Sabtu, 18 April 2015

Ayu Triana_1112054000011_PMI6_Tugas Ekologi Manusia

Oleh : Ayu Triana

1112054000011

Prodi Pengembangan Masyarakat Islam

Mata Kuliah Ekologi Manusia

Tragedi Pencemaran Udara Akibat Pembakaran Hutan Gambut di Riau

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki hutan terluas kedua di dunia. Hutan merupakan produsen oksigen, sehingga Indonesia sering disebut sebagai paru-paru dunia, karena keberadaan hutannya yang begitu luas. Sayangnya, sejak lebih 10 tahun belakangan ini hampir setiap tahun Indonesia mengalami kebakaran hutan, sehingga alih-alih memberikan sumbangan terhadap kesehatan dunia, asap kebakaran hutan Indonesia malah menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Tahun 2014 ini, di propinsi Riau khususnya, kebakaran hutan yang terjadi merupakan yang terparah sejak kebakaran hutan pertama di Riau tahun 1997. Asap kebakaran hutan yang terjadi menyebabkan polusi udara berat yang mengakibatkan puluhan (bahkan ratusan) ribu orang terkena infeksi saluran pernapasan. Polusi udara bisa disebabkan oleh ulah manusia seperti transportasi, industri, dan pembakaran rumah tangga (kompor, perapian). Asap kebakaran hutan umumnya digolongkan sebagai penyebab polusi udara akibat alam, karena di negara-negara maju penyebab kebakaran hutan pada umumnya karena faktor alam seperti petir atau kemarau panjang. Di Indonesia, sebaliknya, kebakaran hutan 90% merupakan akibat ulah manusia.

Kebakaran hutan di Riau, yang juga merupakan kebakaran lahan gambut, telah banyak diketahui dampak buruknya terhadap kesehatan saluran pernapasan. Tetapi, semakin banyak data menunjukan bahwa asap kebakaran hutan juga berpengaruh buruk terhadap kesehatan jantung. Oleh karena itu, sesuai dengan anjuran EPA dan Depkes, bagi Anda yang menderita penyakit jantung dianjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik, tinggal di dalam rumah (pintu dan jendela ditutup rapat), dan kenakan masker N95 saat terjadi polusi asap kebakaran hutan. Tragedi tragis tentang kebakaran lahan di Riau masih berlanjut pada kisah perusahaan-perusahaan asing yang justru menjadi "biang" penyebab kemunculan kabut asap di sebagian besar Riau, bahkan hingga menjangkau negara asalnya. Yakni Malaysia dan Singapura.

Dampak dari Kebakaran Hutan

Asap kebakaran hutan merupakan salah satu sumber PM2.5. Partikel-partikel halus akibat kebakaran hutan ini dapat terbawa sampai jauh. Tidaklah mengherankan bila asap kebakaran hutan di Riau bisa sampai di negara-negara tetangga dan menimbulkan pencemaran udara yang hampir sama parahnya dengan lokasi asal pembakaran. Selain partikel, asap kebakaran juga mengandung karbon monoksida, aldehida, asam organik, radikal bebas, ozon, dan lain-lain. Saat ini orang selalu berbicara tentang bahan bakar untuk masa menmdatang. Coconut Palm Oil (CPO) telah dapat direkayasa menjadi biodiesel untuk menggantikan solar. Untuk menghasilkan CPO harus melalui usaha perkebunan kelapa sawit, dengan memanfaatkan lahan ribuan hektar.pembukaan lahan yang paling mudah adalah dengan membakar hutan secara legal, pembakaran hutan untuk kepentingan apapun tidak dibenarkan karena akan merusak ekologi lingkungan atau manusia yang tiada mungkin untuk dikembalikan seperti semula. Perubahan ekologi lingkungan tidak dapat lagi dinilai dengan uang. Dan hal ini mampu mengubah iklim mikro atau wilayah.

Solusi Untuk Kebakaran Hutan

Terbkarnya huta tentu mengakibatan banyak efek negatif, baik yang bersifat ekologis, ekonomis dan politis. Bagi masyarakat dominan yang paling dirasakan yaitu gangguan asap sebab berampak langsung pada khidupan manusia sehari-hari. Hingga saat ini kebakaran di hutan masih sring terjadi berdasarkan data hotspot (titik panas) dari NOAA 18 hingga akhir september 2012. Penyeberan titik panas masih sring terjadi di provinsi2 Indonesia. Melihat fakta seperti ini diperlukan penanganan serius utuk mengatasi kebakaran hutan di Indonesia ini. Pada intinya semua ihak waib bertanggung jawab dan tak boleh lepas tangan. Pemerintah dan juga masyarakat dihimbau agar lebih mengedepankan aspek pencegahan sebab akan lebih efektif mengatasi kebakaran lahan dan hutan. WWF Indonesia adalah salah satu pihak yang berpartisipasi menanggulagi masalah ini. Selama perjalanan panjang melestarikan hutan Indonesia, WWF Indonesia pun ikut ikut aktif memberi solusi dari permasalahan kebakaran di hutan Indonesia.

Beberapa tahun terakhir ini, kegiatan nyata dilapangan untuk meminimalisir kebakaran hutan sudah sering dilakukan seperti memonitor titik api serta memetakan distribusi titik api berdasarkan penggunaan lahan, membuat peta konsesi perusahaan yang sudah terindikasi adanya hotspot di area tersebut. Serta menyelenggarakan judicial hotspot untuk menegakkan hukum kasus kebakaran lahan dan hutan. Peran lainnya adalah memfasilitasi antarinstansi pemerintah dalam mensinergikan usaha dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan.

Sumber

www.anneahira.com/kebakaran-hutan-html

http://antarariau.com/berita/27028/tragedi-kebakaran-lahan-di-riau

millions premature deaths annually linked to air polluiton. WHO news release 25 March 2014

Arianne Sarah_PMI 6_Ekologi Manusia

Tugas Ekologi Manusia

Oleh: Arianne Sarah – 1112054000014

 

Sejarah kelam pernah dialami oleh Jepang ketika dua kota di wilayahnya yakni Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh Amerika akibat perang yang saat itu sedang berlangsung. Pengeboman itu mengakibatkan kehancuran yang merata di daerah tersebut dan penduduk didua kota tersebut menjadi korban akibat meledaknya bom atom dan berefek pada munculnya radiasi bom nuklir yang berkekuatan antara 15.000 dan 20.000 ton TNT. Sejarah mencatat bahwa bom nuklir tersebut merupakan pembunuhan massal terdahsyat yang menewaskan 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 orang lainnya di Nagasaki.  Akibat pengeboman itu, seketika kota Hiroshima hancur berantakan dengan gempa dahsyat dan gelombang panas 4.000 derajat celcius dan manusia-manusia yang mayoritas adalah penduduk tewas terbakar dan tersengat radiasi nuklir.

Maka, saat itu juga kota Hiroshima dan Nagasaki menjadi kota mati. Bayangkan, Jika seperti manusia saja seketika tewas dengan cepat bagaimana dengan mahkluk hidup lainnya? Pepohonan dan tumbuhan yang dengan ikhlas memberikan oksigen yang baik untuk keberlangsungan hidup manusia malah turut menjadi korban keserakahan manusia? Hingga beberapa waktu kedepan, kota Hiroshima dan Nagasaki menjadi kota yang panas berbau daging gosong.

Selain jumlah korban tewas setelah diledakkannya bom nuklir yang di jatuhkan oleh Amerika, dampak bom itu pun sampai beberapa tahun kemudian masih sangat terasa.  Sekitar 200.000 orang menyusul tewas karena penyakit-penyakit akibat radiasi, luka bakar stadium tinggi, kanker dan leukemia serta masih banyak penyakit-penyakit lainnya. Dampak radioaktif ini pun mencapai 20 km dari lokasi jatuhnya bom tersebut. Sehingga energi panas yang tersebar menyelimuti kota Hiroshima dan sekitarnya dalam radius 1 km menjadinya seperti bara api. Bahkan dalam radius 1 km segala sesuatu menjadi abu. Sedang pada radius 4 km, bangunan dan manusia terpanggang api. Pada radius 8 km manusia dan bangunan mengalami luka bakar parah. Setelah itu, muncul gelombang ledakan dengan kecepatan 1000 km/jam pada radius 2 km yang menerbangkan segala sesuatu dari 90.000 bangunan di kota hirosima, 62.000 bangunan hancur lebur.

Enam hari setelah dijatuhkannya bom atom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear Principles, yakni melarang negara itu memiliki senjata nuklir dengan tidak ikut memproduksi ataupun memiliki senjata nuklir karena belajar dari tragedi yang menimpa negaranya.

Pelajaran yang dapat diambil untuk Indonesia terhadap perang yang dialami Jepang ini seharusnya dapat membuat Indonesia lebih berhati-hati. Artinya, kemajuan dalam bidang iptek, dan teknologi pada dasarnya baik selagi dapat digunakan untuk hal-hal yang baik pula. Akan tetapi bisa menjadi malapetaka apabila digunakan untuk menghancurkan pihak-pihak tertentu demi kepentingan golongan. Finally, sudah saatnya mengembalikan bumi pada kapasitasnya semula. Sudah saatnya segala kebijakan harus berlandaskan pada ekologi lingkungan dan ekologi manusia sebagai cara menghargai alam demi  dapat hidup selaras dengan alam. -

 

