Nama : Ahmad Munsorif
Kelas : PMI 3
Tugas : Proposal penelitian sosiologi perkotaan.
Perekonomian Indonesia semakin berkembang di era globalisasi ini. Dalam krisis dunia pun Indonesia dikatakan masih bisa bertahan, karena adanya ukm-ukm yang masih berjalan dengan baik. Dalam dunia ekonomi UKM merupakan usaha indepenpen atau non formal, jadi adanya krisis dunia itu tidak berdampak terhadap Indonesia. Ukuran krisis dunia adalah perhitungan ekonomi pemerintah.
Oleh sebab itu, UKM di Indonesia sangatlah urgen dalam roda perekonomian Indonesia. PKL, warung-warung kopi merupakn sebagian daripada UKM, mereka membantu Indonesia dalam menghadapi krisis ekonomi dunia yang melanda Indonesia.
Di sekitar kampus Uninersitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat beberapa pedagang kaki lima(PKL) dan UKM-UKM. Tapi, baru-baru ini terdapat warung kopi yang berlabel modern atau waralaba, atau biasa dikenal kapitalisme.
Dari sini, penulis menganggap penting untuk meneliti dampak daripada waralaba terhadap warung-warung kopi atu PKL di sekitar kampus tersebut.
Menurut penulis, penelitian sangat urgen untuk diketahui oleh masyarakat lain akan dampak dari usaha waralaba yang terdapat di daerahnya masing-masing. Karena bagaimanpun juga waralaba bukanlah sebagai UKM bahkan PKL.
Tidak hanya itu saja yang perlu diperhatikan oleh masyarkat terhadap waralaba, tapi bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan tatkala adanya waralaba di sekiitarnya.
2. Pertanyaan Penelitian.
Dari penjelasan di atas penulis akan membatasi penelitian yang akan dikaji. Di bawah akan diajukan beberapa pertanyaan penelitian dalam penelitian kali ini.
a. Apa dampak Seven Eleven bagi warung kopi dan PKL di sekitar kampus UIN Jakarta ?
b. Bagaimana langkah yang dilakukan oleh warung-warung kopi dan PKL ?
c. Mengapa penelitian ini dilakukan ?
d. Apakah ada kerjasama antara UKM dan waralaba ?
e. Apa dampak sosial adanya Seven Eleven?
3. Metodologi Penelitian
a. Tempat Penelitian.
· Warung-warung kopi dan PKL di sekitar kampus UIN Jakarta.
· Seven Eleven
b. Waktu.
· Penelitian ini dilaksankan dari pertengahan bulan Oktober sampai November.
c. Tenik pengambilan data.
Pada dasarnya metode ilmiah adalaah penggabungan antara berpikir secara deduktif dan induktif. Dalam dunia ilmiah dikenal semboyan : "Yakinkanlah orang secara teoritis dan kerangka berpikir, serta buktikanlah secara empiris dengan pengumpulan data yang relevan". Teknik pengumpulan data terrdiri atas:
· Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis teradap gejala-gejala yang ditelliti.
· Wawancara
Wawancara ialah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
· Angket
Angket ialah daftar pernyataan atau petanyaaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung.
· Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
4. Tinjauan Teori
Meskipun terbilang agak "terlambat", karena fenomena tren gaul generasi muda bercengkrama di kafe Seven Eleven sudah terlanjur melekat dan menciptakan strata sosial tersendiri (keren) dalam kehidupan remaja dan anak muda di Ibu Kota Jakarta.
Namun usaha ini patut diapresiasi. Dalam harian itu, Kepala Disparbud DKI Jakarta, Arie Budhiman mengatakan—bahwa Seven Eleven merupakan bagian penanaman modal asing (PMA) yang turut berkontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI.
Lemah dalam Perspektif Budaya
Dalam konteks peningkatan PAD Pemprov. DKI Jakarta, argumentasi itu tentunya dapat diterima. Namun sepertinya lemah, jika Seven Eleven dilihat dari sudut pandang budaya.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat kecil, kita mengenal istilah warung kopi atau angkringan (istilah yang mulai popular di Ibu Kota).
Produk-produk yang disajikan pun adalah produk lokal berupa karya, cipta dan rasa, masyarakat tradisional kita di wilayahnya masing-masing. Selain jajanan, tempat itu juga merupakan intraksi sosial masyarakat dalam membahas sebuah persoalan.
Baik itu seputar persoalan kegiatan pribadi (kegitan), kelompok, daerah bahkan nasional. Karenanya, selain tempat jajanan, warung kopi atau angkringan, juga merupakan media komunikasi dalam kerangka membangun solidaritas, antar pribadi, kelompok maupun nasional.
Sedangkan kafe Seven Eleven, sangat jauh dari konsep itu. Konsep menjaga dan membangun kembali nilai-nilai kearifan lokal, sebagaimana riuh dikampanyekan pemerintah, baik pusat maupun daerah. Pembaca bandingkan saja sendiri bagaimana fenomena gaul di warung kopi atau angkringan dan Seven Eleven.
Meskipun tidak bisa ditampik bahwa ada nilai 'positif'-nya juga. Tetapi apa yang mereka usung (tren mode) dan diskusikan di SEVEN ELEVEN, tak jauh (dominan) seputar pergaulan yang diadopsi dari dunia asing.
Dari situlah selanjutnya (salah satu) indikator fenomena bergesernya nilai-nilai budaya lokal terjadi. Hingga menyebabkan runtuhnya sistem pertahanan dan ketananan budaya nasional. Mengingat budaya lokal adalah akumulasi dari nilai-nilai kearifan budaya lokal. Terlebih lagi tidak sedikit produk asing dihidangkan di tempat itu.
Seven Eleven adalah satu di antara sekian banyaknya ornamen asing yang marak dan menggrogoti kebudayaan negeri ini. Ia menjadi tak ubahnya pasukan tempur dalam agresi kekuasaan kapital asing untuk mengusai ekonomi.
Pendekatan kultur dan budaya (modern) asing yang tengah tren dipublikasikan melalui televisi dan internet tidak lepas dari pembuka jalannya. Ini patut menjadi bahan perenungan dan evaluasi bagi semua lembaga negara (yang berkompeten).
5. Penutupan
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pengaruh Seven Eleven ini tidak saja terhadap pedagang kaki lima(PKL) dan warung-warung kopi di sekitar kampus. namun, pengaruh strata sosial juga berpengaruh terhadap PKL, mahasiswa dan masyarakat. Karena persektifnya adalah bahwasanya yang ngopi di Seven Eleven merupakan golongan orang kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar