.Latar belakang Masalah
Faktor kemiskinan (struktural, kultural, natural, dan mental) sangat memengaruhi terjadinya perilaku seseorang yang ujungnya adalah munculnya fenomena peminta-minta atau pengemis. Semakin banyak jumlah orang miskin semakin potensial mereka menjadi pengemis. Dalam bahasa pembangunan terjadinya kebergantungan ekonomi pada orang lain yang semakin tinggi. Secara lebih rinci, dalam prakteknya ada lima jenis pengemis yang disebabkan karena keterbatasan aset dan sumber ekonomi, rendahnya mutu mental seperti rasa malu dan spirit mandiri yang kurang.
Pertama, mengemis karena mereka tidak berdaya sama sekali dalam segi materi, karena cact fisik, kurangnya pendidikan, tidak punya rumah tetap atau gelandangan, dan orang lanjut usia miskin yang sudah tidak punya saudara sama sekali. Mengemis menjadi bentuk keterpaksaan.
Kedua, mengemis seperti sudah menjadi kegiatan ekonomi menggiurkan. Karena menurut mereka mengemis itu lebih cepat mendapatkan uang dibanding mereka harus banting tulan
Ketiga, mengemis musiman, misalnya menjelang dan saat bulan ramadhan, hari idul fitri, dan tahun baru. Biasanya mereka kembali ke tempat asal setelah mengumpulkan uang sejumlah tertentu.
Keempat, mengemis karena miskin mental. Mereka ini tidak tergolong miskin sepenuhnya. Maksudnya agar membangun rasa belas kasihan orang lain. Pengemis seperti ini tergolong individu yang sangat malas bekerja. Dan potensial untuk menganggap mengemis sebagai bentuk kegiatan profesinya.
Kelima, mengemis yang terkoordinasi dalam suatu sindikat. Sudah semacam organisasi tanpa bentuk. Dengan dikoordinasi seseorang yang dianggap bos penolong, setiap pengemis ("anggota") harus menyetor sebagian dari hasil mengemisnya kepada sindikat. Bisa dilakukan harian bisa bulanan. Maka mengemis dianggap sudah menjadi "profesi". Ada semacam pembagian operasi dengan anggota-anggota tersendiri.
Saya akan mengobservasi seorang anak yang selalu mencari uang dilingkungan sekitar kita, yang menurut saya anak kecil itu pengemis secara terkordinir
2. Batasan dan Perumusan Masalah
Dalam proposal ini penulis akan membatasi pembahasan pengemis, dalam pembahasan ini akan membahas "Pengemis yang Terkordinir". Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
· Apa saja kesulitan yang mereka hadapi ketika menjalankan tugas?
· Faktor apa saja yang mampu membuat mereka menjadi pengemis yang terkordinir?
· Adakah syarat-syarat yang diberikan atasan ketika mereka menjadi pengemis?
· Berapa banyak uang yang mereka dapat dalam sehari? Dan berapakah uang yang harus dsetorkan? Adakah hukuman apabila mereka melanggar aturan yang telah ditetapkan?
3. Tujuan
Tujuan saya mengobservasi atau penelitian ini :
· Mengetahui lebih jelas realita seorang anak ketika dia mencari uang dijalanan
· Untuk mengetahui faktor apa saja sampai mereka mau menjadi pengemis secara terkordinir
· Mengetahui prasyarat yang diberikan oleh kordinator mereka
· Mengetahui berapa banyak uang yang didapat, berapa uang yang harus disetorkan, dan hukuman apa yang mereka terima
Adapun tujuan dan manfaat yang bisa diambil dari Observasi bagi peneliti adalah
· Untuk menambah wawasan akan kehidupan pengemis yang sesungguhnnya
· Untuk Bisa mengetahui data pengemis yang sesungguhnya
· Terjun langsung kemasyarakat jalanan untuk bekal saya dimasa mendatang
· Menjadi pembelajaran dalam mata kuliah Sosiolog Perkotaan
4. Metodologi
· Lokasi yang saya ambil untuk observasi dalam proposal ini adalah didaerah bekasi timur, tambun. Karena menurut kementrian sosial disana ada tempat rehabilitasi sosial dan disekelilingnya masih banyak mereka yang membutuhkan masih terlantar.
· Saya akan sengaja dating ke Kementrian Sosial untuk melihat perkembangan dan dan mengetahui berapa banyak komunitas pengemis khususnya yang ada didaerah DKI Jakarta dan Bekasi selama tahun 2011 sampai 2012. Kemudian saya akan terjun kelapanan dan mencari salah satu anak yang mau diajak untuk menjadi objek observasi. Maka setelah saya mendapatkan objeknya, Maka saya akan mencantumkan biodata anak tersebut.
· Teknik yang saya lakukan adalah dengan cara
1.Wawancara dengan objek yang ada
2. Mengambil data dari Kementrian Sosial dan pusat rehabilitas yang ada di Bekasi
3. Observasi secara langsung
4. Dokumentasi dengan objek
· Waktu yang saya ambil untuk melakukan observasi adalah setelah Ujian tengah Semester. Sesuai waktu yang telah ditentukan.
5.Tinjauan Teoritis
Pengaturan Pemerintah tentang pengemis
Kita ketahui bahwa sudah banyak pemerintah daerah yang membuat peraturan tentang pengemis ini, beberapa diantaranya Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya dan akhir-akhir ini,. Semuanya telah mengeluarkan peraturan daerah tentang larangan mengemis. . Tidak saja kepada sang pengemis yang akan dikenai hukuman tetapi juga kepada pemberinya. Selama ini pandangan sebagian masyarakat tentang pengemis tertuju pada stigma negatif yakni pengemis sama saja dengan pemalas; pengemis mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan; pengemis sebagai gambaran wajah rendahnya martabat suatu bangsa; dan pengemis merefleksikan tidak mampunya pemerintah memberdayakan mereka seperti diamanatkan dalam UUD 1945.
6.Penutup
Dari semua apa yang telah diuraikan diatas bahwasannya pengemis tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari pengemis yang beralasan mengemis karena dia mengalami cacat fisik dan tidak dapat bekerja, sampai pengemis yang rerorganisir.
Pengemis merupakan masalah sosial yang harus segera ditangani oleh Negara, agar tidak merebah luas seperti yang dikatakan oleh beberapa masyarakat, Yaitu Pengemis jaman sekarang seperi kegiatan bekerja yang tidak pandang batas umur dan harta yang dimiliki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar