Minggu, 11 Oktober 2015

Maulida Wahid_KPI 1A_Keluarga Besarku_Tugas 5

Maulida Wahid (KPI 1A) - Keluarga Besarku - Tugas 5

           

KELUARGA BESARKU

 

1.      Asal-usul

Di keluarga saya berasal-usul dari Sunda. Dan biasanya kalau berbicarapun berbahasa Sunda. Disini bahasa Sunda terbagi dua ada Sunda kasar dan lemas, tetapi keluarga besar saya memakai keduanya. Karena di daerah saya daerah yang sedikit jauh dengan Jawa Barat sering sekali memakai Sunda kasar seperti saya berbicara kepada Nenek saya "mbah arek kamana?," mbah saya menjawab "arek ka jembatan heula, mida hayang ngilu henteu?." Biasanya kalau pemakaian bahasa Sunda lemas di keluarga besar saya adalah di Tasikmalaya. Dan biasanya juga saya dan keluarga besar saya setahun sekali mengunjungi kerabat yang ada di Tasikmalaya. Sesampainya disana berbicaralah bahasa Sunda lemas.

Keluarga besar dari Ayah saya Nenek, Kakek berasal dari Jawa Barat (Ciamis). Kalau keluarga besar dari Ibu saya berasal dari Tanah Sunda juga yaitu Sajira (Cipanas).

 

2.      Jaringan sosial

Keluarga besar saya biasanya kalau sedang memasak makanan dan kue yang banyak itu biasanya di bagikan ke tetangga sebelah seperti kolek, nastar dan semacamnya. Di keluarga besar saya juga sangat ramah tidak kenal dan tidak membandingkan itu siapa yang mampu dan yang tidak. Seperti halnya kemarin tetangga pindahan keluarga besar saya langsung simpati dan empaty juga membantu mengangkat, memasukan ke dalam mobil. Dari hal seperti itu saja keluarga besar saya sangat peduli apalagi hal yang sangat besarpun.

Biasanya keluarga besar saya terbuka dengan orang yang meminta solusi masalah, dan meminta bantuin sekecil atau sebesar apapun. Hari raya lebaran kemarin yang disebut juga hari raya Idul Adha keluarga besar saya berbarengan menuju masjid yang biasa setiap tahun kami tempati, disana kami beribadah bersama dan sesudahnya haruslah keluarga besar saya berkumpul terlebih dahulu, bersalaman dan bersalaman dengan sodara-sodara umat muslim semua sampai sepinya masjid barulah keluarga besar saya kembali ke rumah. Dari hal itu, hal itu saja keluarga besar saya memulai dan sampai terbiasa bersosialisasi.

 

3.      Nilai-nilai dan sistem sosial budaya yang dipergunakan di dalam keluarga

 

§  Berbahasa Sunda

§  Kalau bertemu harus bersalaman

§  Kalau duduk orang tua lebih dulu di atas (kursi)

§  Berbicara tidak boleh manaikan suara tinggi kepada yang lebih tua

§  Saling membantu kakak ke adik, adik ke kakak dan semuanya dalam keluarga

§  Menghormati

§  Menjaga nama baik keluarga besar

§  Makan bersama di tempat yang disediakan

§  Tebar senyuman dalam keluarga

§  Tidak boleh melawan kepada yang lebih tua (orang tua)

 

 

Perinsip-perinsip dalam keluarga besarku

1.      Tidak menjatuhkan sesama keluarga

2.      Menolong sesama keluarga maupun keluaga orang lain

3.      Tidak mengejek satu sama lain di dalam keluarga juga keluarga orang lain

4.      Menjadi keluarga besar yang sakinah dan sejahtera selalu

5.      Keluarga yang menjunjung tinggi moral dan kebaikan.

Suci Nurhaliza Hermawati_Jurnalistik 1/A_Keluarga Besarku

Nama : Suci Nurhaliza Hermawati

Kelas : Jurnalistik 1/A

NIM : 11150510000016

 

KELUARGA BESARKU

 

A.    Asal-Usul

            Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Keluarga dapat didefiniskan sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi dan memiliki rasa ketergantungan satu sama lain karena adanya hubungan darah, dipersatukan dalam perkawinan, kelahiran maupun adopsi. Di dalam sebuah keluarga, masing-masing anggota akan memainkan perannya masing-masing sebagai kakek, nenek, ibu, ayah, anak, kakak, adik, dan lain-lain.

            Keluarga berfungsi sebagai pembentuk karakter, sebab keluarga merupakan lingkungan pertama yang mendidik perilaku serta mengawasi tumbuh kembang anak. Selain itu, keluarga juga berfungsi untuk meneruskan keturunan, memberikan identitas kepada seseorang, memberikan kasih sayang, memberikan perlindungan dan rasa aman,serta meneruskan nilai-nilai budaya secara turun-temurun. Keluarga juga berfungsi sebagai unit pelayanan kesehatan pertama apabila ada anggota keluarganya yang sakit. Keluarga juga merupakan tempat meminta nasihat dan sebagai fasilitator dalam membantu menghadapi kendala apapun yang dialami oleh anggota keluarganya.

            Mengenai keluarga, saya akan membahas sedikit mengenai keluarga besar saya. Nama saya Suci Nurhaliza Hermawati. Keluarga besar saya berasal dari suku Sunda, baik dari pihak ibu maupun ayah. Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ibu saya bernama Holisoh, beliau asli Sukabumi dan merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Kakek dari pihak ibu saya bernama Manta. Namun, beliau meninggal dunia ketika ibu saya belum menikah. Nenek dari pihak ibu saya bernama Sopiah, beliau aktif mengikuti pengajian-pengajian di banyak masjid hingga saat ini. Ayah saya bernama Wanda Hermawan, beliau berasal dari Parakalansalak, sebuah daerah pegunungan di Kabupaten Sukabumi. Ayah saya merupakan anak ke-6 dari 12 bersaudara. Nenek dari pihak ayah bernama Aminah dan kakek bernama Robbani. Karena ayah dan ibu saya sama-sama keturunan Sunda asli, keluarga saya tidak ada percampuran budaya.

 

B.     Jaringan Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Interaksi antar manusia akan membentuk sebuah jaringan sosial. Keluarga juga memerlukan jaringan sosial untuk menciptakan relasi dengan dunia luar. Jaringan sosial sebuah keluarga dengan lingkungan luar dapat berupa sebuaah rekan bisnis ataupun sekedar bersilaturahmi. Selain itu, jaringan sosial dapat dicipatkan oleh profesi yang ditekuni oleh anggota keluarganya.

Ibu saya bekerja sebagai seorang staff accounting di perusahaan dealer mobil sebuah merk ternama. Dengan profesi tersebut, beliau mendapatkan jaringan yang sangat luas karena banyak menghadiri pertemuan dengan sesama staff accounting ataupun jabatan lain di perusahaan serupa namun di tempat berbeda. Keluarga besar dari pihak ibu saya juga banyak menciptakan jaringan sosial dari profesi mereka. Mereka bekerja di berbagai perusahaan swasta, bank, usaha menjahit dan mendirikan bisnis sendiri. Sedangkan ayah saya, membangun beberapa rumah yang kemudian dijadikan rumah kontakan dan memiliki beberapa petak sawah. Sementara keluarga besar dari pihak ayah banyak yang memulai usaha sendiri, bekerja di perusahaan dan ada juga yang berprofesi sebagai tentara.

 

C.    Nilai Sosial dan Budaya dalam Keluarga

Nilai merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman yang mengarahkan tingkah laku sehari-hari. Nilai sosial dan budaya dapat tercipta melalui interaksi dan terbntuk dari adanya sosialisasi. Nilai yang diterapkan dalam sebuah keluarga akan menjadi sbuah kepribadian bagi anggota keluarga tersbut.

 Nilai sosial dan budaya yang diterapkan dalam keluarga kami mungkin tidak jauh berbeda dengan yang diterapkan oleh keluarga-keluarga yang lain. Etika makan, misalnya. Ketika makan tidak boleh ada makanan yang tersisa dan makan dengan tertib, tidak ada suara kecapan. Kemudian jika selesai makan, piring langsung dicuci. Sarapan kami tidak boleh lebih dari jam 08.00 dan makan malam kami dibiasakan tidak lebih dari jam 19.30. Selain itu, anggota keluarga kami dibiasakan untuk tidur cepat, sekitar pukul 21.00 s/d pukul 22.00. Setelah jam-jam tersebut, tidak ada suara televise atau bunyi-bunyi apapun di dalam rumah.

Setiap idul fitri atau idul adha, semua anggota keluarga besar kami selalu berkumpul di salah satu rumah anggota keluarga dan mengadakan syukuran yang kemudian dilanjutkan dengan makan-makan besar. Kami selalu pergi ziarah bersama ke makam anggota keluarga yang sudah meninggal. Kapanpun jika ada libur panjang, kami selalu menyempatkan untuk berkumpul dan berlibur bersama keluarga besar. Hal ini menyebabkan kuatnya ikatan kekeluargaan di antara kami meskipun banyak anggota keluarga yang merantau.

Selain itu, keluarga besar kami juga menganut nilai sosial budaya yang umum dilakukan oleh setiap keluarga, seperti mengadakan syukuran ketika salah satu anggota keluarga mendapatkan keberhasilan.

 

 

·  Informasi didapatkan dari penelitian dan melibatkan narasumber terdekat yang juga merupakan anggota keluarga besar.

