Selasa, 01 Oktober 2013

Ida Parida KPI 1A_Tugas 4 Sosiologi_Max Weber 1

A.    The Protestan Ethic And Spirit Of Capitalism

The protestan ethic and spirit of capitalism merupakan karya weber yang paling terkenal dan terpopuler yaitu berkaitan tentang doktrin agama dengan semangat kapitalisme. Menurut Weber muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaan dengan perkembangan Sekte Kalvinisme dalam agama Protestan. Ajaran ini menyatakan bahwa pada intinya seseorang sudah ditakdirkan untuk masuk surga atau neraka.

Atas kajiannya tentang etika Protestan, Weber menemukan teori bahwa terdapat korelasi antara afiliasi agama protestan pada kondisi prakapitalis pada kemajuan. Etika Protestan mendorong seseorang untuk bekerja sungguh-sungguh, tidak berfoya-foya, tidak konsumtif, sehingga berbagai pertimbangan tersebut mendorong kesuksesan. Etika Protestan dimaknai oleh Weber dengan kerja yang luwes, bersemangat, dan rela melepas imbalan materialnya. Bagi Weber hal inilah yang dianggap berpengaruh besar pada peralihan dari ekonomi tradisional ke arah ekonomi modern. Weber mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai bentuk kebiasaan yang sangat mendukung pengejaran rasionalitas terhadap keuntungan ekonomi. Pengajaran bagi kepentingan-kepentingan pribadi diutamakan daripada memikirkan kepentingan dan kebutuhan kolektif.

Selain membicarakan tentang Protestan dan Kapitalisme, Weber juga membicarakan tentang agama Tiongkok yakni Konfusionisme dan Taoisme. Agama Tiongkok, Konfusionisme, dan Taoisme merupakan karya terbesar kedua dalam sosiologi tentang agama.

Weber memusatkan perhatiannya pada unsur-unsur dari masyarakat Tiongkok yang mempunyai perbedaan jauh dengan budaya yang ada dibagian barat bumi (Eropa) yang dikontraskan dengan Puritanisme. Ia pun melakukan penelusuran berbagai dokumen. Dari hasil penelitian tersebut, Weber menemukan sketsa historis tentang masyarakat Tiongkok. Menurutnya masyarakat Tiongkok memiliki akar sejarah yang kuat dengan kehidupan nenek moyang mereka sejak tahun 200 SM. Tiongkok merupaka pusat perdagangan. Hanya saja masyarakat Tiongkok tidak mendapatkan otonomi politik.


Weber menjelaskan temuannya terhadap dampak pemikiran agama Protestan memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sistem ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat. Namun tentu saja ini ditopang dengan faktor lain diantaranya adalah rasionalitas terhadap upaya ilmiah, sistematisasi terhadap administrasi pemerintahan, dan usaha ekonomi. Hal ini menjadi sebuah kesimpulan yang dianggapnya sebagai aspek pembeda yang sangat penting dari budaya yang ada di Barat.   

B.      Economie Et Societe  

Dalam buku ini Weber menjelaskan rasionalisasi kehidupan sosial menjadi ciri paling signifikan masyarakat modern. Apa yang dimaksud rasionalisisasi ? Weber menjelaskan tiga tipe aktivitas manusia yaitu:

Ø Tindakan Tradisional yang terkait dengan adat istiadat. Aktivitas sehari-hari seperti makan dengan menggunakan garfu atau cara memberi salam kepada teman merupakan tindakan tradisional.

Ø Tindakan afektif yang digerakkan oleh nafsu. Para rentenir dan penjudi bertindak pada level ini.

Ø Tindakan rasional yang merupakan alat (instrumen), ditujukan ke arah nilai atau tujuan yang bermanfaat dan berimplikasi pada kesesuaian atara tujuan dengan cara strategi militer atau ekonomi termasuk dalam kategori ini.

Menurut Weber tindakan rasional dengan ciri masyarakat modern: yaitu mewujudkan dirinya sebagai pengusaha kapitalis, ilmuan, konsumen atau pegawai yang bekerja/bertindak sesuai dengan logika tersebut.

Dalam Economie Et Societe Weber membahas berbagai jenis hubungan sosial yang berbeda-beda terutama bentuk-bentuk dominasi politik. Ia membedakan tiga bentuk ideal tipe dominasi tersebut yaitu:

Ø Dominasi Tradisional yang didasarkan pada legitimasi karena ciri sakralitas tradisi yang melekat padanya. Kekuasaan patriarkhis di tengah-tengah kelompok penghuni ruang domestik dan kekuasaan para tuan tanah dalam masyarakat feodal termasuk dalam kategori ini.

Ø Dominasi karismatik yang merupakan dominasi suatu personalitas tertentu dan dikaruniai aura khusus. Pemimpin karismatik mendasarkan kekuasaannya pada kekuatan untuk meyakinkan dan kapasitasnya untuk mengumpulkan dan mebolisisasi banyak orang. Ketaatan terhadap pemimpin semacam ini terkait dengan faktor-faktor emosional yang berhasil debangkitkan, depertahankan, dan dikuasainya.

Ø Dominasi legal-rasional yang bertumpu pada kekuatan hukum formal dan impersonal. Dominasi ini terkait dengan fungsi, dan bukan pada perseorangan.

DAFTAR PUSTAKA:

Cabin,Philipe dan Dortier J. Francois. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Bantul, Kreasi Wacana. 2009.

Upe Ambo. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi.  PT RajaGrafindo Persada. Jakarta 2010

 

dwikihandikapmi3_tugas4_sosiologiperkotaan

DWIKI HANDIKA
1112054000031
PERKEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM / semester 3
 
TEORI KRITIS KARL MARX DAN MARXISME
   TEORI KRITIS MENURUT KARL MARX
Teori kritis merupakan metode baru yang lahir dari beberapa hal yang nampaknya bersumber dari faham marxisme dan beberapa determinisme yang berlaku pada saat itu   , teori kritis sendiri berawal dari kegelisahan terhadap pengejawantahan marxisme yang pada awalnya memberikan jaminan penyelesaian namun mengalami kegagalan total yang berakibat runtuhnya faham marxisme , namun, kita juga tak bisa mnengelak bahwa terbentuknya asal negara rusia yang dikatakan mengimplementasikan kedalam bentuk asas negara terrnyata hanya alih alih saja dan lebih besar terhadap permainan dan keuntungan politik saja , sekuat apapun suatu teori yang dikembang namun tak ada pengakuanyang bersifat dasar pula dari manusia sendiri juga akan menimbulkan timbal balik antara keduanya.
Teori kritis sendiri juga tak jauh dari hal tersebut karena ketidak  puasan yang menimpa para pengamat serta masyarakat yang merasa sudah gerah dengan pakaian yang merekka kenakan serta merasa bahwa hal tersebut mengakibatkan keterasingan sendiri.
Teori kritis pada marxian lebih pada determiniisme ekonomi yang juga jadi perhatian terhadap pemikir salah satunya habermas yang secara tegas mendukung marxian yang dinilai konservative dalam teori kritis ini mengklasivikasikan dalam beberapa pecahan dan pembahasan yang manuangkan teori kritisnya , bisa jadi ada saja kegamangan yang terjadi kita bisa lihat struktur pembangunan teori marxian yang yang dipandang oleh teori kritis amatlah kaku ketika dituangkan dalam bentuk realita , semula marxisme sangat menjajikan adanya tatanan sosial yang baru dalam kemanuisan yang dengan latar konflik ketidakadilan dalam pegangannya maxrxian berpedoman pada apa yang dinamakan rasionaliatas purposif (tujuan nyata) sehingga pola marx sebelum merumuskan tentang pandangannya lebih mengedepankan prospek kenyataan dilapangan apapun alasannya  kita bisa amendalami secara selik meliknya maka akan kita adapati bahwa rasionalitas bukanlah sebuah jaminan kita merubah dan membangun ruang gerak baru  kepada manusia belum tentu juga pula ketimpangan yang terjadi dilingkunagan sosial sendiri malah memberikan jalan penilaian akan hal tersebut . dari sinilah marx melihat dengan segala pemahamanya akan pertentangan kelasnya yan amat berpengaruh pada pilar faham marxisme bahwa memang tak akan bisa suatu bentuk pengejawantahaan rasionalitas akan bisa dengan cepat menusuk pada perubahan sejati.
Teori kritis yang paling tepat ketika diajukan kepada marx itu sendri berpijak pada orientasi terhadap pemahamann marx pada perilaku kerja serta hubunganya dengan orientasi komunikatif dalam kerja. Marx tak hanya memusatkan perhatiannya pada kerja , tetapi menempatkan kerja dan kreatif yang merdeka dan kreativ sebagai basis analisis kritis kerja itu dalam berbagai epos sejarah , terutama dalam masa kapitalisme.
Dalam pandangan lebih jauh lagi teori kritis juga tak tak menandai marx sebagai bahan kritik tapi juga terhadap sosiologi yang pada saat yang sama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perannya sangat teguh dengan apa yang dinamakan fisika sosial damun dalam waktu yang sama teori kritis juga tak tak bisa mengindahkan sosiologi sebagai bahasa kritisnya, sosiologi dipandang terlalu ilmiah  yakni karena menjadikanhya metode ilmiah sebagai tujuan didalam dirinya sendiri selain dari itu sosiologi dituduh menerima status quo, aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tak serius mengkritik masyarakat ,tak berupaya merombak sruktur sosial masa kini , menururt aliran kritis sosiologi telah melepaskan kewajibannya umtuk membantu rakyat kecil yang tertindas oleh masyarakatmasa kini.
 
Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme.
Salah satu alasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masi telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel. Bahkan sampai saat ini pun kalangan Marxis masih menggunakan terminologi Hegel Ada baiknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi penting dari Marxisme;
  • Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.
  • Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
  • Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.
  • Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.
  • Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
  • Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.
  • Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung samapi tercapai suatu situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan. Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka Akan tetapi, untuk pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.
  • Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk memperolah kebebasannya dan pemenuhan diri.
  • Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang liberal. Akan tetapi, merupakan sebuah masayrakat organik, di mana individu-individu terserap ke dalam suatu totalitas yang lebih besar, sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada kehidupan mereka yang terpisah-pisah.
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas materiil yang semakin kompleks bisa berubah menjadi suatu kualitas baru.
Menurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup. Apapun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta untuk memenuhi kebutuhan dasar.  Tidak ada yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.  Namun demikian, ketika cara-cara produksi berkembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan agar tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan cara itu. Lalu, orang menjadi bergantung satu dengan yang lain. Produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas sosial, bukan lagi aktivitas individu.
Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang ditentukan hubungannya dengan sarana produksi Apa yang kulakukan seorang diri untuk penghidupanku menentukan sebagian besar hal pokok dalam cara hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hubungan ini juga menentukan siapa saja yang punya kepentingan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan kepentinganku.
Dengan cara pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di antara kelas-kelas itu.
 
 

Mohammad Fauzi Ardiansyah_KPI 1A_Tugas 4 SOSIOLOGI_Max Weber

MAX WEBER

 

The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism

 

            The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism bukan sebuah buku yang didalamnya berisi tentang kelahiran kapitalisme modern, tetapi The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism adalah sebuah karya yang sangat populer karena di dalamnya berisi tentang doktrin agama dan tentang semangat kapitalisme.

 

Menurut weber berkembangnya kapitalisme di dunia barat semuanya berlangsung secara bersamaan dengan perkembangan Sekte Kalvinise dalam sebuah agama protestan. Ajaran ini dikembangkan oleh seseorang yang bernama Calvin pada saat itu ajarannya muncul dan menyatakan bahwa seseorang sudah mempunyai takdir, dan mereka sudah ditakdirkan untuk masuk surga atau neraka, dan semuanya tergantung kepada semua yang dilakukannya saat dia hidup. Calvinisme ialah suatu aliran Protestanisme yang membuat Weber sangat tertarik. Salah satu cirii Calvinisme yaitu hannya sejumlah kecilah yang memperoleh keselamatan. Dan Gagasannya berujung kepada predestinasi.

 

Menurut pandangan weber perkembangan agama protestan sangat signifikan. Hal tersebut dapat ditemukan dalam kajiannya atas Negara-negara dengan system keagamaan majemuk. Saat kita meneliti Negara tersebut, weber menemukan bahwa para pemimpin sebuah system ekonomi, pemilik modal, pekerja berketerampilan tinggi dan orang-orang yang memiliki keunggulan-keunggulan teknis dan semuanya beragama protestan.

 

            Dalam karyanya ini Weber lebih memusatkan perhatiannya kepada efek dari Calvinisme dengan semangat kapitalisme, ia tahu kalau semua kondisi social dan ekonomi dapat menyebabkan timbal balik terhadap suatu agama. Sehingga dia tidak membahas hubungan tersebut dalam bukunya.

 

            Weber berpendapat bahwa semangat kapitalisme tidak dapat didefinisikan begitu saja berdasarkan kerakusan ekonomi, sehingga Weber mendefinisikan semangat kapitalisme adalah bentuk kebiasaan yang sangat mendukung pengejaran sosionalitas terhadap keuntungan ekonomi.

 

            Menurut Weber ciri khusus kapitalisme juga ada dalam bagaimana cara hidup dan beradaptasi dengan baik, dan cirri tersebut dapat mendominasi hal-hal lainnya yang merupakan kenyataan yang benar-benar ada saat di masa revolusi industry. Dulu kenyataan tersebut ternyata benar-benar dipraktekan oleh manusia. Manusia memulai hidup dari suatu tempat dan bukan dari individu yang terisolasi, tetapi melainkan sebagai cara hidup yang wajar  bagi suatu kelompok individu.

