Minggu, 11 Oktober 2015

Keluarga Besarku

KELUARGA BESARKU

Nama saya Nadya Hendriyan Putri,saya anak pertama dari tiga bersaudara. Orang tua saya asli Bogor dan memang asli pula suku Sunda. Bicara soal Sunda,tentunya daerah Jawa Barat mayoritas dominan bersuku Sunda. Suku ini dikenal orang-orang yang ramah dan pemalas pula. Keluarga besar saya pun semua memang asli dari suku Sunda,kami tidak memiliki suku campuran atau suku ganda lainnya. Ayah saya anak kedua dari 3 bersaudara dan ibu saya anak pertama dari tiga bersaudara. Bicara soal jaringan social,dalam segi usaha keluarga saya tidak memiliki relasi yang pasti dalam segi perdagangan ataupun usaha lainnya. Ayah saya adalah seorang kader dari partai persatuan pembangunan,yang tentunya partai politik lah sarana masyarakat yang sudah akrab di keluarga besar saya. Sedangkan ibu saya,ia memang seorang ibu rumah tangga. Mengenai partai politik,saya pribadi tidak banyak tahu,hanya saja melihat dari ayah saya,saya ,menilai bahwa partai politik memiliki system kerja yang cukup ketat dengan persaingan yang tidak kalah ketat pula,diingat bicara soal partai politik kita akan langsung terkoneksi dengan tahta pemerintahan dan kekuasaan. Partai politik juga memiliki banyak efek,mulai dari menyatukan hingga memecah belahkan. Tidak sedikit pula,kadang konflik diantara keluarga pun sering terjadi karena adanya persaingan partai politik yang cukup ketat. Yang selalu ayah saya lakukan ketika pemilu tiba tentunya memberi banyak kesan. Mulai dari kampanye yang memang pada intinya mencari simpatisan dari berbagai lapisan di masyarakat,lalu ada pula mukernas (musyawarah kerja nasional) yang memang itu agenda tahunan. Banyak karakter yang ayah saya ceritakan dalam sebuah perpolitikan khususnya dalam partai politik,mulai dari karakter individu yang picik hingga yang tulus ada di dalam partai politik,tetapi yaa bukan rahasia umum jika memang partai politik dipenuhi dengan orang ambisius. Ayah saya gagal dalam pencalonan anggota DPRD kabupaten Bogor pada beberapa tahun silam,setelah sebelumnya pernah menjabat sebagai anggota DPRD kabupaten Bogor,pernah saya Tanya "apakah tidak malu ketika gagal pada pencalonan kedua ?" dengan santai ayah saya menjawab "itulah politik,setiap langkah yang kita ambil adalah sebuah resiko yang besarnya harus kita terima. Jangan menjadi cupu hanya karena takut menerima resiko",dari situ bias saya petik bahwa ayah saya dan mungkin beberapa rekannya di partai politik memiliki sudut pandang yang sama. Soal tahta dan kekuasaan didalam partai politik,tidak sedikit pula terror yang akan dialami oleh kader,kebetulan ayah saya juga pernah menjdi ketua tim sukses pemilihan bupati bogor,yang dimana loyalitas kita sangat di uji. Mulai dari tawaran untuk berganti memilih kubu yang lain tentunya sangat sering ayah saya alami,dan di terror pun sering pula,dari segi itu bisa kita lihat bahwa manusia bisa melakukan apapun untuk ambisi mereka masing-masing. Saya dan ayah saya pernah berbeda pendapat mengenai pemilihan calon presiden, ayah saya memang mengkubu kepada jokowi sedangkan saya lebih simpati kepada Prabowo, lalu ayah saya bertanya "apa yang kamu lihat dari sosok yang kamu pilih?" saya jawab "saya melihat historis pendidikan dan juga mottot visi misi nya. Kita sama-sama tahu bagaimana historis kerja dari Prabowo. Karena pendidikan yang berkualitas tidak akan menipu soal bagaiman daya kerja seseorang". Lalu saya menambahkan " apa yang ayah lihat dari sosok yang ayah pilih ? bukankah kita sama-sama tahu bahwa dia berada di bawah pegangan ibu megawati ?" dengan santai ayah saya menjawab "dalam sebuah partai politik,kita tidak membahas mengenai (dengan siapa kamu suka) tetapi mengenai loyalitas kepada partai kita. Ketika partai kita berkoalisi dengan partai lain atau ketika bos kita memihak pada satu calon, ya kita sebagai yang terdekat harus pula memberi dukungan. Karena dukungan pertama adalah keluarga dan orang terdekat bukan dari orang lain. Maka dari itu,seharusnya kamu pula mendukung ayah bukan malah mengikuti rasa simpati kamu. Karena kamu ada di lingkungan yang memang tidak asing dengan perpolitikan". Tetapi sayangnya, saya tidak mengikuti atau mendukung statement ayah saya tersebut. Karena bagi saya, kebaikan jangan di sembunyikan. Dari hal tersebut pula kita bisa ketahui bahwa partai politik tidak mau tahu soal kepada siapa hati kita bersimpati,tetapi sangat mengutamakan ke loyalitasan. Jaringan social dari partai politik sendiri,tidak menafikan memang banyak keuntungannya,mulai dari ditawari untuk bersekolah di SMA negeri yang berkualitas,dan akses mudah dalam setiap wisata atau tempat lainnya. Partai politik pula akrab dengan lingkunga pemerintahan daerah yang dimana setiap proposal pembangunan sekolah/ukm akan ditampung disana, jika kita memang kenal dengan banyak orang melalui jaringan partai poltik tidak menafikan bahwa akses dalam segi pencairan dana proposal pun akan lebih cepat dan diutama,banyak yang saya rasakan hal lainnya mengenai dampak dari partai politik sebagai jaringan social di keluarga saya. Sekarang bicara mengenai nilai-nilai khusus di keluarga besar saya,tentunya sangat jauh berbeda. Kakek saya dari pihak ayah saya,adalah sosok yang keras dan disiplin. Tidak boleh kita sebagai cucunya menentang aturan yang beliau buat, mulai dari :

1.tidak boleh pulang malam,minimal magrib

2.bangun setiap jam 4 pagi untuk belajar\

3.dilarang berdua dengan lawan jenis,sekalipun itu di ruang tamu

4.harus memiliki nilai 90 dalam minimal 2mata pelajaran,jika tidak ya bisa-bisa tidak akan ditanya atau di acuhkan beberapa saat\

5.tidak boleh menentang ketika orang tua bicara atau menasehati,sekalipun tidak salah tetapi tetap haram hukumnya menentang

6.menonton berita itu wajib

Dari beberapa aturan wajib yang tidak tertulis di dalam keluarga, tapi itu memang aturan yang mengikat dan sama-sama kita semua patuh akan aturan tersebut. Semua cucunya, diberi fasilitas les privat matematika dan sekolah agama diluar sekolah umum yang kita jalanin. Mengapa kakek saya seperti itu ? karena saat jamannya,dia tidak mengenyam bangku pendidikan hingga tinggi,hanya sampa sekolah inpres saja. Itu yang mengapa kakek saya sangat mengutamakan pendidikan juga cara mendidik yang keras. Yang paling dihindari atau diharamkan dalam keluarga besar saya, tentunya adalah mencuri dan hamil di luar nikah. Karena hal menjijikan tersebut tentunya sangat mencoreng nama baik keluarga besar. Mengenai pendidikan,kakek saya sangat mengutamakan sekolah negeri dan harus Sma negeri 1,diutamakan kota tetapi jika tidak masuk dikota daripada masuk Negeri 2 atau lainnya,lebih baik Negeri 1 di kabupaten. Saya pribadi sangat salut kepada beliau,walaupun anak-anaknya sangat malas-malasan mengenai pendidikan seperti ayah dan om saya yang bahkan berganti-ganti universitas tapi pada akhirnya malah gagal menjadi sarjabna, tetapi kakek saya tidak pernah menjadi patah semangat mengenai pendidikan. Ayah dan ibu saya pun jika soal pendidikan biasa saja,tidak seperti kakek saya. Jika dari segi ayah saya,cara didik ia sangat santai, asal rajin solat itu cukup. Soal pendidikan,tergantung saya, tapi satuhal yang ayah saya ajarkan "setiap apa yang kamu pilih&jalani itu penuh resiko kamu, ayah hanya bisa membantu dalam segi materi,selebihnya soal dukungan semangat danlainnya itu resiko kamu sendiri" jadi saya pribadi pun terididik sebagai pribadi yang akan berani menjalani jika sekiranya saya mampu menanggung resiko tersebut. Berbeda dengan keluarga dari ibu saya, mereka mendidik dengan santai bahkan kelewat santai. Mereka tidak begitu memerdulikan mengenai pendidikan, ketika saya malas sekolah ya tidak usah sekolah,tidak mau ambil pusing. Yang penting hanya jangan pulang kemalaman. Dan dari segi bahasa komunikasi, mereka memakai bahasa sunda yang cenderung kasar, jika keluarga ayah saya, mereka mengajarkan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mengenai pemilihan dalam segi apapun, keluarga adari pihak ayah mereka pasti akan memilih yang paling baik kasar kata kualitas lebih utama daripada kuantitas, tetapi keluarga dari pihak ibu saya acuh akan sebuah kualitas. Mengenai tentang keagamaan, kedua keluarga besar memang pasti peduli akan itu,ditambah kakek dari pihak ibu saya adalah seorang ustad,jadi mengenai agama sedikit lebih condong ke keluarga ibu saya, tetapi keluarga ayah saya pun sama hanya tidak begitu addict,karena bagi mereka Good Manners are your beauty. Begitulah sedikit gambaran bagaimana keluarga besar saya. Terima kasih

 

Nama : Nadya Hendriyan Putri

Jurnalistik 1A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini