Savinatun Naja
1112051000120
KPI 5D
Aplikasi Filsafat dalam Komunikasi
Louis O. Katsoff dalam bukunya "Elements of Philosophy" menyatakan bahwa kegiatan filsafat merupakan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lainnya, menanyakan "mengapa", mencari jawaban yang lebih baik ketimbang jawaban pada pandangan mata. Filsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, keruntuhan, dan keadaan memadainya pengetahuan agar dapat diperoleh pemahaman.
Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak.
Dalam berkomunikasi amat berbahaya jika kita menelan mentah-mentah informasi atau pesan yang disampaikan pigak komunikator. Perlu dipertanyakan aspek ontologis, epistomologi dan aksiologi atas pesan yang disampaikan. Hal ini diperlukan agar tercipta sebuah alur komunikasi yang kritis dan membangun. Berpikir filosofis adalah berpikir kritis dalam menangkap suatu fenomena dan pesan.
berikut ini adalah pertanyaan pertanyaan utama filsafat mengenai ilmu komunikasi yang berfungsi untuk mengingat ulang mengenai dasar dasar keyakinan, yakni
ontologis: what is communication? Secara harfiah komunikasi merupakan sebuah proses dalam menyamakan persepsi suatu hal diantara pihak pihak yang melakukan kontrak.
epistemologis: how to get communication? Komunikasi dapat dilakukan dengan mengunakan bahasa verbal dan nonverbal.
aksiologis: what communication for? Kegunaan komunikasi adalah untuk membuat dua pihak yang melakukan kontak memiliki suatu pesan dengan pengertian yang sama.
Pada saat ini media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Media komunikasi massa abad ini yang tengah digandrungi masyarakat adalah televisi. Menonton televisi merupakan "aktifitas" utama masyarakat yang seakan tak bisa ditinggalkan. Realitas ini sebuah bukti bahwa televisi mempunyai kekuatan menghipnotis pemirsa, sehingga seolah-olah televisi telah mengalienasi seseorang dalam agenda settingnya. Fenomena ini tentu saja menggembirakan karena idealnya masyarakat indonesia memiliki banyak alternatif dalam memilih suguhan acara televisi. Namun realitasnya, yang terjadi adalah stasiun-stasiun TV di Indonesia terjebak pada selera pasar karena tema acara yang disajikan hampir semua saluran TV tidak lagi beragam tetapi seragam di mana informasi yang sampai kepada publik hanya itu-itu saja tidak menyediakan banyak alternatif pilihan. Fenomena ini menandakan satu permasalahan di dalam kehidupam nilai-nilai "filosofis" televisi di Indonesia. Televisi Indonesia makin hari makin memperlihatkan kecenderungan mencampuradukan berita dan hiburan melalui format tayangan ""infotainment". Kebergunaan berita menjadi berkurang bahkan menyimpang. Hal ini disebabkan di antaranya oleh tekanan pasar yang makin meningkat.
Berita infotainment dalam kajian filosofis akan meneropong lingkup persoalan di dalam disiplin jurnalisme, sebagai sebuah bahasan dari keilmuan komunikasi, yang telah mengalami degradasi bias tertentu dari sisi epistemologis, ontologis bahkan aksiologisnya terutama dalam penyajian berita infotainment di televisi.