Ayu Triana_1112054000011_PMI6_Tugas Ekologi Manusia

Oleh : Ayu Triana

1112054000011

Prodi Pengembangan Masyarakat Islam

Mata Kuliah Ekologi Manusia

Tragedi Pencemaran Udara Akibat Pembakaran Hutan Gambut di Riau

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki hutan terluas kedua di dunia. Hutan merupakan produsen oksigen, sehingga Indonesia sering disebut sebagai paru-paru dunia, karena keberadaan hutannya yang begitu luas. Sayangnya, sejak lebih 10 tahun belakangan ini hampir setiap tahun Indonesia mengalami kebakaran hutan, sehingga alih-alih memberikan sumbangan terhadap kesehatan dunia, asap kebakaran hutan Indonesia malah menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Tahun 2014 ini, di propinsi Riau khususnya, kebakaran hutan yang terjadi merupakan yang terparah sejak kebakaran hutan pertama di Riau tahun 1997. Asap kebakaran hutan yang terjadi menyebabkan polusi udara berat yang mengakibatkan puluhan (bahkan ratusan) ribu orang terkena infeksi saluran pernapasan. Polusi udara bisa disebabkan oleh ulah manusia seperti transportasi, industri, dan pembakaran rumah tangga (kompor, perapian). Asap kebakaran hutan umumnya digolongkan sebagai penyebab polusi udara akibat alam, karena di negara-negara maju penyebab kebakaran hutan pada umumnya karena faktor alam seperti petir atau kemarau panjang. Di Indonesia, sebaliknya, kebakaran hutan 90% merupakan akibat ulah manusia.

Kebakaran hutan di Riau, yang juga merupakan kebakaran lahan gambut, telah banyak diketahui dampak buruknya terhadap kesehatan saluran pernapasan. Tetapi, semakin banyak data menunjukan bahwa asap kebakaran hutan juga berpengaruh buruk terhadap kesehatan jantung. Oleh karena itu, sesuai dengan anjuran EPA dan Depkes, bagi Anda yang menderita penyakit jantung dianjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik, tinggal di dalam rumah (pintu dan jendela ditutup rapat), dan kenakan masker N95 saat terjadi polusi asap kebakaran hutan. Tragedi tragis tentang kebakaran lahan di Riau masih berlanjut pada kisah perusahaan-perusahaan asing yang justru menjadi "biang" penyebab kemunculan kabut asap di sebagian besar Riau, bahkan hingga menjangkau negara asalnya. Yakni Malaysia dan Singapura.

Dampak dari Kebakaran Hutan

Asap kebakaran hutan merupakan salah satu sumber PM2.5. Partikel-partikel halus akibat kebakaran hutan ini dapat terbawa sampai jauh. Tidaklah mengherankan bila asap kebakaran hutan di Riau bisa sampai di negara-negara tetangga dan menimbulkan pencemaran udara yang hampir sama parahnya dengan lokasi asal pembakaran. Selain partikel, asap kebakaran juga mengandung karbon monoksida, aldehida, asam organik, radikal bebas, ozon, dan lain-lain. Saat ini orang selalu berbicara tentang bahan bakar untuk masa menmdatang. Coconut Palm Oil (CPO) telah dapat direkayasa menjadi biodiesel untuk menggantikan solar. Untuk menghasilkan CPO harus melalui usaha perkebunan kelapa sawit, dengan memanfaatkan lahan ribuan hektar.pembukaan lahan yang paling mudah adalah dengan membakar hutan secara legal, pembakaran hutan untuk kepentingan apapun tidak dibenarkan karena akan merusak ekologi lingkungan atau manusia yang tiada mungkin untuk dikembalikan seperti semula. Perubahan ekologi lingkungan tidak dapat lagi dinilai dengan uang. Dan hal ini mampu mengubah iklim mikro atau wilayah.

Solusi Untuk Kebakaran Hutan

Terbkarnya huta tentu mengakibatan banyak efek negatif, baik yang bersifat ekologis, ekonomis dan politis. Bagi masyarakat dominan yang paling dirasakan yaitu gangguan asap sebab berampak langsung pada khidupan manusia sehari-hari. Hingga saat ini kebakaran di hutan masih sring terjadi berdasarkan data hotspot (titik panas) dari NOAA 18 hingga akhir september 2012. Penyeberan titik panas masih sring terjadi di provinsi2 Indonesia. Melihat fakta seperti ini diperlukan penanganan serius utuk mengatasi kebakaran hutan di Indonesia ini. Pada intinya semua ihak waib bertanggung jawab dan tak boleh lepas tangan. Pemerintah dan juga masyarakat dihimbau agar lebih mengedepankan aspek pencegahan sebab akan lebih efektif mengatasi kebakaran lahan dan hutan. WWF Indonesia adalah salah satu pihak yang berpartisipasi menanggulagi masalah ini. Selama perjalanan panjang melestarikan hutan Indonesia, WWF Indonesia pun ikut ikut aktif memberi solusi dari permasalahan kebakaran di hutan Indonesia.

Beberapa tahun terakhir ini, kegiatan nyata dilapangan untuk meminimalisir kebakaran hutan sudah sering dilakukan seperti memonitor titik api serta memetakan distribusi titik api berdasarkan penggunaan lahan, membuat peta konsesi perusahaan yang sudah terindikasi adanya hotspot di area tersebut. Serta menyelenggarakan judicial hotspot untuk menegakkan hukum kasus kebakaran lahan dan hutan. Peran lainnya adalah memfasilitasi antarinstansi pemerintah dalam mensinergikan usaha dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan.

Sumber

www.anneahira.com/kebakaran-hutan-html

http://antarariau.com/berita/27028/tragedi-kebakaran-lahan-di-riau

millions premature deaths annually linked to air polluiton. WHO news release 25 March 2014

Cari Blog Ini