Selasa, 18 Desember 2012

mutia soleha, kpi 1d

Mutia Sholeha, KPI 1D
1112051000099
Institusi Keagamaan
Lembaga Pendidikan Islam An-Najah

Latar Belakang

Tahun 1992 timbul gagasan untuk mendirikan Pusat Pendidikan Islam An-Najah. Lokasi yang dipilih adalah desa Cikoleang, Sukamulya, Rumpin, Bogor. Desa tersebut merupakan tempat kelahiran Ustadzah Maisaroh Madsuni. Pemikiran itu timbul dalam rangka berbakti kepada tempat kelahiran, guna mencetak para calon sarjana yang intelek dan bermoral di masa datang.

Gambaran Obyek

An-Najah didirikan oleh Ustadzah Dra. Hj. Maisaroh Madsuni bersama suaminya Dr. Sabaruddin Tain sejak tahun 1981. Ustadzah Maisaroh sehari-hari bekerja sebagai Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Attahiriyah dan Sabaruddin sebagai wartawan di Majalah Ekonomis.
Tanggal 5 Nopember 1981 dibuka pertama kali Majlis Ta'lim kaum ibu An-Najah di Kampung Melayu Kecil. Inilah Majlis Ta'lim pertama yang didirikan An-Najah. Kenapa memilih nama An-Najah ? "An-Najah" itu artinya "sukses". Dengan do'a yang tulus, pendiri An-Najah berharap, semoga setiap orang yang bergabung dengan An-Najah akan mencapai kesuksesan di dunia dan di akhirat.
 
Tahun 1992 dibelilah tanah sekitar seluas satu hektar di Cikoleang, desa Sukamulya. Tahun 1992 dimulai pembangunan gedung I An-Najah. Pelatakan batu pertama dilakukan oleh pendiri An-Najah Dra. Maisaroh Madsuni dan Dr. Sabaruddin Tain serta mewakili pemerintah oleh Bapak Bupati Kabupaten Bogor. Pada bulan Maret 1994 selesai pembangunan gedung I An-Najah dua lantai. Pada bulan Juli 1994 dimulailah membuka pedidikan untuk jenjang :
1.      Madrasah Aliyah An-Najah
2.      Madrasah Tsanawiyah An-Najah
 
Pada tahun pertama (1994) pelaksanaan Lembaga Pendidikan Islam An-Najah jumlah murid hanya sekitar 120 siswa. Masing-masing satu kelas MA sebanyak 40 siswa dan dua kelas MTs dengan siswa sebanyak 80 orang. Pada tahun 2005 jumlah siswa sudah mencapai 1.015 orang dengan rincian sebagai berikut :
1.      MA An-Najah (sejak 1994) siswa 226 orang (6 kelas)
2.      MTs An-Najah (sejak 1994) siswa 450 orang (12 kelas)
3.      SDIT An-Najah (sejak 2003) siswa 114 orang (4 kelas)
4.      Pondok Pesantren An-Najah (1999) santri 180 orang (5 kelas)
 
 Status jenjang pendidikan An-Najah yang semula (1994) baru "diakui" than 2003 sudah terakreditasi deng an status "Disamakan".

Analisis

Dengan konsep pendidikan keunggulan kompetensi yang digariskan KEMENDIKNAS dan  KEMENAG, dengan pengembangan dan pendidikan Islami dan terpadu, Sekolah Dasar Islam Terpadu An-Najah mengembangkan sistem belajar "full day School", mulai pukul 07.00 s.d pukul 15.00.
Waktu yang terlihat begitu panjang menjadi pendek karena penerapan metode pembelajaran dengan cara  "moving class". Setiap hari siswa dibimbing shalat dan dibimbing untuk terampil membaca, menulis dan berhitung. Program unggulan kami adalah program Tahsin dan Tahfiz Al-Quran dan kegiatan Rohis Keputrian.
Tentunya pelajaran umum kami tempatkan sejajar dengan pelajaran agama, dengan landasan utama pelajaran Aqidah dan Akhlaq. 
            Santri Pondok Pesantren Modern An-Najah merupakan sebagai para siswa/i MTs/SMA An-Najah. para santri yang tinggal diasrama (putra putri) memperdalam kajian Islam dari buku teks orisinil serta teori dan praktek ibadah secara rutin (shalat, dhuha, tahajud, taubat)dan program tahfizul Qur'an.
            Sesuai dengan teori Durkheim. Durkheim berpendapat bahwa pendidikan mempunyai banyak fungsi:
1) Memperkuat solidaritas sosial
  • Sejarah: belajar tentang orang-orang yang melakukan hal-hal yang baik bagi banyak orang membuat seorang individu merasa tidak berarti.
  • Menyatakan kesetiaan: membuat individu merasa bagian dari kelompok dan dengan demikian akan mengurangi kecenderungan untuk melanggar peraturan.
2) Mempertahankan peranan sosial
  • Sekolah adalah masyarakat dalam bentuk miniatur. Sekolah mempunyai hierarkhi, aturan, tuntutan yang sama dengan "dunia luar". Sekolah mendidik orang muda untuk memenuhi berbagai peranan.
3) Mempertahankan pembagian kerja.
  • Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecakapan. Mengajar siswa untuk mencari pekerjaan sesuai dengan kecakapan mereka.
 

Ahmad Faathir-Jurnalistik 1B-Tugas Lapangan Konflik Sosial

KONFLIK PERSEPAK BOLAAN INDONESIA  ANTARA
SUPORTER TIM PERSIJA JAKARTA DENGAN SUPORTER PERSIB BANDUNG
Ahmad Faathir (1112051100032)
Jurnalistik 1 B
 
I.                   Latar Belakang
Indonesia merupakan negara besar dan memiliki keanekaragaman budaya di setiap daerahnya, tak terkecuali pula dengan olahraga sepakbola. Sepakbola yang merupakan olahraga terpopuler di dunia, sangat banyak di minati oleh para penduduk Indonesia utamanya penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Indonesia yang merupakan negara besar, memiliki ratusan atau bahkan ribuan klub sepakbola mulai dari tingkatan rendah hingga tingkatan tinggi macam Persipura, Arema, Persija, Persib, dll. Sepakbola Indonesia juga tak lepas dari peran suporter, jika tidak ada suporter yang mendukung tim kesayangannya, mana mungkin kompetisi sepakbola di Indonesia ini menjadi kompetisi yang kompetitif. Aroma persaingan antar suporter pun acapkali mewarnai perjalanan panjang persepakbolaan Indonesia, rivalitas antar suporter hingga menimbulkan konflik antar suporter selalu terjadi di persepakbolaan tanah air kita tercinta.

Suporter dan sepakbola adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, dimana ada sepakbola disitu juga ada suporter, tidak memandang tua, muda, maupun anak-anak. Kecintaan mereka terhadap tim sepak bola yang dibelanya telah mengubah pikiran normal manusia. Berbagai atribut seperti kaos, bendera, maupun spanduk dengan berbagai warna kebesarannya merah, hijau, maupun biru telah menjadi simbol dan identitas mereka. Kerusuhan suporter bukan hal yang baru dalam dunia persepakbolaan. Gengsi dan harga diri mereka dipertaruhkan ketika tim kesayangannya bertanding. Suporter sebagai penyemangat disaat tim kesayangan mereka membutuhkan suntikan psikologis dengan nyanyian, tarian dan teriakan. Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung tim kesayangannya kadangkala berubah menjadi kerusuhan atau tindak anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas umum. Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter, meskipun misi perdamaian sudah dilakukan banyak kelompok suporter di Indonesia.
 
II.                Pertanyaan Pokok
 
1.      Faktor apakah yang menyebabkan konflik antara supporter tim Persija dan supporter tim Persib terjadi?
 
III.             Metode Penelitian
Metode yang saya gunakan dalam penelitian kali ini adalah metode kualitatif, agar mendapatkan informasi melalui wawancara yang lebih mendalam kepada narasumber dan mendapatkan hasil yang lebih intensif.
Waktu        : Senin 17 Desember  2012, pukul 12.00-13.30
Tempat      : Perumahan Taman Kedaung, jalan Mawar blok D7 no 10
                    Ciputat, Tangerang Selatan.
 IV.             Gambaran Subjek / Objek Penelitian

 
Arfian Fahri , Seorang lelaki muda berumur 21 tahun yang berprofesikan sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) di ciputat, Jakarta selatan, yang sedang menempuh jejang pendidikannya sarjana strata 1 di fakultas ilmu dakwah dan komunikasi. Lahir pada tanggal 22 Desember 1991. Seseorang yang sangat fanatic dengan sepak bola khususnya Persija Jakarta dari Indonesia dan Arsenal dari Inggris. Dan ia pun mengikuti suatu komunitas sepak bola yaitu Jakampus UIN Jakarta.
     
      Jakampus UIN Jakarta adalah suatu komunitas sepakbola yang menyukai tim Persija Jakarta dan menamai diri mereka Jakmania dan Jakangel. Setiap hari jumat mereka berkumpul di lobi fakultas ushuludin UIN Jakarta untuk sekedar berkumpul, bercerita, dan membicarakan seputar tim kesayangannya. Dan mereka pun biasa melakukan Nobar (Nonton Bareng) jika tim Persija Jakarta bermain. Jakmania adalah musuh bebuyutan dari supporter tim Persib bandung atau Viking.
 
 
 
 
 
V.                Analisis
 
Perseteruan antar suporter Persija dan Persib sudah berlangsung lama, tepatnya sejak tahun 2000 yaitu bertepatan dengan Liga Indonesia 6 berlangsung. Di putaran 1 sekitar 6 buah bis suporter Persib datang ke Lebak Bulus dan masuk ke Tribun Timur. Dan terdiri dari banyak unit suporter seperti Balad Persib, Jurig, Stone Lovers, ABCD, Viking dll. Saat itu yang terbesar masih Balad Persib. Meski sempat nyaris terjadi gesekan dengan the Jakmania, tapi alhamdulilah tidak terjadi bentrokan yang lebih luas.
Dan sebenarnya, faktor yang menyebabkan konflik antara supporter Persija dengan supporter Persib adalah dari kesalahpahaman. Berawal dari saling ejek entah dari dari Jakmania atau  Viking yang memulainya, sampai sekarang pun kurang jelas. Pada zaman dahulu sebenarnya hubungan Jakmania dan Viking sangat baik. Setiap para supporter Persib datang ke Stadion Lebak bulus untuk menonton Persib bermain para Jakmania pun menyambut dengan baik, dan sebaliknya pun begitu, ketika para Jakmania datang ke Stadion Siliwangi utnuk menonton Persija bermain para Viking pun meryambutnya dengan baik. Dan dahulu para Jakmania sering memesan baju dari bandung.
Namun seiring bertambah banyaknya supporter dari kedua tim, dan dari kemajuan pesat supporter sepak bola di Indonesia,  bermulailah budaya saling ejek terhadap supporter lawan dan ini terjadi pada Jakmania dan Viking. Semakin kesini konflik semakin memanas, bukan hanya saling ejek langsung dari supporter, para fanatik bola mulai memprovokasi supporter lawannya dengan membuat baju yang berisikan ejekan, membuat sebuah forum di media social untuk sekedar mengejek dengan bebas, bahkan tak bias di hindari kekerasan yang terjadi sehingga banyak korban berjatuhan.
Jakmania dan Viking adalah dua kubu di spersepak bolaan di Indonesia yang sangat memanas di setiap pertandingannya. Namun sekarang, bukan hanya kedua tersebut yang berseteru, banyak supporter-suporter dari tim sepakbola yang saling berseteru mengikuti kedua kubu tersebut. Entah apa yang menyebabkan mereka berseteru, hanya hal sepele padahal. Namun ini membuat dunia sepak bola Indonesia mempunyai "image" sangat buruk. Terlenih lagi sekarang terjadi dualism, yakni dari kubu PSSI dan KPSI yang saling mempertahankan egonya masing-masing tanpa memikirkan hal yang lebih penting, yakni kualitas sepak bola Indonesia.
 

Hana Futari Jurnalistik IA tokoh perubahan masyarakat

Tokoh Perubahan Sosial
 
I.                   Latar Belakang
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.Teori dan Pengertian Perubahan Sosial
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbanding­an dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-peru­bahan.
Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang meng­alami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.
 
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada umumnya menyangkut hal yang kompleks. Oleh karena itu Alvin L. Bertrand menyatakan bahwa perubahan sosial pada dasarnya tidak dapat diterangkan oleh dan berpegang teguh pada faktor yang tunggal. Menurut Robin Williams, bahwa pendapat dari faham diterminisme monofaktor kini sudah ketinggalan zaman, dan ilmu sosiologi modern tidak akan menggunakai interpretasi-interpretasi sepihak yang mengatakan bahwa perubahan itu hanya disebabkap oleh satu faktor saja.
Jadi jelaslah, bahwa perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut disebabkah oleh banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi. Karenanya perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu dikatakan berkaitan dengan hal yang kompleks. Tentang perubahan sosial ini, beberapa sosiolog memberikan beberapa definisi perubahan sosial yang dapat membantu kita untuk lebih mudah memahami apa sebenarnya perubahan sosial tersebut, adalah sebagai berikut :
Pengertian Perubahan Sosial Menurut Ahli
William F.Ogburn mengemukakan bahwa "ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial".
Davis mengartikan "perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat".
MacIver mengatakan "perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai perubahanperubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial".
JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan "perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat".
Samuel Koenig mengatakan bahwa "perubahan sosial menunjukkan pada modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia".f. Definisi lain adalah dari Selo Soemardjan. Rumusannya adalah "segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat".
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian perubahan sosial adalah perubahan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari suatu masyarakat, ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor lingkung an, karena berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.
Di daerah temlpat tinggal saya, yang berada di daerah Setu terdapat seorang tokoh yang berperan penting sebagai pelopor terciptanya pengajian ibu-ibu di blok suatu komplek. Beliau adalah ibu R.Rinna Sufarina beliau menggerakkan ibu-ibu untuk mulai belajar mengaji dan beliau yang mengajarkannya dengan kemampuan yang beliau miliki
 
 
 
 
II.                Pertanyaan Pokok Penelitian
1.      Bagaimana tanggapan masyarakat khususnya ibu-ibu sekitar dengan adanya pengajian ini?

III.             Metode Penelitian
Pada penelitian ini, saya  menggunakan metode Kualitatif melalui wawancara langsung dengan narasumber untuk mendapatkan data yang lengkap. Adapun narasumber pada penelitian ini adalah tokoh yang saya teliti yaitu ibu R. Rinna Sufarina
 
Tempat Penelitian     : Komplek Puspiptek (kediaman narasumber)
 
Waktu penelitian       : Minggu, 2 Desember 2012
 
IV.             Gambaran Subjek Penelitian
Ibu R.Rinna Sufarina merupakan penggagas sekaligus pengajar pengajian di komplek puspiptek khususnya blok II. Beliau lahir di Jakarta 27 Agustus 1963. Beliau adalah ibu dari 4 anak dan sebagai ibu rumah tangga. Beliau tamatan D3 pendidikan di suatu universitas swasta di Cirebon.
Awalnya beliau adalah guru SMA, namun karirnya berhenti ketika ia memutuskan menikah dan hanya ingin mengurus keluarga.
 
Pada sekitar tahun 2006 beliau berinisiatif untuk membuat pengajian ibu-ibu mulai dari ibu-ibu yang awam dengan membaca Al-Quran. Dengan kemampuan yang terbatas beliau memberanikan diri membuat pengajian tersebut. Berawal dari keprihatinan beliau karena tidak adanya pengajian di sekitar rumah beliau. Maka beliau memutuskan untuk membagikan ilmu membaca Al-Quran kepada masyarakat sekitar khusus nya ibu-ibu.
 
 
V.                Analisis
An-Najm adalah nama sebuah pengajian ibu-ibu yang terdapat di komplek Puspiptek blok II yang beranggotakan ibu-ibu di blok tersebut, pengajian tersebut terbentuk pada akhir tahun 2006 yang sekarang mulai bejalan kira-kira 6 tahun. 6 tahun adalah bukan waktu yang singkat. Awalnya pengajian ini mengajarkan ibu-ibu yang baru mengenal mengaji yang dimulai dari pembelajaran iqra.  Masyarakat menyetujui dan tertarik dengan adanya pengajian ini, bukan hanya ibu-ibu yang mendukung adanya pengajian ini, tetapi bapak-bapak pun mendukung istrinya untuk mengikuti pengajian ini
Pengajian ini berlangsung 2 kali seminggu yaitu hari Senin dan hari kamis sekitar jam 14.00 sampai jam 16.00. tidak ada batasan ibu-ibu untuk mengikuti pengajian ini, tidak ada batasan umur, batasan keahlian membaca Al-Quran ataupun batasan-batasan yang lainnya semua berhak untuk mengikuti pengajian ini
Saat dibentuk pengajian ini, 70% dari ibu-ibu ini belum pernah bisa membaca Al-Quran. Pembelajaran pun di lakukan sangat-sangat awal yaitu dengan Iqra ibu-ibu ini awalnya menamakan pengajiannya dengan nama Pengajian Ibu-Ibu Melek Al-Quran karena sangat awalnya mereka mengenal Al-Quran. Lambat laun seiring berjalannya waktu, ibu-ibu ini sudah dapat membaca al-Quran dengan lancar dan sudah berkali-kali khattam Al-Quran.
Semua itu berkat jasa ibu Rinna dan semangat ibu-ibu untuk belajar di hari tuanya tanpa mengenal lelah dan usia. Semua ibu-ibu semangat untuk belajar mengaji.
Kegiatan positif pun bertambah dengan adanya pengajian ini. Kini anggota pengajian pun mencapai lebih dari 20 orang dari yang awalnya hanya 5 orang
 
 

Konflik Sosial_Avissa SusenoJNR1B_Laporan 6

Konflik dan Pertentangan Dalam Masyarakat

Kesenjangan Antara Sesama Pedagang Warung Rokok Di Pesanggrahan

Avissa Suseno  (1112051100042)

JURNALISTIK 1 B

 

 

I.                   Latar Belakang

Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa mengikuti mereka. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat. Konflik merupakan gesekan yang terjadi antara dua kubu atau lebih yang disebabkan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, kelangkaan sumber daya, serta distribusi yang tidak merata, yang dapat menimbulkan deprifasi relative di masyarakat. Konflik dan kehidupan manusia tidak mungkin untuk dapat dipisahkan dan keduanya berada bersama-sama karena perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan keterbatasan sumber daya itu memang pasti ada dalam masyarakat. Konflik akan selalu kita dijumpai dalam kehidupan manusia atau kehidupan masyarakat sebab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan berbagai usaha yang dalam pelaksanaannya selalu dihadapkan pada sejumlah hak dan kewajiban. Jika hak dan kewajiban tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka besar kemungkinan konflik terjadi.

Beberapa Pandangan tentang Konflik 

Banyak definisi konflik yang dkemukakan oleh para pakar. Dari berbagai definisi dan berbagai sumber yang ada istilah konflik dapat dirangkum dan diartikan sebagai berikut:

1. Konflik adalah bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok karena mereka yang terlibat memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai-nilai, serta kebutuhan

2. Hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih (individu maupun kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu, namun diliputi pemikiran, perasaan, atau perbuatan yang tidak sejalan

3. Pertentangan atau pertikaian karena ada perbedaan dalam kebutuhan, nilai, dan motifasi pelaku atau yang terlibat di dalamnya

4. Suatu proses yang terjadi ketika satu pihak secara negatif mempengaruhi pihak lain, dengan melakukan kekerasan fisik yang membuat orang lain perasaan serta fisiknya terganggu

5. Bentuk pertentangan yang bersifat fungsional karena pertentangan semacam itu mendukung tujuan kelompok dan memperbarui tampilan, namun disfungsional karena menghilangkan tampilan kelompok yang sudah ada