·         Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

Keluarga Besarku

KELUARGA BESARKU

Nama saya Nadya Hendriyan Putri,saya anak pertama dari tiga bersaudara. Orang tua saya asli Bogor dan memang asli pula suku Sunda. Bicara soal Sunda,tentunya daerah Jawa Barat mayoritas dominan bersuku Sunda. Suku ini dikenal orang-orang yang ramah dan pemalas pula. Keluarga besar saya pun semua memang asli dari suku Sunda,kami tidak memiliki suku campuran atau suku ganda lainnya. Ayah saya anak kedua dari 3 bersaudara dan ibu saya anak pertama dari tiga bersaudara. Bicara soal jaringan social,dalam segi usaha keluarga saya tidak memiliki relasi yang pasti dalam segi perdagangan ataupun usaha lainnya. Ayah saya adalah seorang kader dari partai persatuan pembangunan,yang tentunya partai politik lah sarana masyarakat yang sudah akrab di keluarga besar saya. Sedangkan ibu saya,ia memang seorang ibu rumah tangga. Mengenai partai politik,saya pribadi tidak banyak tahu,hanya saja melihat dari ayah saya,saya ,menilai bahwa partai politik memiliki system kerja yang cukup ketat dengan persaingan yang tidak kalah ketat pula,diingat bicara soal partai politik kita akan langsung terkoneksi dengan tahta pemerintahan dan kekuasaan. Partai politik juga memiliki banyak efek,mulai dari menyatukan hingga memecah belahkan. Tidak sedikit pula,kadang konflik diantara keluarga pun sering terjadi karena adanya persaingan partai politik yang cukup ketat. Yang selalu ayah saya lakukan ketika pemilu tiba tentunya memberi banyak kesan. Mulai dari kampanye yang memang pada intinya mencari simpatisan dari berbagai lapisan di masyarakat,lalu ada pula mukernas (musyawarah kerja nasional) yang memang itu agenda tahunan. Banyak karakter yang ayah saya ceritakan dalam sebuah perpolitikan khususnya dalam partai politik,mulai dari karakter individu yang picik hingga yang tulus ada di dalam partai politik,tetapi yaa bukan rahasia umum jika memang partai politik dipenuhi dengan orang ambisius. Ayah saya gagal dalam pencalonan anggota DPRD kabupaten Bogor pada beberapa tahun silam,setelah sebelumnya pernah menjabat sebagai anggota DPRD kabupaten Bogor,pernah saya Tanya "apakah tidak malu ketika gagal pada pencalonan kedua ?" dengan santai ayah saya menjawab "itulah politik,setiap langkah yang kita ambil adalah sebuah resiko yang besarnya harus kita terima. Jangan menjadi cupu hanya karena takut menerima resiko",dari situ bias saya petik bahwa ayah saya dan mungkin beberapa rekannya di partai politik memiliki sudut pandang yang sama. Soal tahta dan kekuasaan didalam partai politik,tidak sedikit pula terror yang akan dialami oleh kader,kebetulan ayah saya juga pernah menjdi ketua tim sukses pemilihan bupati bogor,yang dimana loyalitas kita sangat di uji. Mulai dari tawaran untuk berganti memilih kubu yang lain tentunya sangat sering ayah saya alami,dan di terror pun sering pula,dari segi itu bisa kita lihat bahwa manusia bisa melakukan apapun untuk ambisi mereka masing-masing. Saya dan ayah saya pernah berbeda pendapat mengenai pemilihan calon presiden, ayah saya memang mengkubu kepada jokowi sedangkan saya lebih simpati kepada Prabowo, lalu ayah saya bertanya "apa yang kamu lihat dari sosok yang kamu pilih?" saya jawab "saya melihat historis pendidikan dan juga mottot visi misi nya. Kita sama-sama tahu bagaimana historis kerja dari Prabowo. Karena pendidikan yang berkualitas tidak akan menipu soal bagaiman daya kerja seseorang". Lalu saya menambahkan " apa yang ayah lihat dari sosok yang ayah pilih ? bukankah kita sama-sama tahu bahwa dia berada di bawah pegangan ibu megawati ?" dengan santai ayah saya menjawab "dalam sebuah partai politik,kita tidak membahas mengenai (dengan siapa kamu suka) tetapi mengenai loyalitas kepada partai kita. Ketika partai kita berkoalisi dengan partai lain atau ketika bos kita memihak pada satu calon, ya kita sebagai yang terdekat harus pula memberi dukungan. Karena dukungan pertama adalah keluarga dan orang terdekat bukan dari orang lain. Maka dari itu,seharusnya kamu pula mendukung ayah bukan malah mengikuti rasa simpati kamu. Karena kamu ada di lingkungan yang memang tidak asing dengan perpolitikan". Tetapi sayangnya, saya tidak mengikuti atau mendukung statement ayah saya tersebut. Karena bagi saya, kebaikan jangan di sembunyikan. Dari hal tersebut pula kita bisa ketahui bahwa partai politik tidak mau tahu soal kepada siapa hati kita bersimpati,tetapi sangat mengutamakan ke loyalitasan. Jaringan social dari partai politik sendiri,tidak menafikan memang banyak keuntungannya,mulai dari ditawari untuk bersekolah di SMA negeri yang berkualitas,dan akses mudah dalam setiap wisata atau tempat lainnya. Partai politik pula akrab dengan lingkunga pemerintahan daerah yang dimana setiap proposal pembangunan sekolah/ukm akan ditampung disana, jika kita memang kenal dengan banyak orang melalui jaringan partai poltik tidak menafikan bahwa akses dalam segi pencairan dana proposal pun akan lebih cepat dan diutama,banyak yang saya rasakan hal lainnya mengenai dampak dari partai politik sebagai jaringan social di keluarga saya. Sekarang bicara mengenai nilai-nilai khusus di keluarga besar saya,tentunya sangat jauh berbeda. Kakek saya dari pihak ayah saya,adalah sosok yang keras dan disiplin. Tidak boleh kita sebagai cucunya menentang aturan yang beliau buat, mulai dari :

1.tidak boleh pulang malam,minimal magrib

2.bangun setiap jam 4 pagi untuk belajar\

3.dilarang berdua dengan lawan jenis,sekalipun itu di ruang tamu

4.harus memiliki nilai 90 dalam minimal 2mata pelajaran,jika tidak ya bisa-bisa tidak akan ditanya atau di acuhkan beberapa saat\

5.tidak boleh menentang ketika orang tua bicara atau menasehati,sekalipun tidak salah tetapi tetap haram hukumnya menentang

6.menonton berita itu wajib

Dari beberapa aturan wajib yang tidak tertulis di dalam keluarga, tapi itu memang aturan yang mengikat dan sama-sama kita semua patuh akan aturan tersebut. Semua cucunya, diberi fasilitas les privat matematika dan sekolah agama diluar sekolah umum yang kita jalanin. Mengapa kakek saya seperti itu ? karena saat jamannya,dia tidak mengenyam bangku pendidikan hingga tinggi,hanya sampa sekolah inpres saja. Itu yang mengapa kakek saya sangat mengutamakan pendidikan juga cara mendidik yang keras. Yang paling dihindari atau diharamkan dalam keluarga besar saya, tentunya adalah mencuri dan hamil di luar nikah. Karena hal menjijikan tersebut tentunya sangat mencoreng nama baik keluarga besar. Mengenai pendidikan,kakek saya sangat mengutamakan sekolah negeri dan harus Sma negeri 1,diutamakan kota tetapi jika tidak masuk dikota daripada masuk Negeri 2 atau lainnya,lebih baik Negeri 1 di kabupaten. Saya pribadi sangat salut kepada beliau,walaupun anak-anaknya sangat malas-malasan mengenai pendidikan seperti ayah dan om saya yang bahkan berganti-ganti universitas tapi pada akhirnya malah gagal menjadi sarjabna, tetapi kakek saya tidak pernah menjadi patah semangat mengenai pendidikan. Ayah dan ibu saya pun jika soal pendidikan biasa saja,tidak seperti kakek saya. Jika dari segi ayah saya,cara didik ia sangat santai, asal rajin solat itu cukup. Soal pendidikan,tergantung saya, tapi satuhal yang ayah saya ajarkan "setiap apa yang kamu pilih&jalani itu penuh resiko kamu, ayah hanya bisa membantu dalam segi materi,selebihnya soal dukungan semangat danlainnya itu resiko kamu sendiri" jadi saya pribadi pun terididik sebagai pribadi yang akan berani menjalani jika sekiranya saya mampu menanggung resiko tersebut. Berbeda dengan keluarga dari ibu saya, mereka mendidik dengan santai bahkan kelewat santai. Mereka tidak begitu memerdulikan mengenai pendidikan, ketika saya malas sekolah ya tidak usah sekolah,tidak mau ambil pusing. Yang penting hanya jangan pulang kemalaman. Dan dari segi bahasa komunikasi, mereka memakai bahasa sunda yang cenderung kasar, jika keluarga ayah saya, mereka mengajarkan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mengenai pemilihan dalam segi apapun, keluarga adari pihak ayah mereka pasti akan memilih yang paling baik kasar kata kualitas lebih utama daripada kuantitas, tetapi keluarga dari pihak ibu saya acuh akan sebuah kualitas. Mengenai tentang keagamaan, kedua keluarga besar memang pasti peduli akan itu,ditambah kakek dari pihak ibu saya adalah seorang ustad,jadi mengenai agama sedikit lebih condong ke keluarga ibu saya, tetapi keluarga ayah saya pun sama hanya tidak begitu addict,karena bagi mereka Good Manners are your beauty. Begitulah sedikit gambaran bagaimana keluarga besar saya. Terima kasih

 

Nama : Nadya Hendriyan Putri

Jurnalistik 1A

Salsabila/111505100000/Jurnalistik1A/Keluaga Besarku

                                    Salsabila Azhar

                                    11150510000042

                                    Jurnalistik 1A



 

Keluarga Besarku

 

A. Asal – usul

 

            Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).

            Berbicara tentang keluarga tentunya kita semua memiliki sebuah keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga besar.

            Mengenai keluarga besar saya akan memjelaskan asal-usul keluarga besar saya. Nama saya Salsabila Azhar yang lahir dari pasangan Juni Muryadi dan Anita Widiastuti. Saya adalah anak sulung dari 4 bersaudara dimana ketiga adik saya adalah laki-laki. Ayah saya adalah seorang dosen di Univ Swasta, ayah saya adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara dari nenek dan kakek saya. Keluarga ayah saya bergaris turunan Jawa dan Betawi, hanya saja semua anak kakek dan nenek dari ayah saya lahir serta besar di lingkungan Jakarta. Itu juga menjadi salah satu sebab 2 dari 3 anak kake nenek dari ayah saya menetap atau tinggal berdekatan dengan rumah kakek dan nenek saya seperti kebiasaan orang betawi yang tinggal bersama.

            Sementara ibu saya yang bernama Anita adalah seorang ibu rumah tangga, ibu saya adalah anak bungsu dari 4 bersaudara eyang putri dan eyang akung saya. Ibu saya berasal dari keturunan Jawa dan Betawi sama seperti ayah saya. Semua anak eyang saya juga lahir dan besar di daerah Jakarta dan itu juga menjadikan keluarga besar ibu saya lebih dominan menjadi keluarga yang beretnis Betawi. Keluarga besar yang paling ramai dan juga banyak juga berasal dari keluarga besar pihak ibu dibanding ayah saya. Banyak sanak-saudara yang kandang saya belum pernah lihat atau bahkan kenal.

 

 

 

 

B. Jaringan Sosial

 

            Jaringan sosial dalam keluarga bisa di ibarat kan sebagai koneksi atau penghubung dari satu ke yang lainnya. Keluarga besar saya rata-rata menjadi Guru, PNS, Kepala pelabuhan dan ada juga yang berwirausaha. Keluarga dari Ayah saya sebagian besar bekerja sebagai dosen dan ada yang berwirausaha. Karna keluaga besar ayah saya mayoritas dosen dan wirausaha ini menjadikan bahan obrolan yang menjadi koneksi yang sesuai satu sama lain.

            Keluarga dari Ibu saya lebih banyak yang bekerja sebagai PNS, ada yang menjadi guru, kantoran dan kepala pelabuhan. Karna keluarga besar dari ibu saya banyak dan kental dengan etnis betawi, setiap sebulan sekali diadakan arisan keluarga besar yang menjadi rutinitas wajib untuk menjalin silaturahmi satu sama lain. Menurut saya ini menjadi salah satu jaringan sosial yang ada di keluarga besar saya.