           

            Weber juga mengaitkan dampak atau efek  agama dalam suatu kegiatan ekonomi, antara stratifikasi social, dan pemikiran agama serta pembedaan karakter di budaya barat. Hal tersebut bertujuan untuk menemukan jawaban dari sebab budaya barat dan budaya timur berkembang pada jalur yang berbeda. Weber memperoleh jawaban bahwa semua itu banyak di pengaruhi oleh agama Protestan, dan di damping dengan adanya rasionalitas terhadap suatu upaya ilmiah, suatu usaha ekonomi dan sistemasi administrasi pada suatu pemerintahan.

 

Economic and Society

 

          Economic and Society adalah karya weber yang di dalamnya berisi tentang bagaimana suatu tindakan social dan system politik dapat membentuk dan mempengaruhi suatu system ekonomi.

           

            Di dalam buku ini Weber juga menjelaskan tentang tipe-tipe ideal. Tipe ideal adalah sebuah konsep yang di buat oleh ilmuan social, menurut minat dan orientasi teoritisnya, dengan tujuan untuk memahami ciri utama dalam suatu fenomena social. Tipe ideal ini sangat membantu pada saat melakukan studi empiris dan saat memahami aspek-aspek tertentu dari dunia social.

           

Weber mengelompokan macam-macam tipe ideal:

a.       Tipe Ideal Hystoris

Tipe ideal ini sangat terkait dengan fenomena-fenomena  yang ditemukan pada masa lampau. Contohnya, pasar kapitalis modern.

b.      Tipe Ideal Sosiologi Umum

Tipe ideal iniberhubungan dengan fenomena-fenomena yang menyinggung beberapa periode historis dan masyarakat. Contohnya, Birokrasi.

c.       Tipe Ideal TIndakan

Tipe ideal ini adalah tipe tindakan yang berdasarkan kepada motivasi pelakunya.

Contohnya, tindakan afektual.

d.      Tipe ideal Struktural

Tipe ideal ini merupakan tipe yang berbentuk sebab akibat dari sebuah tindakan social.

Contohnya, dalam dominasi tradisional.

 

 

Nama: Mohammad Fauzi Ardiansyah

NIM  : 1113051000042

 

Chika KPI/1A_Tugas4_Max Weber

MAX WEBER

 

Karya  dari Max Weber, Economic et Society dan Protestan Ethic and Spirit of Capitalism.

A.         Economic et Society , buku ini dibuat Weber menjelang kematannya (14 Juni 1920). Dalam buku Economic et Society Weber, Weber membahas berbagai jenis hubugan sosial yang berbeda-beda terutama bentuk-bentuk dominasi politik. Ia membedakan tiga bentuk ideal tipe dominasi tersebut yaitu :

a.       Dominasi tradisional yang didasarkan pada legitimasi karena ciri sakralitas tradisi yang melekat padanya. Kekuasaan patriarkhis di tengah-tengah kelompok penghuni ruang domestik dan kekuasaan para tuan tanah dalam msyarakat feodal termasuk dalam kategori.

b.       Dominasi karismatik yang merupakan dominasi suatu personalitas tertentu dan dan dikaruniai aura khusus. Pemimpin karismatik mendasarkan kekuasaannya pada kekuatan untuk meyakinkan dan kapasitasnya untuk mengumpulkan dan memobilisasi banyak orang. Ketaatan terhadap pemimpin semacam ini terkait dengan faktor-faktor emosional yang berhasil dibangkitkan, dipertahankan dan dikuasainya.

c.       Dominasi "legal-rasional" yang bertumpu pada kekuatan hukum formal dan impersional (bukan pada satu orang saja). Dominasi ini terkait dengan fungsi, dan bukan pada person. Kekuasaan dalam organisasi modern dijustifikasi lewat kompetensi, rasionalitas pilihan dan bukan pada kekuasaan sihir. Dominasi rasional atau "legal-rasional"ini berlangsung melalui kepatuhan terhadap sebuah kitab hukum (code) fungsional.

   Weber juga berpendapat pada buku Economic et Society "rasionalisasi kehidupan sosial" menjadi ciri paling signifikan masyarakat modern. Weber menjelaskan tiga tipe besar aktivitas manusia yaitu :

-          Tindakan tradisional yang terkait dengan adat-istiadat. Aktivitas sehari-hari seperti makan dengan menggunakan sendok dan memberikan salam terhadap teman itu merupakan tindakan tradisional.

-          Tindakan efektif yang digerakkan oleh nafsu. Para renternir dan penjudi bertindak pada level ini.

-          Tindakan rasional yang merupakan alat (instrumen), ditujukakn ke arah nilai atau tujuan yang bermanfaat dan berimplikasi pada kesesuain antara tujuan dengan cara. Menurut Weber tindakan rasional menjadi ciri masyarakat modern : yaitu mewujudkan dirinya sebagai pengusaha kapitalis, ilmuwan, konsumen, atau pegawai yang bekerja atau bertindak sesuai dengan logika.

 

 

 

 

B.                             Protestan Ethic and Spirit of Capitalism, adalah karya terpopuler Weber tentang keterkaitan dokrin agama dengan semangat kapitalisme. Menurut Weber muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaam dengan perkembangan Sekte Kalvinisme dalam agama Protestan. Weber mengkaji etika Protestan. Weber menemukan teori bahwa terdapat korelasi antara afiliasi agam Protestan pada kondisi prakapitalis pada kemajuan. Hal tersebut didasarkan pada fenomena yang banyak dijumpai pada agenda-agenda penting seperti pimpinan perusahaan, tenaga teknis, dan komersial terterlatih yang cenderung didominasi oleh orang-orang Protestan.

 

         Dokrin dari Protestan sendiri menimbulkan implikasi serius bagi tumbuh kembangnya suatu etos baru dalam komunitas Protestan, etos itu berkaitan langsung dengan semangat untuk bekerja keras guna merebut kesuksesan dunia. Ukuran sukses didunia juga akan menjadi ukuran sukses di akhirat. Ukuran sukses dan ukuran gagal bagi individu akan dilihat dengan ukuran yang tampak nyata dalam aktivitas ekonomi. Etika Protestan dimaknai oleh Weber dengan kerja yang luwes, bersemangat, sunguh-sungguh, dan rela melepas imbalan materialnya.

                Weber mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai bentuk kebiasaan yang sangat mendukung pengejaran rasionalitas terhadap keuntungan ekonomi. Menurut Weber bahwa suatu cara hidup yang teradaptasi dengan memiliki ciri-ciri khusus kapitalisme yang dapat mendominasi yang lainnya merupakan kenyataan yang riil ketika masa-masa awal revolusi indutri, ketika Weber hidup, kenyataan-kenyataan itu menjadi sesuatu yang benar-benar nyata dipraktikkan oleh manusia. Hidup harus dimulai di suatu tempat dan bukan dari individu yang terisolasi semata, malaiinkan sebagai suatu cara hidup lazim bagi keseluruhan kelompok manusia.

                Weber juga membicarakan tentang agama Tiongkok yakni konfusinalisme dan Taoisme. Perhatian Weber pada agama ini tampaknya menunjukan besarnya perhatian Weber atas kenyataan-kenyataan sosial dalam kehidupan manusia. Dalam tulisan-tulisannya yang lain, Weber jga sempat membicarakan mengenai Islam. Hadirnya tulisan tentang Konfusionisme dan Taoisme dalam karyanya ini dapat dipandang sebagai perbandingan antara makna agama di Barat dan di Timur.

DAFTAR PUSTAKA

 Upe, Ambo. Tradisi Aliran dalam sosiologi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2010

Dhilipe Cabin & Jean Francois Dortier. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Bantul : Kreasi Wacana,2009

 

 

 

Diya urrohman PMI3_ Tugas 4_Teori Kritis Marxisme

TEORI KRITIS DAN MARXISME KARL MARX

 

A.    TEORI KRITIS MENURUT KARL MARX

Teori kritis merupakan metode baru yang lahir dari beberapa hal yang nampaknya bersumber dari faham marxisme dan beberapa determinisme yang berlaku pada saat itu   , teori kritis sendiri berawal dari kegelisahan terhadap pengejawantahan marxisme yang pada awalnya memberikan jaminan penyelesaian namun mengalami kegagalan total yang berakibat runtuhnya faham marxisme , namun, kita juga tak bisa mnengelak bahwa terbentuknya asal negara rusia yang dikatakan mengimplementasikan kedalam bentuk asas negara terrnyata hanya alih alih saja dan lebih besar terhadap permainan dan keuntungan politik saja , sekuat apapun suatu teori yang dikembang namun tak ada pengakuanyang bersifat dasar pula dari manusia sendiri juga akan menimbulkan timbal balik antara keduanya.

Teori kritis sendiri juga tak jauh dari hal tersebut karena ketidak  puasan yang menimpa para pengamat serta masyarakat yang merasa sudah gerah dengan pakaian yang merekka kenakan serta merasa bahwa hal tersebut mengakibatkan keterasingan sendiri.

Teori kritis pada marxian lebih pada determiniisme ekonomi yang juga jadi perhatian terhadap pemikir salah satunya habermas yang secara tegas mendukung marxian yang dinilai konservative dalam teori kritis ini mengklasivikasikan dalam beberapa pecahan dan pembahasan yang manuangkan teori kritisnya , bisa jadi ada saja kegamangan yang terjadi kita bisa lihat struktur pembangunan teori marxian yang yang dipandang oleh teori kritis amatlah kaku ketika dituangkan dalam bentuk realita , semula marxisme sangat menjajikan adanya tatanan sosial yang baru dalam kemanuisan yang dengan latar konflik ketidakadilan dalam pegangannya maxrxian berpedoman pada apa yang dinamakan rasionaliatas purposif (tujuan nyata) sehingga pola marx sebelum merumuskan tentang pandangannya lebih mengedepankan prospek kenyataan dilapangan apapun alasannya  kita bisa amendalami secara selik meliknya maka akan kita adapati bahwa rasionalitas bukanlah sebuah jaminan kita merubah dan membangun ruang gerak baru  kepada manusia belum tentu juga pula ketimpangan yang terjadi dilingkunagan sosial sendiri malah memberikan jalan penilaian akan hal tersebut . dari sinilah marx melihat dengan segala pemahamanya akan pertentangan kelasnya yan amat berpengaruh pada pilar faham marxisme bahwa memang tak akan bisa suatu bentuk pengejawantahaan rasionalitas akan bisa dengan cepat menusuk pada perubahan sejati.

Teori kritis yang paling tepat ketika diajukan kepada marx itu sendri berpijak pada orientasi terhadap pemahamann marx pada perilaku kerja serta hubunganya dengan orientasi komunikatif dalam kerja. Marx tak hanya memusatkan perhatiannya pada kerja , tetapi menempatkan kerja dan kreatif yang merdeka dan kreativ sebagai basis analisis kritis kerja itu dalam berbagai epos sejarah , terutama dalam masa kapitalisme.

Dalam pandangan lebih jauh lagi teori kritis juga tak tak menandai marx sebagai bahan kritik tapi juga terhadap sosiologi yang pada saat yang sama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perannya sangat teguh dengan apa yang dinamakan fisika sosial damun dalam waktu yang sama teori kritis juga tak tak bisa mengindahkan sosiologi sebagai bahasa kritisnya, sosiologi dipandang terlalu ilmiah  yakni karena menjadikanhya metode ilmiah sebagai tujuan didalam dirinya sendiri selain dari itu sosiologi dituduh menerima status quo, aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tak serius mengkritik masyarakat ,tak berupaya merombak sruktur sosial masa kini , menururt aliran kritis sosiologi telah melepaskan kewajibannya umtuk membantu rakyat kecil yang tertindas oleh masyarakatmasa kini.

Menurut anggota liran ini sosiolog lebih memperhatikan masyarakat sebagai satu kesatuan ketimbang memperhatikan individu dalam masyarakat , walaupun sebagian besar perspektif sosiologi tidak bersalah ketika mengabaikan interaksi ini ,namun pandangan ini menjadi landasan serangan aliran kritis terhasap sosiologi , karena mengabaikan individu sisolog dianggap tak mampu mengatakan sesuatu yang bernakna tentang perubahan politik yang dapat mengarah ke sebuah masyarakat manusia yang adil. Dalam teori kritis nampaknya tak ada yang absolut bahkan yang vital sekalipun juga dapat dibantah akan kehujahannya, teori kritis bisa diarikan tindakan afirmatif yang bertujuan untuk meluruskan suatu ketidakcocokan terhadap berbagai hal diantaranya protes kaum maexian.

Walaupun demikian kita juga dapat beberapa penjelasan bahwa setiap asas yang dijadikan landasan pacu serta pola fikir  kita juga harus bersikap kritis karena kritis disinilah yang nantinya bisa memberikan penjelasan utuh akan suatu pola baik dan buruk , tepat ataukah tidak tepatnya peletakannya, dalam pandangan apapun yang namanya teori kritis juga harus mendapatkan tempat khusus dalam pengkajian oleh karena itu teori kritis sepatutnya mendapatkan perhatian dalam penyikapannya secara objektif  

 

 

B.     MARXISME MENURUT KARL MAX

Istilah Marxisme  adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx, terutama yang dilakukann oleh temannya  Friedik Engels (1820-18938) dan oleh tokoh teori marxis Karl Kautsky (1854-1938). Dalam pembakuan ini, ajaran Marx yang sebenarnya sangat ruet dan sulit dimengerti disederhanakan agar cocok sebagai ideology perjuangan kaum buruh. Georg lukacs menegaskan bahwa "Marxisme klasik" adukan Engels dan Kautsky itu menyimpan apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Marx.

Marxisme merupakan aliran yang ditujukan bagi penganut ajaran Karl Marx atau lebih spesifiknya lagi adalah sebuah aliran filsafat yang ditujukan kepada ajaran-ajaran Karl Marx, dan para penganutnya disebut dengan marxis. Aliran atau paham marxisme ini lahir berawal dari suatu pertemuan dari tempat-tempat Karl Marx dalam sejarah perjuangan kelas-kelas, yaitu kelahiran gerakan buruh.

Lahirnya marxisme merupakan bentuk awal dari penolakan marx terhadap system kapitalis, dimana saat itu marx melihat telah terjadi kesenjangan social yang dipraktekkan oleh masyarakat Eropa yang mana kaum-kaum yang berasal dari bangsawan (borjuis) telah menguasai kawum bawahan (buruh). Saat itu kaum buruh (proletar) dipaksakan untuk bekerja hanya demi segelintir kaum bangsawan. Dengan kata lain, lahirnya Marxisme adalah beranjak dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bawah / kelas buruh. Menurut pandangan Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah besar maka untuk memecahkannya juga harus bersifat kolektif dan global.

Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis dan revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian belahan dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri.

Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjadai pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.

Ada tiga hal yang bisa menjadi komponen dasar dari Marxisme, yaitu:

  1. Ajaran filsafat Marx yang disebut dengan materialism dialektika dan materialism historis

2.      Sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja     dari David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)

3.      menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas kelas.

Untuk poen pertama yang disebut sebagai materialisme dialektik, dan  materialisme historis. Disebut sebagi materialism dialektik karena peristiwa kehidupan yang didominasi oleh keadaan ekonomis yang materil itu berjalan melalui proses dialektik. Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antitesis (negation), dan sintesisis (unification). Mula-mula manusia hidup dalam keadaan komunistis aslis tanpa pertentangan kelas, dimana alat-alat produksi menjadi milik bersama (tesis), kemudian timbul milik pribadi yang menyebabkan adanya kelas pemilik (kaum kapitalis) dan kelas tanpa milik (kaum proletar) yang selalu bertentangan (anti tesis). Jurang perbedaan antara kaum kaya (kapitalis) dan kaum miskin (proletar) semakin dalam, maka timbullah krisis yang besar. Akhirnya kaum proletar bersatu mengadakan revolusi perebutan kekuasaan, maka timbullah dictator proletariat dan terwujudlah masyarakat tanpa kelas dimana alat-alat produksi menjadi milik masyarakat atau Negara (sintesis).

Adapun Marxisme disebut materialism historis, karna menurut teorinya bahwa arah yang ditempuh sejarah sepenuhnya ditentukan oleh sarana-sarana produksi yang materil. Disinai Marx berkeyakinan bahwa seluruh sejarah manusia akan menuju kesuatu keadaan ekonomis tertentu yaitu komunisme, dimana milik pribadi akan diganti menjadi milik bersama dan barulah kebahagiaan bangsa manusia akan tercapai. Dengan kata lain bahwa perjuangan kelas yang dilakukan Marx secara muthlak untuk mencapai masyarakat komunis.

 

BUNGAWATI_PMI 3_tugas 3_TEORI KONSTRUKTIVISME MARX WEBER DAN PETER L. BEGER

Nama    : bungawati
NIM      : 1112054000032
jurusan : PMI 3

TUGAS 3
TEORI KONSTRUKTIVISME MARX WEBER DAN PETER L. BEGER
v Marx Weber
Konstruktivis merupakan istilah yang sepadan dengan istilah lain seperti verstehen (Weber), interpretatif dan humanis (Poloma), fenomonologis (Schutz), dan lain-lain yang merupakan paham yang menolak positivisme dan postpositivisme.Weber menekankan pada fenomena 'spiritual' atau 'ideal' manusia yang merupakan khas manusia dan tak dapat dijangkau oleh ilmu-ilmu alam. Karena itu, sosiologi perlu menekuni realitas kehidupan manusia, dengan cara memahami dan menafsirkan atau verstehen. Sedangkan Dilthey memusatkan perhatiannya pada usaha menemukan struktur simbolis atau makna dari produk-produk manusiawi, seperti; sejarah, masyarakat, candi, dan interaksi. Sementara Schutz memfokuskan pada pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorangmempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
            Berikut ini merupakan penjelasan ontologi, epistemologi, dan metodologis dalam konstruktivisme. Ontologi : relativisme, semesta yang kita ketahui itu bersifat spesifik, lokal yang dikonstruksi oleh paradigma tertentu oleh kerangka konseptual tertentu atau perspektif tertentu. Epistemologi : bersifat transaksional, dialogis, teori konstruksi sebagai hasil investigasi dan proses sosial (khususnya ilmu pengetahuan sosial budaya). Metodologis : hermeneutik dan dialektis, ilmu hasil konstruksi atau interaksi peneliti terhadap objek yang ditelitinya.
Tindakan beragama bukan merupakan tindakan sosial karena meskipun itu atas perintah tapi tidak ada hubungannya dengan antar manusia sosial sedangkan dengan Tuhan, sehingga tindakan yang seperti Sembahyang itu tidak termasuk dalam teori kontruktivism. Karena menurut Weber menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri.
 
            Tindakan sosial dibagi menjadi empat, yaitu:
·         Karena terbiasa, seperti sholat
·         Emosi, seperti pergerakan atas penghinaan Nabi
·         Murni, seperti sesuatu yang mendapatkan keuntungan
·         Instrumental, seperti bisnis yang mendapatkan investasi
Konstruktivism dalam tindakan harus punya imajinasi untuk masa depan bisa meraihnya disuatu saat nanti, itulah menurut Weber.
v Peter L. Beger
Perspektif Berger tak dapat dilepaskan dari situasi sosiologi Amerika era 1960-an. Saat itu, dominasi fungsionalisme berangsur menurun, seiring mulai ditanggalkannya oleh sosiolog muda. Sosiolog muda beralih ke perspektif konflik (kritis) dan humanisme. Karena itu, gagasan Berger yang lebih humanis (Weber dan Schutz) akan mudah diterima, dan di sisi lain mengambil fungsionalisme (Durkheim) dan konflik (dialektika Marx). Berger mengambil sikap berbeda dengan sosiolog lain dalam menyikapi 'perang' antar aliran dalam sosiologi. Berger cenderung tidak melibatkan dalam pertentangan antar paradigma, namun mencari benang merah, atau mencari titik temu gagasan Marx, Durkheim dan Weber. Benang merah itu bertemu pada; historisitas. Selain itu, benang merah itu yang kemudian menjadikan Berger menekuni makna (Schutz) yang menghasilkan watak ganda masyarakat; masyarakat sebagai kenyataan subyektif (Weber) dan masyarakat sebagai kenyataan obyektif (Durkheim), yang terus berdialektika (Marx). Lalu, dimana posisi teori Berger? Masuk dalam positif, humanis, atau kritis?
Dalam bab kesimpulan di bukunya; Konstruksi Sosial atas Kenyataan: sebuah Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, Berger secara tegas mengatakan bahwa sosiologi merupakan suatu disiplin yang humanistik. Hal ini senada dengan Poloma yang menempatkan teori konstruksi sosial Berger dalam corak interpretatif atau humanis. Hanya saja, pengambilan Berger terhadap paradigma fakta sosial Durkheim menjadi kontroversi ke-humanis-annya. Pengambilan itu pula yang membuat Douglas dan Johnson menggolongkan Berger sebagai Durkheimian: Usaha Berger dan Luckmann merumuskan teori konstruksi sosial atas realitas, pada pokoknya merupakan usaha untuk memberi justifikasi gagasan Durkheim berdasarkan pada pandangan fenomenologi (Hanneman Samuel, 1993: 42). Selain itu, walaupun Berger mengklaim bahwa pendekatannya adalah non-positivistik, ia mengakui jasa positivisme, terutama dalam mendefinisikan kembali aturan penyelidikan empiris bagi ilmu-ilmu sosial (Berger dan Luckmann, 1990: 268).
Upaya yang paling aman (lebih tepat) dalam menggolongkan sosiolog tertentu, rupanya adalah dengan menempatkan sosiolog dalam posisinya sendiri. Dengan mendasari dari pemikiran interaksionisme simbolik, bahwa setiap orang adalah spesifik dan unik. Demikian halnya sosiolog, sebagai seorang manusia, tentu memiliki pemikiran yang unik dan spesifik. Namun hal ini bukan menempatkan sosiolog terpisah dan tidak tercampuri oleh sosiolog lain. Karena itu yang lebih tepat dilakukan adalah dengan mencari jaringan pemikiran (teori) antar sosiolog, bukan menggolong-golongkan. Dalam kasus Berger, maka pemikiran sosiolog sebelumnya yang kentara mempengaruhi teorinya adalah (sebagaimana disinggung di atas): Max Weber, Emile Durkheim, Karl Marx, dan Schutz, serta George Herbert Mead. Pengaruh Weber nampak pada penjelasannya akan makna subyektif yang tak bisa diacuhkan ketika mengkaji gejala yang manusiawi. Tentang dialektika (individu adalah produk masyarakat, masyarakat adalah produk manusia) Berger rupanya meminjam gagasan Marx. Sedang masyarakat sebagai realitas obyektif –yang mempunyai kekuatan memaksa, sekaligus sebagai fakta sosial, adalah sumbangan Durkheim. Schutz rupanya lebih mewarnai dari tokoh lainnya, terutama tentang makna dalam kehidupan sehari-hari (common sense). Secara umum, dalam masalah internalisasi, termasuk tentang 'I' and 'me' dan significant others, Mead menjadi rujukan Berger.
 
 

Cari Blog Ini