Rabu, 15 Oktober 2014

Arif Syahrizal KPI 5 E tugas 3 1112051000133

Nama               : Arif Syahrizal
NIM                : 1112051000133
Kelas               : KPI 5 E
Tugas Ke         : 3 (tiga)
 
            Poedjawijatna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan rapat dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. Kata yunaninya ialah philosophia. Dalam bahasa Yunani kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia. Philo yang berarti cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu. Arti dari kata sophi adalah kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi menurut namanya saja filsafat boleh diartukan ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan.
            Menurut kutipan dari Abu Bakar Atjeh dapat diketahui bahawa dari segi bahasa, filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Melihat pengertian filsafat dari segi istilah berarti kita ingin melihat filsafat pada segi definisinya. Untuk membuat definis suatu objek kita harus mengetahui konotasi objek itu. Berikut ini dikutipkan beberapa definis yang dikemukakan oleh beberapa pengarang , sesuai dengan konotasi filsafat yang ditangkap oleh mereka.
            Poedjawijatna mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab sedalam dalamnya bagi segala sesuatu bedasarkan pikiran belaka. Kemudian Hasbullah Bakry mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah ia mendapatkan pengetahuan itu. Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli. Sedangkan menurut Al-Farabi filsafat ialah pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.
            Dalam rangka memahami apa filsafat itu, marilah kita perdalam sedikit pembahasan ini. Bila dirinci, dapatlah diketahui bahwa kesulitan membuat definisi filsafat, jadi berarti juga sulitnya memahami apa itu filsafat, adalah pertama kerena pengertian filsafat berkembang dari masa ke masa. Kesulitan yang kedua adalah karena pengertian filsafat itu berbeda antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya, dan kesulitan yang ketiga adalah karena kata filsafat itu telah dipakai untuk menunjuk bermacam-macam objek yang sesungguhnya berbeda.
 
 
 
            Dalam garis besarnya filsafat mempunyai tiga cabang besar, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, teori nilai. Teori pengetahuan pada dasarnya membicarakan cara memperoleh pengetahuan. Teori hakikat membahas semua objek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat. Yang ketiga, teori nilai atau disebut juga sebagai aksiologi, membicarakan guna pengetahuan tadi. Dalam ringkasannya adalah sebagai berikut ini :
Ø  Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan, disebut dengan epistemologi.
Ø  Teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri, disebut dengan ontologi.
Ø  Teori nilai membicarakan guna pengetahuan itu, disebut aksiologi.
 
A.    EPISTEMOLOGI
 
Epistemologi membicarakan simber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.
Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun. Nanti, tatkala ia 40 tahunan, pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dari pada dia dalam bidang yang sama atau berbeda.
Pengetahuan manusia itu ada 3 macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan menggunakan berbagai alat.
Jhon Locke, bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan ruwet, lalu tersusunlah pengetahuan berarti. Berarti, bagaimana pun kompleks (ruwet)-nya pengetahuan manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar. Kerana itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen.
Kelemahan aliran ini cukup banyak. Kelemahan pertama ialah indera terbatas. Dalam hal ini indera tidak mampu melihat kerbau secara keseluruhan dari badannya. Jika kita melihatnya dari depan, yang kelihatan adalah kepala kerbau, dan kerbau pada saat itu memang tidak mampu sekaligus memperlihatkan ekornya. Kesimpulannya adalah empiris lemah karena keterbatasan indera manusia. Oleh karena itu muncullah aliran rasionalisme.
Secara singkat aliran rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek.
 
 
 
 
 
 
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, manusia untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengana akal. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja karena ada bahan dari indera.
Indera dan akal yang bekerja sama belum juga dapat dipercaya mampu mempeoleh pengetahuan yang  lengkap, yang utuh atau sempurna. Dengan indera, manusia hanya mampu mengetahui bagian bagian tertentu tentang objek.
 
 

Arif Syahrizal KPI 5 E 1112051000133 tugas 1

NAMA            : ARIF SYAHRIZAL
KELAS           : KPI 5 E
TUGAS           : 1 ( SATU)
 
1.      Carilah istilah dan kerancuan istilah : Etika dan Moral, Amoral dan Immoral, Etika dan Etiket, Moralitas, Subyektif. Dan membedakan antara : Etika Deskriptif, Etika Normatif dan Metaetika ; Hakikat Etika Filosofis.
 
Ø  Perbedaan pokok antara Etika dan Etiket.
Etika menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu. Sedangkan etiket memberikan dan menunjukan cara yang tepat dalam bertindak. Sementara itu, etika memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut apakah suatu perbuatan bisa dilakukan anatara ya dan tidak. Pembahasan etika lebih menitikberatkan pada baik buruknya atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban tanggung jawab manusiawi dan etiket berkaitan dengan apa yang menjadi dasar bahwa tindakan manusia adalah baik atau buruk, benar atau salah.
 
Ø  Perbedaan antara Etika dan Moral
Etika lebih condong ke arah ilmu tentang baik atau buruk suatu perbuatan yang dilkukan. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai kode etik.moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Moral mempunyai dua kaidah yaitu :
a.       Kaidah sikap baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap kita baik itu harus dinyatakan dalam bentuk yang pasti atau konkret, tergantung dari apa yang baik dalam situasi kongkret itu.
b.      Kaidah keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.
 
 
 
 
 
 
Ø  Perbedaan antara Etika Deskriptif, Etika Normatif dan Meta Etika.
a.       Etika Deskriptif
Etika Deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baik buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau subkultur tertentu. Oleh karena itu, etika deskriptif tidak memberikan pemikiran apa pun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral.
 
b.      Etika Normatif
Etika Normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia juga bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak. Etika normatif berarti sistem-sistem yang dimaksud untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, yaitu Etika Umum dan Etika Khusus.
 
c.       Metaetika
Bagian lain etika adalah metaetika, yaitu kajian etika yang ditunjukan pada ungkapan-ungapan etis. Bahasa etis atau bahasa yang digunakan dalam bidang moral dakaji secara logis. Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan "baik" dan "buruk".
 
Ø  Perbedaan antara Amoral dan Immoral.
 
a.    K. Bertens, Etika, 1993;7-8 mengatakan mengenai istilah antara amoral dan immoral dalam bahasa Indonesia mengalami kesulitan. Oleh Concise Oxford Dictionary kata amoral diterangkan 'unconcerned with,out of the sphere of moral, non moral'. Jadi kata Inggris amoral berarti tidak berhubungan dengan konteks moral, diluar suasana etis, non moral. Sedangkan immoral dijelaskan sebagai opposed to morality, morally evil yang berarti bertentangan dengan moralitas yang baik, secara moral buruk tidak etis.
b.    Menurut Dr. W. Poespoprodjo, L. Ph. S. S., Filsafat Moral, 1986;102; kata amoral, nonmoral berarti bahwa tidak mempunyai hubungan dengan moral tidak mempunyai arti moral. Istilah immoral artinya moral buruk (buruk secara moral).
 
 
 
 
Ø  Pengertian tentang Moralitas
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas atau nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Dua kaidah dasar Moral :
a)    Kaidah sikap baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik baik itu harus dinyatakan dalm bentuk yang konkret tergantung dari apa yang baik dalam situasi konkret itu.
b)   Kaidah keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.
 
Ø  Subyektif
Norma bersifat subyektif dan akibatnya sering kali di ganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang menginginkan kejelasan tentang etis atau tidaknya.
 
Ø  Hakikat Etika Filosopis
Filsafat ialah seperangkat keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, cita-cita, aspirasi-aspirasi dan tujuan-tujuan, nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan dan prinsip etis. Menurut Sidney Hook, filsafat juga pencari kebenaran, tentang baik atau buruk untuk memutuskan bagaimana seseorang harus memilih atau bertindak dalam kehidupannya.
 
 
 
 
 
 
 
Florence Kluckholn, mengidentifikasikan sejumlah orientasi nilai yang tampaknya berkaitan dengan masalah kehidupan dasar:
1.    Manusia berhubungan dengan alam atau lingkungan fisik, dalam arti mendominasi, hidup dengan atau ditaklukan alam.
2.    Manusia menilai sifst/hakikat manusia sebagai baik atau campuran antara baik dan buruk.
3.    Manusia hendaknya bercermin pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
 
Orientasi nilai tersebut sangat berbeda di antara berbagai kebudayaan dan subbudaya dalam masyarakat, khususnya sebagai bagian dari peranan-peranan social yang mereka sandang dalam masyarakat. Nilai-nilai mempunyai tingkatan-tingkatan seperti :
1.    Nilai-nilai akhir atau abstrak, seperti: keadilan, persamaan, kebebasan, kedamaian, dan kemajuan social.
2.    Nilai-nilai tingkat menengah, seperti : kualitas keberfungsian manusia/pribadi, keluarga yang baik, pertumbuhan dll.
3.    Nilai-nilai tingkat ketiga merupakan nilai-nilai instrumental atau operasional yang mengacu kepada ciri-ciri perilaku dari lembaga social yang baik.
4.    Nilai-nilai dan norma-norma yang telah diinternalisasikan ke dalam diri individu tersebut, sebagai prinsip-prinsip etik.
 

Arif Syahrizal KPI 5 E 1112051000133

NAMA            : ARIF SYAHRIZAL
KELAS           : KPI 5 E
TUGAS           : UTS
NIM                : 1112051000133
ETIKA MENDENGARKAN CERAMAH DI MAJELIS TA'LIM IPISTA
(IKATAN PEMUDA ISLAM TANAH KUSIR )
 
A.    Latar Belakang
 
Dengan perkembangan zaman sekarang ini sudah sangat minim sekali orang orang islam yang ingin memperdalam ilmu keagamaannya melainkan mereka lebih senang mengikuti perkembangan zaman dibandingkan dengan perkembangan islam. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa zaman atau waktu dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk menuntut ilmu agama.
 
Dalam majelis ta'lim atau yang biasa disebut dengan istilah pengajian bisa dibandingkan peminatnya antara anak muda dengan para bapak-bapak dan hasilnya bahwa para bapak-bapak lah yang mendominasi masalah pengajian, namun pada hakikatnya para bapak-bapaklah yang menentukan generasi penerusnya akan dibawa kemana.
 
Para pemuda adalah generasi penerus dari para orang tua yang sudah tua rentan akan pelajaran. Tidak menutup kemungkinan bahwa apabila para bapak-bapak tidak mendorong para pemuda maka generasinya akan hancur dengan berkembangnya zaman serta bertambahnya kehebatan teknologi. Bisa kita perhatikan banyak para pemuda bahkan anak kecil yang menyalahgunakan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya.
 
Ada beberapa kelompok pemuda yang lemah niat untuk mencari ilmu agama dan ada juga para pemuda yang rajin untuk mencari ilmu agama, namun jika dibandingkan kedua-duanya maka akan lebih besar pemuda yang lemah niat mencari ilmu agama. Pada kesempatan kali ini peneliti akan membahas tentang para pemuda yang rajin dalam menimbah ilmu agama, karena dibalik yang minim itu ada sesuatu yang istimewa dan keistemiwaan itu akan diberikan oleh sang maha pencipta bagi hamba-hambanya yang rajin menuntut ilmu agama.
 
Dalam pengajian juga terdapat peraturan peraturan yang harus diikuti oleh para jamaah agar pengajian tersebut bisa berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pimpinan pengajian, namun yang biasa kita lihat disini adalah banyak para pemuda yang mengikuti pengajian karena ada musiknya atau pun hanya untuk meramaikan saja atau juga hanya untuk mencari jodoh sehingga saat isi ceramah disampaikan oleh sang da'i para jamaahnya banyak yang tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh sang da'i. Sehingga bisa disimpulkan bahwa orang mengaji itu belum tentu dia benar, karena dia saja tidak mengetahui isi ceramah yang disampaikan oleh sang da'i  bagaimana dia bisa mengimplementasikan tentang isi ceramahnya tersebut sedangkan dia tidak mengetahui apa isi ceramahnya tersebut.
 
Saat ceramah disampaikan oleh sang da'i ada berbagai perilaku yang dilakukan oleh para pendengarnya yang diantaranya adalah tidur, memainkan handphone, mengkhayal, berbicara dengan teman sebelahnya. Akan tetapi jika para pendengarnya melakukan hal hal yang telah disebutkan diatas kita harus lihat apa yang melatarbelakangi mereka melakukan hal tersebut. Apakah sang da'i menyampaikan isi ceramah yang membosankan? Atau kah mungkin sang da'i juga tidak memperhatikan para pendengarnya sehingga para pendengranya juga merasa tidak diperhatiakan sehingga meraka juga tidak memperhatiakan da'i tersebut saat ceramah.
 
IPISTA dibentuk pada 13 Oktober 2013, yang berpusat di masjid Al Mujahidin. Pengajian ini bertujuan menciptakan kader kader pemuda yang berjiwa kesatria seperti Rasulullah SAW.
 
Pada penelitian kali ini saya memperoleh berita dari salah seorang panitia IPISTA yang bernama Sholeh, dia adalah orang yang berperan dalam menghidupkan pengajian ini karena ia berkata bahwa apabila tidak diawali maka tidak ada seperti sekarang ini.
 
B.     Pertanyaan dan Hasil Wawancara
 
1.      Apakah ada kriteria dalam pemilihan calon sang penceramah?
 
Ketika kita akan melakukan kegiatan pengajian rutinitas ataupun bulanan maka kita akan memilih calon sang penceramah atau bisa digaris besarkan kita yang mencari sang penceramah agar para pendengarnya juga bisa menikmati ceramahnya tersebut, karena jika sebelum pengajian dilakukan pemberitaan kepada para jamaahnya siapa yang akan menyampaikan isi tausiahnya maka para jamaahnya akan melihat siapa yang ceramah. Jika sang penceramah merupakan orang yang sudah tidak asing lagi mereka dengar maka mereka akan mengikuti pengajian tersebut, namun apabila sang calon penceramah merupakan dari kalangan yang biasa biasa saja maka mereka akan berpikir pikir lagi apakah dia harus mengikuti pengajian tersebut ada tidak.
 
Jadi dalam hal ini kami memperhatikan sekali kriteria dalam pemilihan calon sang pencermah, agar apabila sang penceramah menyampaikan isi dari ceramahnya tersebut para pendengarnya bisa memperhatikannya dan tidak melakukan hal hal yang bisa merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Apabila sang pendengar bisa memperhatikan sang penceramah dengan baik maka para pendengarnya bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan bisa juga menyampaikannya kepada orang lain agar orang lain juga bisa mengetahuinya dan melakukan hal apa yang dilakukan dari yang satu ke yang lainnya.
 
Selain sang penceramah dari kalangan yang terkenal atau isi isi ceramahnya bagus sang penceramah juga harus bisa membawa suasana pengajian artinya sang penceramahnya juga harus bisa menyisihkan dari , karena ini adalah ceramah pengajian bukan ceramah wajib yang biasa disampaikan pada waktu khutbah jum'at. Pada saat ini penceramah yang bisa mengimbangkan antara sendau gurau dengan keseriusannya dalam penyampaian isi ceramah sangat jarang sekali, namun yang ada pada saat ini atau yang biasa muncul di televisi (TV) kebanyakan yang mengedepankan atau mengutamkan sendau guraunya dibandingkan dengan apa yang di sampaikannya di depan khalayak.
 
Pemilihan calon sang da'i sangat mempengaruhi tentang kedatangan para jamaah, karena biasanya jika sang penceramahnya bagus maka jamaahnya pun akan banyak akan tettapi sebaliknya apabila sang penceramahnya dari kalangan yang biasa biasa saja atau bahkan dari kalangan yang bukan ahlinya maka jamaah yang hadir pun akan sedikit sekali.
 
2.      Apakah ada batasan batasan waktu dalam menyampaikan isi ceramah?
 
Sebenarnya dalam ajaran islam tidak diperkanankan tentang batasan waktu yang diberikan panitia kepada sang da'i, karena itu dapat membuat sang da'i merasa terbatas sekali dalam penyampaiannya isi ceramahnya dan hasilnya pun mungkin tidak maksimal. Namun bila dilihat dari kondisi seperti sekarang sekarang ini kebanyakan orang yang memperhitungkan waktu untuk duduk di dalam majelis itu sangat banyak sekali dibandingkan ia duduk dikantor untuk berkerja.
 
Dari awal ceramah pun pada dasarnya para pendengar sudah memprediksikan berapa waktu yang dibutuhkan penceramah tersebut untuk menyampaikan pesan pesan agama dan biasanya apabila sang pencermah sudah melewati batas yang ditentukan oleh panitia maka para pendengarnya pun akan merasa sudah gelisah atau sudah tidak fokus lagi sehingga hal ini yang sangat menjadi bahan tolak ukur apakah para pendengarnya tersebut benar benar ingin mendengarkan ceramah atau tidak.
 
Jadi pada dasarnya bahwa waktu itu sangat penting dalam penyampaian isi ceramah. Maka sang penceramah juga harus bisa merangkum isi ceramahnya dengan singkat dan padat, agar para pendengarnya tidak merasa bosan dan jenuh sehingga para pendengarnya pun bisa menjadikan isi cermahnya sebagai bahan pedoman kehidupannya dalam sehari-hari.
 
3.      Apakah ada cara cara khusus dalam menangani jamaah yang kurang memperhatikan sang da'i?
 
Sebenarnya kita tidak memiliki cara cara khusus dalam menangani hal tersebut karena bagi kami itu kembali kepada dirinya sendiri apakah jamaahnya tersebut ingin mendaptkan isi dari ceramahnya tersebut ataukah hanya cuma sekedar hadir karena ajakan dari teman atau pun saudara.
 
Saat jamaah sudah merasa bosan dengan sang da'i maka kami akan menyelinginya dengan musik hadroh dan sahalawat sehingga sang pendengarnya pun merasa terhibur dengan hal tersebut.
 
C.     Kesimpulan
 
Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang baik buruk perbuatan manusia yang didasarkan atas norma norma yang berlaku di masyarakat sekitar dan etika juga merupakan tujuan yang di ciptakan manusia sebagai penentua hasil akhir perbuatannya tersebut baik atau buruk.
 
Pada saat ini saya meneliti tentang sikap yang dilakukan pemuda masjid dalam mengikuti kegiatan agama yang diantaranya adalah mendengarkan ceramah agama yang disampaikan oleh para mubaligh. Hasil yang dapat diperoleh adalah bahwa kesadaran remaja atau pemuda masjid akan hal mendengarkan ceramah sangat minim sekali di karenakan ada berbagai faktor yang melatarbelakangi mereka melakukan hal tersebut.
 
Mereka memberikan tanggapan dan alasan yang memang masuk kedalam logika atau masuk akal. Diantara tanggapan mereka adalah bahwa mereka sangat bosan dengan apa yang disampaikan oleh sang penceramah karena sang penceramah tidak mengetahui dulu kepada siapa ia memberikan ceramah, jadi cermah yang disampaikan juga tidak mengenai hati para remeja tersebut sehingga ia merasa jenuh dan bosan. Seorang penceramah sebelum memberikan ceramah seharusnya adalah mengetahui terlebih dahulu karakteristik dari para pendengarnya. 
 
Selain itu juga sang penceramah juga harus memperhatikan batasan waktu saat menyampaikan ceramah agar para pendengarnya tidak merasa bosan dengan waktu yang amat panjang dan ketika sang penceramah membuat waktu itu terasa panjang maka para pendengarnya pun akan merasa gelisah atau sikap yang di perlihatkan oleh para pendengarnya akan mencermikan muka yang merasa jenuh serta sikap duduk yang serba salah sehingga apa yang di sampaikan oleh sang penceramah tidak bisa masuk diahti yang artinya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
 
 

Cari Blog Ini