Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Kamis, 02 Oktober 2014
Tugas 3_Fadel Muhammad Anugrah
FILSAFAT
A. Definisi Filsatat
Secara etimologis, kata filsafat berasal dari gabungan dua kata: Philein yang beraeti mencintai dan sophos yang berarti keaeifan atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi, dilihat dari asal katanya, filsafat berarti mencintai kebijaksanaan. Filsafat dipahami sebagai apa yang ada dalam pikiran seseorang yang membuatnya menganggap apa yang penting dalam nilai hidupnya. Pengertian mengenai filsafat sangatlah kompleks. Istilah filsafat juga digunakan untuk melihat cara berpikir apapun dalam diri manusia. Setiap manusia pada dasarnya dianggap memiliki filsafat atau berfilsafat (entah filsafatnya benar atau salah).
Dalam ptaktik penggunaannya, istilah filsafat digunakan dalam banyak hal untuk menyebut suatu watak yang terdiri dari banyak kategori pula. Materialisme adalah filsafat moral yang memandang tujuan mengejar materi merupakan nilai yang dianggap utama.
B. Unsur-unsur Filsafat
1. Ontologi
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan.
2. Epistemologi
Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat, atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan "kebenaran" macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Bila kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun sitematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
3. Axiologi (teori tentang nilai)
sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
C. Metode Filsafat
Sangat banyak metode filsafat yang digunakan oleh para filsuf dari dahulu sampai sekarang ini, yaitu:
1. Metode Zeno : Reductio ad Absurdum
2. Metode Sokrates : Maieutik Dialektis Kritis Induktif
3. Metode Plato : Deduktif Spekulatif Transendental
4. Metode Aristoteles: Silogistis Deduktif
5. Metode Plotinos :Kontemplatif-Mistis
6. Metode Descartes: Skeptis
7. Metode Francis Bacon: Induktif
D. Hakikat Filsafat
1. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar serta dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam sehungga ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2. FILSAFAT PENDIDIKAN adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.dasar pendidikan cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Nurani Soyomukti, 2011. Pengantar Filsafat Umum. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Tugas 3_Savinatun Naja
Savinatun Naja_KPI 5D
FILSAFAT
A. Definisi
Secara etimologis, asal kata menurut bahasa, "filsafat" atau dalam bahasa Inggris philosophy, berasal daro bahasa Yunani philosophia. Filosofia, berupa gabungan dari dua kata, ialah phielein yang berarti cinta, merindukam, menikmati, dan sophia atau sofein yang artinya kenikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau kejernihan. Jadi secara etimologis, berfilsafat atau filsafat itu berarti mencintai, menikmati, merindukan kebijaksanaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diucapkan ahli filsafat Yunani kuno, Socrates, bahwa filosof adalah orang yanh mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran.
Dalam bahasa Indonesia, filsafat, juga berbakar dari bahasa arab, filsafah, yang juga berakar pada istilah Yunani itu. Menurut Mautner (1999) terdapat tiga arti filsafat, ialah pertama sebagai aktivitas intelektual yang dapat didefinisikan dalam banyak arti, tergantung pada apa yang menjadi penekanan artinya, ialah metodenua, masalah atau subject-matternya atau maksud tujuannya. Sebagai metode filsafat merupakan penelusuran rasional. Arti filsafat yang kedua, adalah suatu teori yang dapat dari atau sebagai hasil dari pemikiran filsafati, pemikiran yang menuju pada akarnya. Serta yang ketiga, adalah suatu pandangan menyelurih, komprehensif, mengenai realitas dan tempat manusia berada atau mengada didalamnya. Dilihat dari praktisnya, filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran.
B. Unsur-unsur Filsafat
1. Ontologi
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Dengan demikian Ontologi adalah hakikat yang Ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.
2. Epistemologi
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat, atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar.
Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan "kebenaran" macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Bila kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun sitematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
3. Axiologi (teori tentang nilai)
Sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
C. Metode
1. Metode Sistematis
Metode sistematis adalah cara mempelajari objek material filsafat, ialah mengenai materi/masalah-masalah yang dibicarakannya. Yang dimaksud sistematis disini adalah adanya susunan dan urutan dan juga hubungan menyangkut materi atau materi yang terdapat dalam bahasa.
2. Metode Historos
Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu perkembangan pemikoran filsafat yang telah terjadi, sejak kelahirannya sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat pencatatan dan penulisan sejarah.
D. Hakikat
1. Hakikat merupakan istilah filsafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yanv paling mendasar.
2. Filsafat tidak saja bicara wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan, tetapi juga berbicara makna yang terdapat di belakangnya.
3. Hakikat filsafat adalah sebagai akibat berpikir radikal
4. Filsafat adalah kebebasan berpikir tenatng sesuatu tanpa batas, dia mengacu pada hukum keraguan atas segala hal.
Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi. 2009. Pengantar Filsafat, Bandung : PT. Refika Aditama
Tugas 3_Savinatun Naja_1112051000120
Savinatun Naja_KPI 5D
A. Definisi
Secara etimologis, asal kata menurut bahasa, "filsafat" atau dalam bahasa Inggris philosophy, berasal daro bahasa Yunani philosophia. Filosofia, berupa gabungan dari dua kata, ialah phielein yang berarti cinta, merindukam, menikmati, dan sophia atau sofein yang artinya kenikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau kejernihan. Jadi secara etimologis, berfilsafat atau filsafat itu berarti mencintai, menikmati, merindukan kebijaksanaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diucapkan ahli filsafat Yunani kuno, Socrates, bahwa filosof adalah orang yanh mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran.
Dalam bahasa Indonesia, filsafat, juga berbakar dari bahasa arab, filsafah, yang juga berakar pada istilah Yunani itu. Menurut Mautner (1999) terdapat tiga arti filsafat, ialah pertama sebagai aktivitas intelektual yang dapat didefinisikan dalam banyak arti, tergantung pada apa yang menjadi penekanan artinya, ialah metodenua, masalah atau subject-matternya atau maksud tujuannya. Sebagai metode filsafat merupakan penelusuran rasional. Arti filsafat yang kedua, adalah suatu teori yang dapat dari atau sebagai hasil dari pemikiran filsafati, pemikiran yang menuju pada akarnya. Serta yang ketiga, adalah suatu pandangan menyelurih, komprehensif, mengenai realitas dan tempat manusia berada atau mengada didalamnya. Dilihat dari praktisnya, filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran.
B. Unsur-unsur Filsafat
1. Ontologi
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Dengan demikian Ontologi adalah hakikat yang Ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.
2. Epistemologi
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat, atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar.
Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan "kebenaran" macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Bila kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun sitematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
3. Axiologi (teori tentang nilai)
Sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
C. Metode
1. Metode Sistematis
Metode sistematis adalah cara mempelajari objek material filsafat, ialah mengenai materi/masalah-masalah yang dibicarakannya. Yang dimaksud sistematis disini adalah adanya susunan dan urutan dan juga hubungan menyangkut materi atau materi yang terdapat dalam bahasa.
2. Metode Historos
Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu perkembangan pemikoran filsafat yang telah terjadi, sejak kelahirannya sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat pencatatan dan penulisan sejarah.
D. Hakikat
1. Hakikat merupakan istilah filsafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yanv paling mendasar.
2. Filsafat tidak saja bicara wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan, tetapi juga berbicara makna yang terdapat di belakangnya.
3. Hakikat filsafat adalah sebagai akibat berpikir radikal
4. Filsafat adalah kebebasan berpikir tenatng sesuatu tanpa batas, dia mengacu pada hukum keraguan atas segala hal.
TUGAS 3_Ellya Pratiwi_1112051000030
FILSAFAT
A. Definisi Filsafat
Secara harfiah, istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani yakni Philosophia, kemudian dalam perkembangannya dikenal juga dalam beberapa bahasa diantaranya Belanda, Jerman dan Perancis yang dikenal sebagai philosophie, dalam bahasa Inggris disebut philosophy, philosophia dalam bahasa Lain dan falsafah dalam bahasa Arab.
Dari pengertian-pengertian secara istilah diatas, memunculkan beberapa pemahaman makna filsafat yang berbeda-beda. Namun para filsuf yang berupa philosophien merumuskan bahwa terdapat dua unsur pokok dalam istilah filsafat secara harfiah tersebut yang terbagi atas dua akar kata yaitu phillien dan shopos serta philos dan sophia.
Kemudian para filsuf tersebut mencoba untuk menguraikan satu persatu pengertian dari kedua kelompok unsur pokok tersebut. Unsur pokok pertama yakni phillien dan shopos,phillien memiliki arti mencintai dan shopos memiliki arti bijaksana. Dari pengertian secara harfiah dari kedua kata tersebut, maka bermakna bahwa filsafat berarti mencintai segala sesuatu yang memiliki sifat kebijaksanaan.
Sedangkan arti atau makna dari kata philosophia ditinjau dari akar kata philos dan shopia memiliki arti kawan kebijaksanaan. Dengan kata lain philosopie berarti menurut katanya ialah mencintai akan kebijaksanaan dan berusaha untuk memilikinya.Kebijaksanaan yang dimaksud memiliki kandungan arti hakikat. Seorang filsuf berarti seorang yang mencintai kebijaksanaan dan mencari hakikat sedalam-dalamnya.
Untuk batasan-batasan filsafat sendiri, para filsuf memiliki ukuran dan batasan yang berbeda. Setiap masing-masing filsuf memiliki rumusan dan batasan tersendiri mengenai filsafat. Perbedaan tersebut sangat beragam, terkadang perbedaan itu berdasarkan essensialnya. Namun semua perbedaan itu tidak benar-benar mendasar. Namun secara jelasnya, perbedaan yang beragam tersebut dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi etimologi dan dari segi terminologi.
Secara etimologi, seperti yang sudah diuraikan diatas sebelumnya bahwa filsafat berasal dari beberapa bahasa sesuai dengan pendapat masing-masing. Ada yang beranggapan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', ada juga yang berasal dari bahasa Yunani ''philosophia' yang merupakan sumber akar pula dari 'philosophy' yang berasal dari bahasa Inggris.
Sedangkan secara terminologi, ada banyak tokoh dan ahli dalam bidang filsafat yang mengemukakan definisi filsafat tersebut sesuai dengan kecenderungan pemikiran dan pandangan mereka masing-masing terhadap filsafat itu sendiri. Diantaranya yaitu:
1. Menurut Plato filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan yang asli.
2. Menurut Aristoteles filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,ekonomi, politik dan estetika.
3. Menurut Al Farabi filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Dan beberapa pengertian lainnya masih banyak filsuf yang mengemukakan pendapatnya masing-masing. Namun dari semua uraian diatas dapat ditarik garis besarnya bahwa filsafat ialah ilmu yang mencari dan mendalami tentang sesuatu secara sungguh-sungguh sehingga mencapai hakikat dari situasi tersebut.
B. Unsur-unsur filsafat
Unsur-unsur filsafat terbagi menjadi tiga macam, antara lain:
1. Ontologi
Secara harfiah, ontologi berasal dari bahasa Yunani; ta onta yang berarti 'yang berbeda' dan logi yang berarti ilmu pengetahuan/ajaran. Bisa disimpulkan ontologi ialah ilmu pengetahuan tentang yang berada. Secara sederhananya ontologi ialah ilmu tentang agama. Dalam levelnya ia berada di metafisik/abstrak, kemudian diurunkan ke ilmu pengetahuan (epistomologi).
Tokoh yang memperkenalkan istilah ontologi ini ialah C. Wolff (1679-1714)
2. Epistomologi
Secara harfiah epistomologi terdiri dari kata 'episteme' yang berarti pengetahuan dan kata 'logos' yang berarti teori. Sehingga dalam istilah bahasa Inggris epistomlogi dikenal sebagai 'Theory of knowledge'. Epistomologi secara artian yang lebih rinci diistilahkan sebagai salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari lebih dalam tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan.
3. Aksiologi
Secara harfiahnya aksiologi berasal kata Yunani yang terdiri dari axion yang berarti nilai dan logos yang berarti teori tentang nilai. Sedangkan secara istilahnya aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan dan mempelajari secara mendalam tentang bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi dibagi menjadi dua yaitu estetika yang berarti artistik, praktis dan bersifat relatif, serta etika yang berarti nilai atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai kata ethic.
C. Metode
Dalam ilmu filsafat ada banyak sekali metode-metode yang dimilikinya. Sesuai dengan referensi buku yang dikutip ini, ada sekitar sepuluh metode filsafat konkret yang terdapat didalam Dicionary Of Philosophy yang dikutip oleh DR. Anton Bakker, antara lain:
1. Metode kritis
Dipelopori oleh Socrates dan Plato yang bersifat analisa isitilah pendapat melalui cara diskusi dan bertanya.
2. Metode intuitif
Dipelopori oleh Platinos dan Bregson, dengan cara intropeksi pembersihan intelektual serta persucian moral dan dengan jalan pembaruan antara kesadaran dan proses perubahan.
3. Metode skolastik
Dipelopori oleh Aristoteles, Tomas Aquinas dan filsuf abad pertengahan. Bersifat sintetis deduktif.
4. Metode matematis
Yang dipeolopori oleh Descrates dan pengikutnya. Dengan cara menganalisa hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat yang sederhana.
5. Metode empiris
Dipelopori oleh Hobbes, Locke, Barkeley dan Hume. Metode ini mengatakan bahwa hanya pengalaman lah yang menyajikan pengertian yang benar.
6. Metode transendental
Dipelopori oleh Kant dan Neo-Skolastik. Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.
7. Metode dialektis
Dipelopori oleh Marx dan Hegel. Dengan jalan mengikuti dinamika pikiran atau alam sendiri.
8. Metode fenomenologis
Dipelopori oleh Husserl dan eksistensialisme. Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis, refleksi atas fenonim dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.
9. Metode Neo-Positivitis
Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif.
10. Metode analitika bahasa
Dipelopori oleh Wittgenstein, dengan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknyaucapan-ucapan filosofi.
D. Hakikat Filsafat
Pada hakikatnya filsafat merupakan ilmu yang berasal dari pemikirian manusia secara menyeluruh. Dapat dikatakan juga filsafat ialah sumber dari segala ilmu. Ilmu yang mencari dan mendalami tentang kebenaran dari sebuah kebenaran yang sudah ada melalui beragai proses dan metode-metode yang beragam.
Dalam penacapaian kebenerannya yang sudah dianggap benar sebelumnya, hal ini menandakan bahwa pengetahuan manusia terhadap kebenaran itu sebenarnya terbatas dan tidak berkembang dengan pemikiran yang lain. Karena filsafat adalah satu titik penemuan tentang hakikat kebenaran yang sudah ada namun ingin dikembangkan lagi secara mendalam karena penyelesaian masalah dalam filsafat itu bersifat mendalam dan universal.
Berfikir mengenai filsafat sebenarnya lebih unggul daripada berfikiran tentang ilmu yang lainnya. Karena filsafat tidak hanya berhenti di satu titik saja,namun berkembang. Berbeda halnya dengan ilmu lain yang hanya selesai dan berhenti sampai pada pemikiran awal saja.
Dikutip pula dari pengertian filsafat oleh Hasbullah Bakry mengatakan bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang menyelidiki segtala sesuatu dengtan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat mengahsilakn pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu.