Kamis, 29 Desember 2016

Siti Utami_FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN PADA BAYI DI DESA JELEGOR CIANJUR SELATAN_PMI 3

I.                   PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Permasalahan
Kehamilan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan keluarga, khususnya calon ibu. Selain merupakan anugersh,  kehamilan juga bisa menjadi satu hal yang mencemaskan. Dalam setiap keluarga, kehamilan diharapkan sebagai sumber pengharapan dan penerus keturunan suatu keluarga. Meskipun demikian, ada kalanya harapan ini tidak terwujud ketika bayi mengalami kematian sebelum dilahirkan

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu parameter utama ukuran kesejahteraan masayarakat pada umumnya dan kesehatan anak pada khususnya. Sampai saat ini di Indonesia termasuk kategori AKB yang tinggi bahkan tertinggi di Negara ASEAN dibanding dengan Negara maju. AKB sebagai masalah yang serius sehingga ada upaya pencegahan primer yang mendasar dan merupakan kegiatan rutin seperti pendektesian kelainan janin dalam rahim, imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak
Kondisi janin yang meninggal dalam kandungan tentu tidak diinginkan oleh ibu hamil. Ibu tentu menginkan janin yang dalam kandungannya sehat sampai saatnya dilahirkan ke dunia. Sayangnya tidak semua ibu hamil menjalani kehamilannya dengan mulus ada ibu hamil yang mengalami berbagai masalah kehamilan bahkan ada ibu hamil harus tahu apa saja gangguan kehamilan yang bisa menyebabkan janin meninggal di dalam kandungam.
Janin yang berada di dalam kandungan tidak begitu saja meninggal, ada sebab atau perihal yang bisa menyebabkan janin yang di dalam kandungan ibu hamil menjadi meninggal. Penyebab janin meninggal itulah yang sering tidak diketahui oleh ibu hamil. Pertolongan menjadi terlambat dilakukan jika ibu hamil tidak tahu jika bayi yang ada di dalam kandungannya meninggal dan mengetahu tanda bahaya yang terjadi pada janin.
IUFD (Intra Uterin Fital Death) adalah kematian intrauterine sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian intrauterine dan mengakibatkan lahirnya bayi meninggal.

B.     Metode Penelitian
Metode adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara untuk memahami focus kajian yang menjadi sasaran dari ilmu yang bersangkutan. Metode adalah suatu cara kerja atau mekanisme tindakan menurut kaidah tertentu dalam konteks ilmu pengetahuan tertentu. Metodologi menerjemahkan suatu paradigm dalam bahan penelitian dan menunjukkan bagaimana keberadaan dunia nyata dapat dijelaskan, ditangani dan dipelajari.
Metode penelitian adalah suatu cara bertindak menurut system aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Penelitian adalah pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas, untuk menemukan fakta yang menhasilkan dalil dan hukum.
Metode yang digunakan untuk penelitian kali ini adalah peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah guna mengetahui respons narasumber terhadap status kesehatan Ibu khsusnya Ibu hamil di desa jelegor.
Pada pengumpulan informasi untuk penelitian kali ini adalah dengan cara wawancara. Mewawancarai objek yang berkaitan dengan permasalahan. Pertama, peneliti mewawancarai Bapak Dikman beliau adalah kader kesehatan di desa jelegor yang terbilang aktif sejak sepuluh tahun terakhir. Kedua, Ibu Desi beliau adalah Bidan di desa tersebut dan terakhir adalah seorang ibu yang pernah kehilangan bayi meninggal di dalam kandungan.
C.     Tinjauan Teori
Menurut para ahli, seperti menurut Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi.
            Parson mengemukakan bahwa, seseorang yang sehat manakala ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi.
Sosiology in Medicine
Sosiolog yang bekerja sama langsung dengan dokter dan staf kesehatan lainnya, di dalam mempelajari faktor sosial yang relevan dengan terjadinya gangguan kesehatan ataupun sosiolog berusaha berhubungan langsung dengan perawatan pasien atau untuk memecahkan problem keseehatan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena sosial dapat menjadi faktor penentu atau mempengaruhi orang-orang untuk menangani penyakit atau mempengaruhi kesehatan mereka ataupun tingkah laku lain saat sedang sakit ataupun setelah sakit.[1]
GAMBARAN UMUM SUBYEK KAJIAN
A.    Profil Umum dan Lokasi Kajian
Cianjur Selatan yang dikenal dengan keramah tamahan, sopan santun dan agamis adalalah merupakan wilayah bagian tengah ke Selatan dari Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi, Sebelah Selatan berbatasan dengan

Samudra Indonesia,Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Terdiri dari 16 Kecamatan yang oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur dikategorikan menjadi wilayah pembangunan bagian tengah meliputi : Kecamatan Takokak, Kecamatan Sukanagara, Kecamatan Campaka, Kecamatan Campaka Mulya, Kecamatan Tanggeung, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Leles, Kecamatan Cijati dan Kecamatan Kadupandak. Sedangkan wilayah pembangunan selatan meliputi : Kecamatan Cibinong, Kecamatan Agrabinta, Kecamatan Sindangbarang, Kecamatan Cidaun, Kecamatan Naringgul, Kecamatan Cikadu dan Kecamatan Pasirkuda.
Cianjur Selatan beriklim tropis dengan curah hujan per tahun rata-rata 1.000 sampai 4.000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 per-tahun. Dengan iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam Cianjur Selatan subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang potensial sebagai modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang cukup menjanjikan. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian.
Peneliti menjadikan Kampung Jelegor, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur Selatan, Jawa Barat sebagai lokasi kajian karena menurut informasi yang didapat oleh peneliti dari narasumber mengatakan bahwa di desa tersebut sangatlah sering terjadi kematian bayi meninggal di dalam kandungan. Membuat peneliti tertarik untuk menjadikan lokasi tersebut sebagai objek kajian.
Peneliti menuju ke lokasi kajian pada tanggal 10 november 2016 pada pukul 10.30 WIB dari terminal kampung rambutan dengan menggunakan bus menuju cianjur kota menempuh perjalanan empat jam pada pukul 14.00 WIB sampai di terminal Cianjur kota kemudian menuju Desa jelegor dengan mobil elef menempuh perjalanan selama enam jam dan sampai di lokasi pada pukul 20.00 WIB.

