TUGAS 2
A.Pengertian sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.
B. Pelopor-pelopor Sosiologi
Talcott Parsons: Teori Struktur Fungsional
Talcott Parsons
Talcott Parsons lahir di Spring, Colorado pada tanggal 13 Desember 1902 dan meninggal di Munchen, Bayern pada tanggal 18 Mei 1979. Ayahnya bernama Edward Smith Parsons dan ibunya bernama Marry Augusta Parsons. Ayahnya seorang pendeta, professor dan kemudian menjadi rektor sebuah perguruan tinggi kecil. Parson mendapatkan gelar sarjana muda dari Universitas Amherst tahun 1924 dan menyiapkan disertasinya di London School of Economics. Disamping itu ia dilengkapi oleh teori fungsional antropologi dari Bronislaw- Malinosky. Di tahun berikutnya ia pindah ke Universitas Heidelberg Jerman. Parson sangat dipengaruhi karya Weber dan akhirnya menulis disertasi diHeidelberg, yang sebagian menjelaskan karya Weber. Parson mengajar di Harvard pada tahun 1927-1979. Kemajuan karirnya tidak begitu cepat, ia tidak mendapatkan jabatan professor hingga tahun 1939.
Auguste Comte: Kemajuan Budaya
Auguste Comte
Banyak tokoh-tokoh sosiologi yang ada dan yang telah mengutarakan pokok-pokok pemikirannya, tetapi untuk kali ini diparkan salah satu tokoh atau filsuf dari Perancis yang telah meletakan dasar dari bidang Ilmu Pengetahuan, yaitu Auguste Comte. Sebagaimana yang diungkapkan oleh tokoh sejarah ilmu dari Amerika Serikat, George Sarton, peletak dasar bidang pengetahuan itu adalah filsuf Perancis Auguste Comte yang menulis buku berjudul "Cours de Philosophie Positive" (1830-1842).
Kelahiran dan Pendidikannya
Auguste Comte lahir di Mountpelier, Perancis 19 Januari 1798, keluarganya beragama Khatolik dan berdarah bangsawan, tetapi Comte tidak memperlihatkan loyalitasnya. Ayahnya menjadi seorang pegawai kerajaan, tepatnya pegawai lokal kantor pajak dan sekaligus seorang penganut Khatolik yang saleh.
B. Hukum Tiga Tahap
Meskipun perspektif teoritis comte mencakup statika dan dinamika sosial, (ahli sosiologi sekarang lebih menyebutnya struktur dan perubahan). Comte menjelaskan bahwa tujuannya yang menyeluruh adalah "untuk menjelaskan setepat mungkin gejala perkembangan yang besar dari umat manusia dengan semua aspeknya yang penting, yakni menemukan mata rantai yang harus ada dari perubahan-perubahan umat manusia mulai dari kondisi yang hanya sekedar lebih tinggi daripada suatu masyarakat kera besar, secara bertahap menuju ke tahap peradapan eropa sekarang ini.
Hukum tiga tahap merupakan usaha comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dari masa primitif sampai modern. Ini membawa kita kepada landasan pendekatan comte yakni teori evolusinya atau tiga tahap tingkatan. Teori ini mengemukakan adanya tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di sepanjang sejarahnya.[5]
Menurut comte proses evolusi ini melalui tiga tahapan utama:
1. Tahapan teologis, yaitu akal budi manusia, yang mencari kodrat manusia, yakni sebab pertama dan sebab akhir dari segala akibat – singkatnya, pengetahuan absolute, mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural.
2. Tahapan metafisis, dalam fase metafisik, atau tahap transisi antara tahap teologis dan positivis. Tahap ini ditandai dengan suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi. Atau dengan kata lain akal budi mengandaikan bukan hal supranatural, melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda.
3. Tahapan positivistic, yaitu akal budi telah meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian yang absolut, asal dan tujuan alam semesta, serta sebab-sebab gejala dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang hukum-hukumnya – yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaanya yang tidak beubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini.
Oleh karena itu, comte memandang seluruh pengetahuan sebagai ilmu sosial alam dalam pengertianya yang luas karena ia menggambarakan perkembangan konteks sosial, khususnya sebagai salah satu dari tiga tahapan intelektual tersebut
Jelas bahwa dalam teorinya tentang dunia, comte memusatkan perhatian pada faktor intelektual. Ia mengatakan bahwa kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan social.[6] Kekacauan ini berasal dai sistem gagasan terdahulu (teologi dan metafisik) yang terus ada dalam era positif (ilmiah). Pergolakan social baru akan berakhir apabila kehidupan masyarakat sepenuhnya dikendalikan oleh positivisme. Positivisme akan muncul meski tak secepat yang diharapkan orang.
Comte juga membagi sistem social menjadi dua bagian penting, yaitu masyarakat dan hukum-hukum keberadaan manusia sebagai makhluk social dan yang kedua adalah dinamika social atau hukum-hukum perubahan social. Yang mendasari system ini adalah naluri kemanusiaan yang terdiri dari atas tiga faktor utama.
1. Naluri-naluri pelestarian (naluri seksual maupun material)
2. Naluri-naluri perbaikan (dalm bidang militer dan industry)
3. Naluri social (kasih sayang, pemujaan dan cinta semesta )
Diantara ketiganya ada naluri kebanggaan dan kesombongan.
A.Pengertian sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.
B. Pelopor-pelopor Sosiologi
Talcott Parsons: Teori Struktur Fungsional
Talcott Parsons
Talcott Parsons lahir di Spring, Colorado pada tanggal 13 Desember 1902 dan meninggal di Munchen, Bayern pada tanggal 18 Mei 1979. Ayahnya bernama Edward Smith Parsons dan ibunya bernama Marry Augusta Parsons. Ayahnya seorang pendeta, professor dan kemudian menjadi rektor sebuah perguruan tinggi kecil. Parson mendapatkan gelar sarjana muda dari Universitas Amherst tahun 1924 dan menyiapkan disertasinya di London School of Economics. Disamping itu ia dilengkapi oleh teori fungsional antropologi dari Bronislaw- Malinosky. Di tahun berikutnya ia pindah ke Universitas Heidelberg Jerman. Parson sangat dipengaruhi karya Weber dan akhirnya menulis disertasi diHeidelberg, yang sebagian menjelaskan karya Weber. Parson mengajar di Harvard pada tahun 1927-1979. Kemajuan karirnya tidak begitu cepat, ia tidak mendapatkan jabatan professor hingga tahun 1939.
Auguste Comte: Kemajuan Budaya
Auguste Comte
Banyak tokoh-tokoh sosiologi yang ada dan yang telah mengutarakan pokok-pokok pemikirannya, tetapi untuk kali ini diparkan salah satu tokoh atau filsuf dari Perancis yang telah meletakan dasar dari bidang Ilmu Pengetahuan, yaitu Auguste Comte. Sebagaimana yang diungkapkan oleh tokoh sejarah ilmu dari Amerika Serikat, George Sarton, peletak dasar bidang pengetahuan itu adalah filsuf Perancis Auguste Comte yang menulis buku berjudul "Cours de Philosophie Positive" (1830-1842).
Kelahiran dan Pendidikannya
Auguste Comte lahir di Mountpelier, Perancis 19 Januari 1798, keluarganya beragama Khatolik dan berdarah bangsawan, tetapi Comte tidak memperlihatkan loyalitasnya. Ayahnya menjadi seorang pegawai kerajaan, tepatnya pegawai lokal kantor pajak dan sekaligus seorang penganut Khatolik yang saleh.
B. Hukum Tiga Tahap
Meskipun perspektif teoritis comte mencakup statika dan dinamika sosial, (ahli sosiologi sekarang lebih menyebutnya struktur dan perubahan). Comte menjelaskan bahwa tujuannya yang menyeluruh adalah "untuk menjelaskan setepat mungkin gejala perkembangan yang besar dari umat manusia dengan semua aspeknya yang penting, yakni menemukan mata rantai yang harus ada dari perubahan-perubahan umat manusia mulai dari kondisi yang hanya sekedar lebih tinggi daripada suatu masyarakat kera besar, secara bertahap menuju ke tahap peradapan eropa sekarang ini.
Hukum tiga tahap merupakan usaha comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dari masa primitif sampai modern. Ini membawa kita kepada landasan pendekatan comte yakni teori evolusinya atau tiga tahap tingkatan. Teori ini mengemukakan adanya tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di sepanjang sejarahnya.[5]
Menurut comte proses evolusi ini melalui tiga tahapan utama:
1. Tahapan teologis, yaitu akal budi manusia, yang mencari kodrat manusia, yakni sebab pertama dan sebab akhir dari segala akibat – singkatnya, pengetahuan absolute, mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural.
2. Tahapan metafisis, dalam fase metafisik, atau tahap transisi antara tahap teologis dan positivis. Tahap ini ditandai dengan suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi. Atau dengan kata lain akal budi mengandaikan bukan hal supranatural, melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda.
3. Tahapan positivistic, yaitu akal budi telah meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian yang absolut, asal dan tujuan alam semesta, serta sebab-sebab gejala dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang hukum-hukumnya – yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaanya yang tidak beubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini.
Oleh karena itu, comte memandang seluruh pengetahuan sebagai ilmu sosial alam dalam pengertianya yang luas karena ia menggambarakan perkembangan konteks sosial, khususnya sebagai salah satu dari tiga tahapan intelektual tersebut
Jelas bahwa dalam teorinya tentang dunia, comte memusatkan perhatian pada faktor intelektual. Ia mengatakan bahwa kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan social.[6] Kekacauan ini berasal dai sistem gagasan terdahulu (teologi dan metafisik) yang terus ada dalam era positif (ilmiah). Pergolakan social baru akan berakhir apabila kehidupan masyarakat sepenuhnya dikendalikan oleh positivisme. Positivisme akan muncul meski tak secepat yang diharapkan orang.
Comte juga membagi sistem social menjadi dua bagian penting, yaitu masyarakat dan hukum-hukum keberadaan manusia sebagai makhluk social dan yang kedua adalah dinamika social atau hukum-hukum perubahan social. Yang mendasari system ini adalah naluri kemanusiaan yang terdiri dari atas tiga faktor utama.
1. Naluri-naluri pelestarian (naluri seksual maupun material)
2. Naluri-naluri perbaikan (dalm bidang militer dan industry)
3. Naluri social (kasih sayang, pemujaan dan cinta semesta )
Diantara ketiganya ada naluri kebanggaan dan kesombongan.