6. Proses mendapatkan monopoli ganjaran, kekuasaan, pemilikan, dengan menyingkirkan atau melemahkan pesaing

7. Suatu bentuk perlawanan yang melibatkan dua pihak secara antagonis

8. Kekacauan rangsangan kontradiktif dalam diri individu

Uraian di atas juga menunjukkan bahwa dalam setiap konflik terdapat beberapa unsur sebagai berikut:

1. Ada dua pihak atau lebih yang terlibat.

2. Ada tujuan yang dijadikan sasaran konflik, dan tujuan itulah yang menjadi sumber konflik.
3.Ada perbedaan pikiran, perasaan, tindakan di antara pihak yang terlibat untuk mendapatkan atau mencapai tujuan.

4. Ada situasi konflik antara dua pihak yang bertentangan.

Dalam penelitian kali ini, membahas tentang observasi mengenai persaingan para pedagang di warung rokok yang semakin hari semakin menjamur di daerah pesanggrahan ciputat. Alasan memilih tema ini dikarenakan ingin mengetahui mengapa bisa terjadi konflik antara para pedagang yang berada dalam satu lokasi yang berdekatan dan juga menjual barang – barang yang hampir sama. Tentu saja ini akan menimbulkan pertanyaan bahwa adakah persaingan diantara mereka.

 

II.                Pertanyaan Pokok Penelitian

  1. Mengapa bisa terjadi konflik antar sesama warung rokok?
  2. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik sesama warung rokok?

 

III.             Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam observasi kali ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. dengan metode ini, dirasa lebih bisa menggali informasi lebih dalam dan dapat menimbulkan kepercayaaan dari narasumber sehingga dapat menggali informasi yang lebih dalam lagi. Observasi kali ini dilaksanakan pada:

Waktu penelitian         : Sabtu, 15 Desember 2012 pkl. 14.23 – 15. 10 WIB

Lokasi penelitian         : Jalan Pesanggrahan samping UIN Jakarta

 

IV.             Gambaran Subjek

Objek yang kali ini akan diteliti adalah para pedagang disamping kampus UIN yang sudah lumayan lama berjualan disekitar lokasi. Salah satu pedagang warung rokok yang berjualan disekitar kampus UIN yaitu Emi yang memang sudah lama berjualan disekitar kampus. Emi sudah disekitar lokasi selama 30 tahun dan masih bertahan dilokasi hingga saat ini. Awal mulanya memang warung rokok ini berada didekat halte, namun karena sempat terjadi proyek pelebaran jalan, maka warung rokok miliknya dialih lokasikan sekitar 100 meter dari halte. Saat ini Emi masih berjualan dengan membuka warung rokoknya yang terlokasi diujung jalan pesanggrahan. Seiring dengan berjalannya waktu, wilayah disekitar kampus semakin hari semakin ramai. Dengan semakin ramainya lokasi maka semakin bertambah pula penghasilan Emi setiap harinya. Jika sedang ramai maka pendapatannya selama satu hari bisa mencapai 100 ribu rupiah. Namun seiring juga dengan semakin ramainya makan mulailah bermunculan warung – warung baru yang mungkin lebih lengkap dari warung miliknya. Tidak jauh dari warung miliknya sekitar 150 meter kini sudah terdapat warung yang sejenis dengan warung miliknya. Warung tersebut juga menjual berbagai macam barang yang dijual diwarung milik Emi.

Bang Aom, pemilik dari warung tersebut menuturkan Ia telah membuka warung dilokasi itu sudah cukup lama. Bang Aom berasal dari Pekalongan dan sudah cukup lama membuka usahana dijalan pesanggrahan juga yang tidak jauh pula dari warung milik Emi.

 

V.                Analisis

Konflik semacam persaingan antara sesama pedagang merupakan hal yang memang sering terjadi, sudah cukup lumrah. Mereka tentuanya berupaya untuk dapat saling menarik pembeli untuk lebih memilih datang ke warung milik mereka. Namun bagaimana jika seiring dengan ramainya lokasi berarti turut menjamur pula pedagang – pedagang yang membuka usaha mereka dengan jenis yang sama. Apalagi jika mereka membuka usaha mereka dengan jarak yang tidak terlalu jauh antar sesama pedagang. Tentu saja jika mereka tidak memiliki rasa toleransi antar sesama pedagang akan terjadi konflik yang cukup rumit dan mungkin akan berkepanjangan. Seringnya terjadi konflik antar sesama pedagang disebabkan karena persaingan mereka dalam mendapatkan pembeli.

Dalam hal ini terkadang mereka bisa saling menjatuhkan antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lain. Selain itu juga perbedaan harga antara masing – masing warung. Terkadang pembeli yang datang membandingkan harga antara warung yang pernah mereka kunjungi sebelumnya. Dan jika terdapat perbedaan harga yang cukup tinggi, maka mereka langsung membandingkan dengan warung sebelumnya yang pernah mereka kunjungi dengan harga yang lebih murah. Dari insiden inilah yang bisa menimbulkan konflik antara sesama pedagang. Konflik berarti juga permusuhan yang mengarah pada peperangan. Sudah terbukti semisalnya konflik sosial yang terjadi karena hal yang sepele, hanya persaingan kecil – kecilan saja dapat menimbulkan konflik yang berkelanjutan jika diselesaikannya dengan emosi. Padahal antara sesama pedagang biasanya sudah memiliki langganan masing – masing. Selain itu juga dari masalah perbedaan harga juga bisa menimbulkan kecemburuan sosial antar sesama pedagang. Tentunya mereka tidak akan menerima jika warung saingan mereka jauh lebih ramai ketimbang warungnya sendiri. Sebetulnya insiden semacam ini tidak seharusnya terjadi. Seharusnya mereka lebih memiliki rasa menghormati dan rasa toleransi yang tinggi antar sesama pedagang.

Dengan adanya konflik tentu saja akan mengakibatkan berbagaimacam akibat yaitu terjadinya keretakan hubungan antara pihak yang bertikai, perubahan kepribadian pada individu karena selalu mengalami konflik yang berkepanjangan, timbulnya rasa dendam, benci dan curiga terhadap pihak yang pernah terjadi konflik dengan dirinya, dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat konflik. Dalam menangani masalah konflik sosial sebagai berikut, tentunya diperlukan cara – cara dan solusi – solusi sederhana yang dapat membuat suasana konflik yang sudah sedemikian dapat teratasi. Adapun cara nya adalah meningkatkan solidaritas sesama para pedagang yang pernah mengalami konflik dengan pedagang lain, guna menghindari terjadinya konflik yang sedemikian rupa terjadi kembali. Selain itu juga diperlukan pengertian yang tinggi dari kedua belah pihak yang terlibat konflik untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Mungkin untuk langkah yang kedua ini diperlukan pihak ketiga agar tidak terjadi konflik atau mungkin bisa langsung diselesaikan sendiri antara pihak yang terlibat konflik dengan mengedepankan sikap toleransi masing – masing pihak.

Sebenarnya tidak semua konflik yang terjadi akan berakibat negatif pada masyarakat. Jika bisa dikelola dengan baik, konflik justru bisa menghasilkan hal-hal yang positif. Misalnya, sebagai pemicu perubahan dalam masyarakat, memperbarui kualitas keputusan, menciptakan inovasi dan kreativitas, sebagai sarana evaluasi, dan lain sebagainya. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa jika konflik tidak dikelola dengan baik dan benar, maka akan menimbulkan dampak negatif dan merugikan bagi masyarakat. Sebagai sebuah catatan bahwa dalam upaya menyelesaikan konflik haruslah dipahami betul kompleksitas serta kerumitan konflik yang dihadapi. Semua harus sadar bahwa setiap konflik memiliki kompleksitas masing-masing sehingga tidak bisa begitu saja mengaplikasikan sebuah teori untuk menyelesaikannya.

 

VI.             Daftar Pustaka

  • Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur (Yogyakarta: LKiS, 2005), hal. 249-250
  • Geoge Ritzer dan Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 154
  • www.google.com

 

Cari Blog Ini