 


C. Nilai-Nilai Sosial dalam Keluarga

 

            Nilai-nilai yang ada di keluarga besar saya mayoritas tidak terlalu berbau adat. Menurut saya hampir seluruh keluarga besar saya lebih mengusung keislaman. Banyak keluarga besar saya yang menerapkan unsur-unsur agama dalam hal apapun seperti, berpakaian, bertindak, dll.

            Disetiap rumah keluarga besar saya setiap maghrib harus mematikan tv, atau sekedar mengecilkan volume sampai nol. Jendela dan pintu ditutup, dan anak-anak yang main haus sudah pulang sebelum maghrib. Menurut penglihatan saya jarang ada keluarga besar saya yang membolehkan anaknya keluar dalam artian main atau hangout pada malam hari, kecuali memang ada tugas ataupun acara tertentu.

            Dalam keluarga besar saya juga mengharuskan laki-laki yang ada dirumah baik anak-anak atapun dewasa untuk selalu shalat di masjid.

 

Seli Nursolihat - KPI 1A - Keluarga besarku - tugas5

Nama: Seli Nursolihat

Nim: 11150510000043

Kelas: KPI 1A

 

KELUARGA BESARKU

 

A.    Asal usul

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta:  kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti ("nuclear family") terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka.

 

Banyak istilah yang digunakan oleh para ahli untuk memberikan pengertian atau definisi tentang keluarga. Keluarga bisa berarti bapak, ibu dan anak-anaknya atau seisi rumah. Dapat juga disebut batih, yaitu seisi rumah yang  menjadi tanggungan, dan dapat pula berarti kaum, yaitu sanak saudara serta kaum kerabat. Selain itu, istilah keluarga juga disamakan dengan istilah rumah tangga.

 

Secara umum , keluarga didefinisikan sebagi suatu kelompok yang terdiri dari dua orang tua atau lebih yang diikat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi, serta tinggal bersama

 

Saya bernama Seli Nursolihat, anak sulung dari dua bersaudara. Saya dilahirkan oleh orangtua yang keduanya berdarah sunda. Ibu saya berasal dari Tasikmalaya dan ayah saya berasal dari Kota Ciamis, Jawa Barat. Adapun kakek saya yang bernama H.Sahudin adalah tokoh masyarakat yang mana di desanya terkenal untuk berdakwah islamiah. Nenek saya  HJ. Ukat yang juga aktivis pengajian masyarakat menjadikan keluarga besar ibu saya menjadi pribadi islami, yang mana dalam kelurga itu diharuskan untuk mengaji, belajar di pesantren, dan berlaku sopan santun. Namun dalam keluarga besar ayah saya pun mengajarkan tentang kedisiplinan, kebersihan, kerapihan, dan berprilaku baik.

 

Walaupun kakek tinggal di pedesaan yang mana penduduk disana kebanyakan menjadi petani.  Tapi  tidak dengan kakek, kakek enggan untuk menjadi petani.  kakek mempunyai hobi berternak ayam, ikan, dan usaha pangkas rambut. Menjadikan kakek yang sosoknya banyak di sayangi oleh cucu-cucunya yang pulang setiap setahun sekali.

 

Saat saya menginjak usia lima tahun. Orangtua saya memutuskan untuk pindah ke Depok, untuk mengubah nasib dan mencari pengalaman. Dengan bekal hanya menjual ladang sawah maka kami  memutuskan untuk tinggal di Depok dan membuka usaha disana. Saat itu ibu saya sedang  mengandung  delapan bulan dan saya yang saat itu duduk dibangku TK,  Menjadikan saya harus  pandai cepat-cepat beradaptasi dengan lingkungan, teman baru, dan sekolah baru.

 

B. jejaring sosial

Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

 

Analisis jaringan jejaring sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan jejaring sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya.

 

Jaringan sosial di keluarga ayah saya adalah entrepreneurship. Ayah  saya yang berprofesi sebagai pedagang yang membuka toko alat pancing, makanan hewan dsb. Menjadikan ayah saya pedagang yang usahanya di butuhkan oleh pemancing, peternak, dll. Awalnya ayah adalah seorang wiraswata namun, karna faktor usia dan ekonomi maka ayah memutuskan untuk membuka usaha. Dari usaha ini alhamdulillah ayah dapat memberangkatkan ibu umroh dan dapat menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi negri. Awalnya ayah ingin membuka cabang namun, lagi-lagi mencari pegawai yang jujur sangatlah jarang. oleh sebab itu maka ayah hanya mempunyai satu toko saja.

 

 

3.  Nilai – Nilai dan Sistem Sosial Budaya yang Dipergunakan di dalam Keluarga

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.

 

Adapun nilai-nilai dan sosial budaya yang di gunakan di keluarga saya adalah, menurut penuturan ibu beliau tidak membatasi saya untuk menikah dengan suku dan golongan mana saja. Tapi ibu mengharuskan agar saya menikah dengan lelaki yang seagama, bukan hanya sekedar islam KTP, berakhlak baik, dan Rajin bekerja.

 

Karna dalam keluarga saya sendiri pun sangat kental ajaran islam. Yang mana saya dan adik saya diharuskan untuk pesantren selama enam tahun, berjilbab ketika sudah baligh, mengaji kitab islam, menjadikan keluarga saya harmonis di dunia untuk bekal di akhirat kelak.

 

Ibu yang ramah senyum dan mempunyai sosok keibuan ini mendidik anaknya agar bisa menjadi seorang wanita yang baik, menyuruh anaknya agar dapat menempuh pendidikan tinggi , dan kelak menjadi anak yang sukses. Adapun ayah yang membanting tulang mengajarkan anaknya untuk bekerja keras, disiplin, dan tegas. Yang semuanya itu sudah tertanam dalam diri kami.

 

 

         Membuat penelitian agar pembaca tahu bagaimana keluarga besar saya.

 

         Melalui metode kulitatif

 

         Pertanyaan penelitian benar adanya dari sumber yang terpecaya

Ilsya Keluarga Besarku Tugas 5

Nama   : Muhammad Aulia Ilsya

NIM     : 11150510000019

Kelas   : KPI 1 A

Matkul : Pengantar Sosiologi

KELUARGA BESARKU

1.      Asal- Usul

      Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan. Fitzpatrick (2004), memberikan pengertian keluarga dengan cara meninjaunya berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu pengertian keluarga secara struktural, pengertian keluarga secara fungsional, dan pengertian keluarga secara intersaksional.

      Keluarga besar saya berasal dari satu budaya dan suku yang sama yaitu Betawi. Berawal dari keluarga besar bapak saya yang bersumber dari  cerita kedua orang tua saya. Keluarga besar bapak saya berasal dari Rempoa beliau bernama Syamsul Arifin seorang bapak yang figure guru/pendidik  beliau anak kedua dari 2 bersaudara sedangkan Kakek saya bernama Alm.H.Iyas beliau seorang wirausaha yaitu mempunyai warung dan dijadikan tempat usahanya. Bapak saya tidak sempat menikmati diasuh oleh bapak kandungnya karena selang 2 bulan setelah lahir beliau meninggal dunia. Selang beberapa tahun nenek saya akhirnya menikah lagi dengan seorang laki-laki yang tidak jauh umurnya dengan almarhum kakek saya sebelumnya. Ketika bapak saya udah besar ia menggunakan prinsip Webber yang mengatakan teori individunya karena bapak saya harus banting tulang karena ekonomi yang tidak stabil saat masih remaja. Singkat cerita ketika sudah dewasa bapak saya dapat pekerjaan di SMA Al-Azhar Pusat dan bekerjalah beliau disana untuk membantu ekonomi keluarganya saat itu.

      Selang beberapa tahun datanglah ibu saya sebagai guru TK di Al-Azhar Kemandoran yang bertumu bapak saya di satu lokasi yang sama saat pertumuan antar guru dan singkat cerita dbeliau menikah dan mempunyai anak yaitu saya bernama Muhammad Aulia Ilsya sebagai anak pertamanya dan saya sekarang 3 bersaudara dengan 2 adik perempuan saya.

     Silsilah keluarga besar ibu sayapun juga berasal dari Betawi yaitu di Karet, Jakarta. Ibu saya bernama Ilaliah seorang guru/pendidik juga. Hal tersebut menimbulkan banyak kesamaan antara keluarga besar bapak dan ibu saya karena sama – sama satu daerah.

2.      Jaringan Sosial

      Jaringan sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jaringan ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954. Jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

       Di keluarga besar bapak saya jaringan sosialnya dalam bentuk usaha bersama keluarga yaitu "Paris Laundry" usaha dibidang cuci – mencuci dari situ bisa terjadi pendekatan antara keluarga satu dengan keluarga lainnya karna terjadi interaksi dan paham teori konflik seperti Mark tetapi hal tersebut bisa dipecahkan dengan satu persatu dan menjadikan usahanya sampai sekarang alhamdulillah maju dan berkembang terus setiap tahunnya.

      Di keluarga besar ibu saya jaringan sosialnya dalam bentuk arisan yang rutin diadakan 3 bulan sekali dalam rangka mempererat hubungan tiap-tiap keluarga karna dipertemuan tersebut selalu ada pembahasan yang dibicarakan atau konflik seperti teorinya Mark.

Adanya jaringan sosial antara individu dengan individu lainnya membuat keluarga besar kami harmonis sampai saat ini karna terjadinya interaksi seperti prinsip – prinsip teori sosiologi yang terjadi dikeluarga kami.

3.      Nilai – Nilai dan Sistem Sosial Budaya yang Dipergunakan di dalam Keluarga

       Sistem budaya merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan konsep – konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai , berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri.

      Nilai – nilai agama, norma, budaya dll memang biasa diterapakan dikeluarga kami. Adat istiadat Betawi memang masih terasa sampai saat ini karena setiap ada resepsi nikahan keluarga pastinya keluarga yang lain ikut membantunya dengan cara menambahkan dana, membantu masak-masak dll. Rasa kekeluargaan di keluarga kami sangat kental. Di keluarga kami membebaskan dalam berpolitik seperti teorinya Durkheim . Di keluarga kami tidak memandang dari sudut keluarga yang bagaimana tetapi membebaskan untuk mencari pendamping hidupnya sendiri seperti teorinya Webber yang mempunyai prinsip individunya.

Fatia Nurul Ismi - KPI 1A - Tugas 5 - Keluarga Besarku

Keluarga Besarku

Asal Usul

 

 Keluarga adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam perkumpulan unit masyarakat terkecil yang mempunyai hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainya yang saling bergantung antara satu dengan yang lainya. Fungsi adanya keluarga adalah untuk meneruskan keturunan, memberikan identitas anggota keluarga, Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga, Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan masih banyak lagi jika dijabarkan penjelasan tentang keluarga ini. Intinya keluarga adalah segalanya untuk kita karena dari keluarga kita dapat membentuk karakter kita sesuai dengan ajaran yang diajarkan dalam keluarga.

 Mengenai keluarga besar, saya akan memperkenalkan asal usul keluarga besar saya. Saya mempunyai keluarga besar yang tergabung dari pekawinan ayah dan ibu, hubungan darah ibu dan ayah dengan saudaranya dan orang tuanya yang berbeda dari latar belakang suku dan budayanya. Ibu saya adalah keturunan Betawi asli, kakek saya dari Bogor dan nenek saya dari Grogol, ibu saya dibesarkan dalam lingkungan masyarakat Betawi pada masa itu karena ibu saya bertempat tinggal di Grogol. Kakek saya seorang atlit badminton dan nenek saya anak dari kepala camat didaerahnya, sedangkan ibu saya berprofesi sebagai guru Seni Budaya dan berwirausaha dirumah menjual aneka kue rumahan, padahal asalnya ibu saya sarjana Tata Busana UNJ yang seharusnya berprofesi sebagai Designer atau penjahit dan lain sebagainya yang berkaitan dengan busana. Keluarga besar dari ibu saya sangat kental dengan budaya Betawi. Salah satu budayanya adalah Lenong teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an Ayah saya keturunan sunda tepatnya dari Garut, kakek dan nenek saya dari ayah juga berasal dari kota yang sama Garut. Kakek saya seorang violis dan suka mengarransemet lagu jaman dulu, nenek saya berkerja berdagang di pasar, dan ayah saya seorang mekanik pesawat maskapai Garuda. Keluarga besar ayah saya kental dengan adat sunda yang mana orang sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang.

 

B. Jaringan sosial

 

            Jaringan Sosial adalah hunbungan koneksi dalam individu yang mempunyai timbal balik. Jaringan sosial dalam keluarga saya tidak mempunyai usaha yang turun temurun semua keluarga saya bekerja dan berusaha sendiri untuk hidup. Keluarga besar ayah saya kebanyakan bekerja sebagai mekanik pesawat, pedagang, pegawai bank, pramugari dan supervisor perusahaan sedangkan keluarga besar dari ibu saya ada yang bekerja sebagai PNS, guru, dosen, musisi, pemilik laundry, dan pemilik tempat les. Jaringan sosial keluarga kami hanya sebatas pada interaksi masing-masing keluarga dalam pekerjaanya karena dalam keluarga saya tidak ada jaringan sosial perekonomian secara turun temurun.

 

 

C.     Nilai-nilai dan Sistem Sosial Budaya yang Diperwujudkan dalam Keluarga

            Nilai dan system budaya yang dilakukan dalam keluarga saya beragam karena kami berkumpul dalam berbeda suku dan budaya dimana tidak semua suku dan budaya sama dalam menjalankan nilai-nilai dan system budayanya.

            Dalam keluarga saya setiap hari Raya tiba hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha diwajibkan berkumpul, kami memasak berbagai macam masakan seperti karedok, empal gentong, kolang-kaling, goyogot, dodol betawi, dan kue talam untuk disantap bersama. Kemudian acara kumpul bulanan untuk sekedar berkumpul dan berdoa bersama untuk mendoakan para sanak saudara yang sudah meninggal. Ibu saya mewajibkan saya dan adik saya untuk berwirausaha tujuanya agar pencarian kami tidak hanya dari satu sumber.

·          Penelitian yang saya pakai adalah metode kualitatif

·         Penelitian dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada          narasumber.

 

 

Nanda Aullia Fauziah_Jurnalistik 1/A_Keluarga besarku_Tugas 5

Nanda Aullia Fauziah (11150510000119)

Jurnalistik 1/A

Tugas 5

 

KELUARGA BESARKU

Ø  ASAL USUL

         Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama. Secara sosiologis Keluarga menunjukkan bahwa dalam keluarga itu terjalin suatu hubungan yang sangat mendalam dan kuat, hubungan tersebut disebut hubungan lahir batin. Adanya hubungan ikatan darah menunjukkan kuatnya hubungan yang dimaksud. Hubungan antara keluarga tidak saja berlansung selama mereka masih hidup tetapi setelah meninggal duniapun masing-masing individu. Individu masih memeliki keterkaitan satu sama lain.

Horton dan Hurt mendefinisikan Keluarga menjadi tiga yaitu :

1.      Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang  sama

2.      Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan

3.      Pasanagan perkawinan  dengan atau tanpa anak

4.      Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak

5.      Para anggota atau komunitas yang biasanya ingn disebut keluarga.

         Berbicara mengenai Keluarga, tentunya setiap manusia yang dilahirkan pasti mempunyai keluarga. Sama halnya dengan saya, saya juga memiliki Keluarga besar. Keluarga besar saya adalah gabungan dari dua budaya dan suku yang berbeda yaitu, Suku Sunda dan Betawi. Dari namanya saja sudah berbeda bukan? Menggabungkan dua budaya yang berbeda menjadi satu kesatuan yang pada akhirnya berada pada satu lingkup bersama yaitu Keluarga bukanlah hal yang mudah. Namun dari berpedaan itu justru membuat hubungan keluarga saya menjadi sangat erat dan saling memahami dan menghormati antara budaya satu dengan yang lain.

         Nama saya Nanda aullia Fauziah, saya dilahirkan dari sepasang suami-istri yaitu H.Zainal Arifin dan Ina Rosalina. Saya anak pertama dari empat bersaudara, saya memeliki satu adik perempuan dan dua adik laki-laki. Bapak saya anak ke-dua dari delapan bersaudara dari pasangan suami istri yaitu, H.Mawardi dan Hj.Neneng. sedangkan ibu saya adalah anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan suami istri H.Gufron dan Hj. Uun. Kali ini saya akan menceritakan keluarga bapak dan ibu saya.

         Keluarga "Baba" saya berasal dari suku Betawi, tentunya tanpa saya sebutkanpun pasti akan tahu bahwa bapak saya adalah suku Betawi asli, tepatnya didaerah Cipete JakSel. Berbicara mengenai suku Betawi tentu identik dengan logat bicaranya dan tidak sedikit juga orang menyebutnya kalau orang Betawi itu Juragan kontrakan dan malas bekerja. Namun itu tidak berlaku bagi keluarga bapak saya, bekerja tetaplah menjadi kewajiban dan walaupun memiliki tanah yang banyak itu bukan alasan untuk bermalas-malasan. Bapak saya adalah pribadi yang tegas, disiplin namun juga pribadi yang humoris. Sifat tegas itu adalah sifat keturunan yang juga dimiliki bapaknya yaitu bermana H.Mawardi (kakek saya). Sifat tegas itu sebagian kecil dari bentuk tanggung jawab beliau sebagai kepala keluarga untuk melindungi dan menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang baik. Ibu dari ayah saya yang bermana Hj.Neneng mempunyai ibu yaitu berasal dari cina beliau bernama Hj.Fatmah yaitu buyut saya sendiri. Beliau menjadi muallaf ketika menikah dengan suaminya yaitu buyut saya yang bernama H. Miftah.

         Ibu saya yang bernama Ina Rosalina, berasal dari keluarga yang sederhana di suku sunda tepatnya di Bogor Jawa barat. Ibu saya pribadi yang sangat ramah dan murah senyum seperti orang tuanya. Walaupun ibu saya tinggal di desa dan jauh dari pusat kota itu tidak menghalanginya untuk berhenti belajar dan bersekolah setinggi-tingginya. Pada saat kuliah ibu saya rela bulak balik bogor-depok. Oleh sebab itu ibu saya selalu menekankan saya untuk bersungguh-sungguh belajar. Ibu saya sangat membebaskan saya untuk belajar dibidang apapun asalkan dijalani dengan sungguh-sungguh. Ibu saya sangat dekat dengan kakeknya yaitu H.Qomar (buyut saya) menurutnya beliaulah yang yang mengantarkan kuliah pada saat itu.

 

Ø  JARINGAN SOSIAL

         Jaringan sosial, dari katanya saja sudah "jaringan" berarti fungsinya untung menghubungkan. Atau juga disebut koneksi dalam hubungan sosial individu, maupun kelompok. Hubungan itu bisa bersifat ekonomi, politik atau  hubungan sosial yang lain. Jaringan sosial yang ada pada keluarga besar saya sebagian besar adalah dibidang ekonomi. karena bapak saya berasal dari suku Betawi yang pada saat dahulu belum seperti sekarang gedung bertinggkat di mana-mana, pada saat dahulu semua rumah yang berbaris di sebelah rumah bapak saya itu semua saudara sedarah, sangat jauh bila di bandingkan dengan sekarang sudah banyak pendatang dari luar jakarta.banyak tanah-tanah yang dijdiakan kontrakan. Namun, walaupun begitu kita tetap melakukan jaringan sosial dengan penduduk pendatang baru. Keluarga besar bapak saya rata-rata berprofesi sebagai pegawai swasta, wirausaha dan juga pembisnis property. Melalui profesi-profesi inilah kita dapat menghubungan sosial individu satu dengan yang lainnya dijaringan sosial yang bersifat ekonomi yang sudah saya katakan tadi. Dengan begitu dapat membuat jaringan sosial semakin melebar lagi.

 

 

NILAI – NILAI DAN SISTEM SOSIAL BUDAYA YANG DI PERGUNAKAN DI DALAM KELUARGA

          Nilai-nilai dan sistem sosial sama fungsinya sebagai alat kontrol perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang tersebut berperilaku sesuai dengan niai dan sistem yang dianutnya. Berbicara mengenai nilai dan sistem budaya yang ada pada keluarga saya yaitu sistem sosial budaya yang masih tradisioanal contohnya, dengan masihnya menggunakan bahasa daerah atau karena bapak saya orang Betawi maka sebutan-sebutan seperti "engkong, baba,ncing, dan ncang" masih di gunakan hingga saat ini. Terbukti dengan saya yang memanggil adiknya bapak saya dengan sebutan "ncing". Tidak hanya itu nilai budayanya juga masih sangat kental tidak hanya pada suku Betawi, suku Sundapun yaitu suku ibu saya juga masih sangat kental akan budaya dan pada saat acara pernikahan di keluarga ibu saya ada acara upacara adat "lengser".

        Tidak hanya sosial budayanya, nilai-nilai yang ada pada keluarga saya pun diajarkan untuk nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab dan taat pada aturan yang berlaku dikeluarga saya. Tidak boleh keluar malam,tidak boleh main tanpa seizin terlebih dahulu, tidak boleh berpaian terbuka. Mungkin itu sedikit contoh nilai-nilai dan sistem sosial budaya yang ada pada keluarga saya.

        

 

·        Itulah hasil penelitian yang penulis buat dengan tema "keluarga besakur".

·        Penelitian dilakukan melalui metode kuantitatif.

·        Penelitian ini melalui informasi dari keluarga terdekat dan oleh penulis sebagai bagian dari keluarga besar.

Cari Blog Ini