III. ANALISIS HASIL
Penelitian dimulai pada tanggal 11 november 2016 narasumber pertama yang peneliti kunjungi adalah salah satu ibu sebut saja Ibu A (tidak menyebutkan namanya) yang pernah mengalami janinnya meninggal dalam kandungan pada usia saat itu memasuki usia 10 bulan. Beliau menerangkan bahwa merasa ada gangguan pada kandungannya setelah beliau mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan setempat, kejadian ini terjadi pada tahun 2014. Beliau beranggapan bahwa tenaga kesehatan yang ada di desa tersebut belum berkompeten. Anggapan tersebut semakin menguat ketika kejadian tersebut terjadi pada tetangga beliau namun kali ini peneliti tidak mewawancarai orang yang bersangkutan karena satu dan lain hal. Kondisi infrastruktur di desa ini sangatlah tidak memadai 90% kondisi jalanan adalah berlumpur ditambah musim hujan saat ini semakin membuat akses jalan menjadi tidak efisien untuk warga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.  
Permasalahan yang ibu A alami beberapa waktu silam diduga adalah kasus mal praktik yang dilakukan oleh Bidan tersebut. Karena melihat kondisi Ibu yang tidak memungkinkan lebih lama diusut kasus ini sebagai laporan penelitian, peneliti memutuskan untuk berhenti menggali data lebih lanjut. Hipotesis sementara yang peneliti miliki saat ini adalah memang real malpraktik karena bukan hanya ibu A saja yang mengalami hal tersebut tapi juga ada satu ibu mengalami hal yang sama. Hal ini berkaitan dengan tenaga medis yang kurang atau sebenarnya belum berkompeten dalam bidang tersebut, kejadian ini menjadikan warga enggan dan keberminitannya dalam menjadikan tenaga medis sebagai salah satu fasilitas kesehatan menjadi berkurang. Sehingga, warga setempat masih banyak dan beralih kepada tenaga kesehatan "non medis" atau Dukun Beranak atau Paraji (Sebutan dari warga setempat).
Sebenarnya, apabila kita telusuri secara mendalam, faktor-faktor yang menyebabkan bayi meninggal di dalam kandungan ada banyak. Namun, keingintahuan peneliti akan  apa faktor utama penyebab bayi meninggal di dalam kandungan di desa  ini. Ketersedian fasilitas kesehatan adalah mutlak untuk setiap daerah, sekalipun di pelosok. Juga tenaga medis yang mumpuni juga sangat menentukan. Namun, pada kenyataannya di desa jelegor ini sangatlah jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Di desa ini hanya ada satu puskesmas, itu pun alat-alat dan obat-obatan yang ada tidak memadai.
Kedua, narasumber yang peneliti wawancarai adalah Ibu Desi beliau adalah bidan di desa jelegor. Informasi yang peneliti peroleh dari beliau adalah bahwa kesehatan ibu dan bayi di desa ini memanglah masih belum bisa dikatakan baik. Pertama, karena minimnya kesadaran Ibu dalam menjaga kesehatan kandungannya. Penyuluhan yang dilakukan oleh bidan dan kader-kader kesehatan setempat sudah dilakukan namun karena beberapa kendala seperti akses jalan yang tidak memungkin untuk ibu dan balita menuju ke tempat penyuluhan, bekerja di sawah ini adalah salah satu faktor dalam minimnya pencegahan. Karena dengan penyuluhan tersebut Ibu akan mendaptkan informasi terkait dengan kehamilan dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kasus yang sebenarnya adalah sudah banyak kita ketahui dan ini juga faktor penyebab bayi meninggal dalam kandungan yakni adanya pernikahan dini dibawah usia 19 tahun. Di desa tersebut masih rendah pula pengetahuan akan risiko yang dialami apabila hal ini dilakukan. Karena kebanyakan orang tua disana tidak terlalu menitik beratkan anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan lebih lanjut mungkin hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat perekonomian yang mumpuni karena mayoritas penduduk adalah berpencaharian dari sektor pertanian.
            Ketiga, Narasumber adalah Bapak Dikman beliau adalah salah satu warga desa jlelegor dan kader aktif posyandu di desa ini sejak lima tahun lalu. Beliau adalah sosok inspiratif menurut peneliti. Karena beliau dan istri adalah salah satu atau bahkan satu dari sekian banyak orang yang berperan sebagai penggerak di bidang kesehatan di dise tersebut. Ketidaksadaran akan kesehatan ibu dan bayi di desa tersbut tidak lantas menyurutkan semangat beliau untuk terus bergerak dalam mengkampanyekan kesehtan. Ketidaksadaran ini membuat warga setempat tidak menyempatkan untuk pergi ke pos yandu untuk mengikuti penyukuhan serta rangkaian agenda kesehatan lainnya. Beliau berjlana berkilo-kilo meter untuk mengecek berat badan bayi dan balita serta memberikan penyuluhan tentang kesehatan. Beliau sukarela dalam melakukan hal tersebut dan hanya menerima upah yang sebenarnya tidak sebanding dengan apa yang telah beliau lakukan.
            Kejadian yang menimpa putrinya yang juga terkait dengan masalah ini, yakni putrinya yang sedang mengandung bayinya meninggal di dalam kandungan, Pada saat itu terjadi saat usia kehamilannya tujuh bulan mengalami gangguan dan sudah mengerahkan tiga orang tenaga kesehatan dan satu orang tenaga kesehatan non-medis. Keempat orang tersebut tidak dapat menangani sehingga harus dibawa ke rumah sakit yang jaraknya sangat jauh memerlukan waktu enam jam untuk sampai. Sedangkan kondisi putrinya tidaklah memungkinkan untuk menempuh jarak dan waktu yang tidak mudah.
Kesimpulan
            Banyak faktor yang meyebabkan bayi meninggal di dalam kandungan. Seperti kurangnya pengetahuan ibu mengenai kehamilan, lemahnya kandungan karena faktor gen, dan lain-lain. Peneliti menyimpulkan bahwa faktor utama bayi meninggal adalah keterjangkauan dari pemukiman warga ke fasilitas kesehatan atau rumah sakit.












[1] Yasmil Anwar, Adang. Sosiologi Untuk Universitas, Bandung, refika Aditama, 2013. Hal. 557

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini