Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Selasa, 25 September 2012
E.Durkheim_Rahma Sari JNR 1B_Tugas ke 2
Durkheim mengembangkan konsep
masalah pokok sosiologi penting dan kemudian diujinya melalui studi
empiris.DalamThe Rule of sociological
Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah
mempelajari apa yang ia sebut sebagai
fakta-fakta sosial.Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan(forces) (Takla dan Pope,1985)Dan
struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu.
Dalam bukunya yang bejudul Suicide (1897/1951) Durkheim berpendapat bahwa ia dapat menghubungkan perilaku
individu seperti bunuh diri itu dengan sebab-sebab sosial (fakta sosial) maka
ia akan dapat menciptakan alasan meyakinkan tentang pentingnya disiplin
sosiologi.Tetapi,Durkheim tak sampai menguji mengapa individu A atau B melakukan
bunuh diri.Ia lebih tertarik terhadap
penyebab yang berbeda-beda dalam rata-rata perilaku bunuh diri di kalangan
kelompok,wilayah,Negara,dan di kalangan golongan individu yg berbeda
(misalnya,antara orang yang kawin dan lajang) argumen dasarnya adalah bahwa
sifat dan perubahan fakta sosiallah yang menyebabkan perbedaan rata-rata bunuh
diri.Misalnya,perang atau depresi ekonomi dapat menciptakan perasaan depresi
kolektif yang selanjutnya dapat meningkatkan angka bunuh diri.[1]
Durkheim membagi bunuh diri menjadi tiga macam: (1)
altruistic (di mana kasus bunuh diri terjadi demi kepentingan kelompok
seperti,misalnya,seorang pahlawan perang); (2) egoistic (karena adanya
kekurangan dalam organisasi social dan berupaya untuk menjauhkan diri dari
kelompok itu );dan (3) anomik,di mana penyesuaian diri masyarakat terganggu
(oleh perubahan-perubahan ekonomi,seperti kemakmuran tiba-tiba,depresi
ekonomi,dan bangkit serta jatuhnya suatu kelas sosial).[2]
Dalam
The Rule of Sociological Method ia membedakan antara dua tipe fakta social:material
(birokrasi,hukum) dan nonmateri (misalnya kultur,institusi sosial).[1]
[1] George
Ritzer & Douglas J.Goodman,Teori
Sosiologi Modern,(Jakarta:Kencana,2010),h.21
[2]
Prof.Dr.Wardi Bachtiar,M.A.,Sosiologi
Klasik,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,cet.1,2006),h.89
PEMBAGIAN KERJA
Pembagian
kerja semakin berkembang maka individu-individu tidak akan selamanya sama,sebab
pekerjaan mereka mengikuti fungsi spesialis.Tetapi perasaan solidaritas
mengikat sesuai dengan pembagian kerja,yang membawa kepada posisi saling
melengkapi"tidak sama tetapi mirip" yang akan menyebabkan kegiatan
bersama,sumber perasaan solidaritas dari macam-macam perbedaan tertentu.
Dalam buku Durkheim
yang pertama,The Division of Labour in
Society,ia menjadikan fakta solidaritas sosial sebagai unsur dasar dalam
masyarakat,maka dia membagi masyarakat ke daam dua tipe utama dengan cara
pembagian yang mirip dengan yang dilakukan Tonnies,masyarakat dimana
solidaritas sosialnya bersifat mekanik,berkaitan
dengan pertumbuhan pembagian tenaga,dimana semakin meningkat pembagian
kerja,maka terjadi perubahan struktur sosial dari solidaritas mekanik ke
solidaritas organik.Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran
kolektif bersama,yang menunjuk kepada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan
sentimen-sentimen yang rata-rata ada pada warga masyarakat.
Dan masyarakat dimana solidaritasnya bersifat organik,atau dikarakterisir dengan
spesialisasi,divisi buruh,dan saling ketergantungan.Saling melengkapi satu
dengan lainnya,sehingga pembagian kerja menetapkan bentuk kontrak moral baru
antara individu.Pembagian kerja yang semakin besar,maka saling ketergantungan
semakin besar,karena semakin bertambah spesialisasi kerja.Indikator solidaritas
organik ini adalah ditandai oleh pentingnya hukum yang bersifat memulihkan
(restitutif).[1,2]
Kedua jenis masyarakat hasil rumusannya itu dianalisis oleh
Durkheim untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana caranya suatu
transformasi solidaritas sosial dapat terjadi serta bagaimana caranya
menentukan keadaan proses transformasi itu.Dia percaya bahwa bila penduduk
berkembang lebih banyak ,maka masyarakat akan lebih kompleks.Pembagian kerja
akan sebanding dengan volume dan kepadatan masyarakat.Lebih dari
itu,pertumbuhan sosial terjadi pula dengan adanya kondensasi
masyarakat.Formasi-formasi demikian menuntut adanya pembagian kerja yang lebih
besar.[1]
Namun,tesis Durkheim yang
menyebutkan bahwa meningkatnya solidaritas berkaitan dengan pembagian kerja,tak
dapat ditemukan kenyataannya dalam masyarakat industrial manapun yang ada.Dalam
hal ini,yang bisa dianggap sebagai kegagalan yang mencolok untuk tetap
konsisten dengan preskripsi metodologisnya sendiri,ia menyatakan bahwa
prakonsepsinya mengenai solidaritas adalah hal yang seharusnya"terwujud oleh
adanya pembagian kerja,dan ia mengklarifikasikan konsekuensi-konsekuensi
aktualnya disini sebagai sesuatu yang "abnormal".[3]
[1]
Prof.Dr.Wardi Bachtiar,M.A,Sosiologi
Klasik,(Bandung;PT.Remaja Rosdakarya,cet.1,2006),hal.87
[2]Dr.M.Munandar-Soelaeman,ILMU SOSIAL DASAR Teori &Konsep Ilmu
Sosial,(Bandung;PT.Refika Aditama,cet.12,2006),hal.34
[3]Peter
Beilharz(Ed.),Teori-Teori Sosial,(Yogyakarta;Pustaka
Pelajar,cet.3,2005),hal.107
AGAMA
Dalam bukunya yang berjudul Les forms Elementaires De La Vie Religion (bentuk-bentuk
awal kehidupan agama),yang di terbitkan dalam bahasa Perancis pada tahun 1912,Dalam karya ini Durkheim membahas masyarakat primitif untuk
menemukan akar agama.Durkheim yakin akan dapat menemukan akar agama dengan
membandingkan masyarakat primitive yang sederhana ketimbang di dalam masyarakat
modern yang kompleks.temuannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu
sendiri.Masyarakatlah yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat sakral dan
yang lainnya bersifat profane,khususnya dalam kasus yang disebut totemisme.Dalam
agama primitive (totemisme) ini benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan
binatang didewakan.Selanjutnya totemisme dilhat sebagai tipe khusus fakta
social nonmaterial,sebagai sebentuk kesadaran kolektif.[1]
Yang sakral adalah hal-hal yang dipisahkan daripada yang lain dan yang dilarang.Terdapat
benda sakral,tempat sakral,waktu sakral,kata sakral.Sakral bisa mempunyai
konotasi "suci",bisa juga berarti "berbahaya,terlarang".
Durkheim menawarkan definisi agama sebagai berikut : "Suatu
agama adalah sebuah system kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan
hal-hal yang dianggap sakral,yaitu hal-hal yang dipisahkan dan dilarang-kepercayaan
dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral,yaitu
berdasarkan nilai-nilai bersama,yang disebut umat".Dengan kata lain,masyarakat
yang tidak ingin terpecah memerlukan agama.
Durkheim juga mencerna perbedaan
tajam antara religi dan magi.Namun letak perbedaan itu juga dilihat dari sudut
sosiologis;religi adalah kolektif sedangkan magi individual (tidak ada umat
magi).Ritual religi adalah berkaitan dengan sesuatu yang sakral,sedangkan
ritual magi seringkali mengingkari,menolak,memprofonkan,malahan meledek yang
sakral (Les Formes Elementaires,h.42-45). [2]
[1] ] George
Ritzer & Douglas J.Goodman,Teori
Sosiologi Modern,(Jakarta:Kencana,2010),h.22
[2] J.Dwi
Narwoko-Bagong Suyanto (ed),SOSIOLOGI TEKS
PENGANTAR DAN TERAPAN,(Jakarta;Kencana,2007),hal.246
FUNGSIONALISME
Asumsi asumsi dasar Durkheim mencerminkan
mencerminkan pokok-pokok pikiran mereka yang sangat terpengaruh oleh aliran
organism.Asumsi dasr itu adalah :
A.Masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu hal yang
berdiri sendiri yang dapat dibedakan dari bagian-bagiannya.masyarakat juga tidak
dapat dihabiskan ke dalam bagian-bagiannya.Masyarakat harus dilihat sebagai
suatu keseluruhan.
B.Bagian-bagian suatu sistem dianggap memenuhi fungsi-fungsi
pokok,maupun kebutuhan sistem secara keseluruhan.
C.Kebutuhan pokok suatu sistem social harus dipenuhi,untuk
mencegah terjadinya keadaan abnormal atau patologis.
D.Setiap sistem mempunyai pokok-pokok keserasian tertentu
yang segala sesuatunya akan berfungsi secara normal.
Durkheim
mengakui analisa yang diperkenalkannya mengandung berbagai bahaya;namun dia
memberikan beberapa alternatif untuk mengatasi kelemahan itu.Pertama-tama dia
menyadari kelemahan analisa teleologis,yakni bahwa berbagai konsekuensi yang
terjadi di masa mendatang suatu gejala
menjadi penyebab terjadinya gejala tersebut.Dengan demikian harus dibedakan
antara sebab-sebab terjadinya suatu gejala dengan tujuan akhirnya,yaitu
fungsinaya.
Walaupun
Durkheim memberikan peringatan mengenai kelemahan atau bahayanya mempergunakan
pemikiran teleologis,namun dia mempergunakannya dalam karya-karyanya yang
penting.Dalam karyanya mengenai pembagian kerja,Durkheim senantiasa mengadakan
pembedaan antara sebab dengan fungsinya.Walaupun Durkheim memberikan tekanan
pada keseluruahan sistem social,namun dengan memasukkan asumsi-asumsi
organismik seperti fungsi,kebutuhan,keadaan normal,patologi,dan lain
sebagainya,dia memasukkan konsep-konsep tersebut ke dalam teori-teori sosiologi
selama hamper tiga-perempat abad lamanya.Namun perlu diakui bahwa analisanya
terhadap topik-topik substantive,menyebabkan analisa secara fungsional menjadi
suatu cara yang sangat di sukai para sosiolog selama beberapa generasi.[1]
[1] Soerjono
Soekanto,Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi,(Jakarta:PT.Rajagrafindo
Persada,cet.3,2011),hal.389
ANOMI
Apabila
kondisi masyarakat sudah tidak mempunai sistem pengaturan utama dan tidak
berfungsi lagi dalam membentuk keteraturan dan hubungan harmonisnya,maka hal
demikian membawa kepada kondisi"anomi".Secara subyektif individu mengalami
keadaan tidak pasti,tidak aman,dimana keinginan dan ambisi pribadinya tidak
mungkin untuk dipenuhinya secara realistik,ada perasaan tidak punya arti yang
merasa curiga bahwa hidup ini benar-benar tidak punya tujuan dan tidak punya
arti.Ada tekanan budaya yang kuat pada individualisme.Fenomenanya dalam bentuk penyakit
masyarakat :
1.Anomi pada pembagian
kerja,seperti kasus krisis industry di mana terjadi permusuhan antara buruh
dengan pengusaha,sehingga individu terisolasi.
2.Tingginya intensitas pembagian
kerja,sehingga penempatan individu tidak berdasarkan kemampuannya.
3.Bentuk patologis lainnya yaitu
fungsi tugas tidak dikerjakan secara penuh pada sistem.[1]
Untuk mengatasi krisis
moral,Durkheim sendiri yakin bahwa orang harus membentuk
pengelompokan-pengelompokan professional baru,korporasi baru yang mempertautkan
seluruh pekerjaan yang berkolaborasi dalam sektor kehidupan ekonomi :"Jika
anomie itu sebuah kejahatan,itu semata-mata karena masyarakat memang menderita
dan mereka tidak dapat hidup tanpa kohesi dan keteraturan.Agar anomie bisa
diakhiri,maka harus ada atau harus dibentuk satu kelompok,yang bisa berbentuk
sistem peraturan yang faktanya memang masih kurang memadai.Masyarakat politik
secara keseluruhan ataupun Negara sebenarnya tidak bisa dibangun dari fungsi
ini;kehidupan ekonomi,karena bersifat sangat khusus dan setiap hari mengalami
spesialisasi,mulai terlepas dari kompetensi dan tindakannya.Aktivitas sebuah
profesi hanya bisa diatur secara efektif oleh sebuah kelompok yang cukup dekat
dengan profesi itu,baik untuk mengenali fungsinya,untuk merasakan segala
kebutuhan dan kemampuan untuk mengikuti seluruh variasinya."
Orang boleh saja meragukan penyelesaiaan ini,yang jadi masalah
hanya:tidak ada perturan ekonomi yang bisa mengarah pada perang sosial dan
kesengsaraan moral,sama seperti tidak adanya peraturan internasional yang telah memicu perang perang dunia.[2]
[1] Dr.m.Munandar-soelaeman,Ilmu Sosial Dasar Teori &Konsep Ilmu Sosial,(Bandung:PT.Refika
Aditama,cet.12,2006),hal.35
[2]Antony Giddens,Daniel
Bell,Michael forse,etc,Sosiologi sejarah
dan Berbagai Pemikirannya,(Perum SBI:Kreasi Wacana,cet.4,2009),hal.52
biografi_paramasumbada_jurnalB_tugas1
EmileDurkheim_AzmyAzisJNRL1B_TugasKe2
Emile Durkheim Oleh : Azmy Azis Jurnalistik IB
I. Fakta Sosial Argumen Durkheim mengenai subjek yang di konstruksi secara sosial dirumuskan paling jelas dalam The rules of Sociological Methode, dimana ia menandaskan pernyataanya tentang sosiologi sebagai bidang penalitian yang absah dan yang objek studinya berupa "fakta-fakta sosial" yang tak dapat dijelaskan dalam kerangka psikologi individual. "Fakta-fakta Sosial", menurutnya "berada diluar individu" dan "ditopang oleh kekuatan koersif". Fakta sosial bersifat external, koersif, aktor solidaritas sebagai fakta , meskipun bersifat nonmaterial. Teori perkembangan masyarakat adalah cenderung model unilinier dengan tipe ideal solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial.
II. Pembagian Kerja (Division of Labor) Tesis Durkheim dalam The Division of Labor in Society sebenarnya merupakan pembelaan atas moderenitas. Sembari menyanggah pandangan bahwa industrialisasi niscaya mengakibatkan ambruknya tatan sosial. Namun karena kompleksitasnya masyarakat modern, terjadi kemunduran kekuatan kesadaran kolektif. Pengikat utama dalam masyarakat modern adalah pembagian kerja yang rumit, yang mengikat orang satu sama lain dalam hubungan ketergantungan. Namun Durkheim merasa bahwa pembagian kerja modern membawa serta sejumlah "patologi" dengan kata lain pembagian kerja adalah metode yang tidak cocok menyatukan masyarakat.
III. Agama Suatu penjelasan sosial mengenai agama di kembangkan dalam The Elementary Forms of The religious Life (1915), dimana ia mengutarakan bahwa perasaan terpesona dan takzim yang merupakan respon orang-orang terhadap "yang sakral" sebenarnya adalah ekspresi ketergantungan mutlak mereka terhadap masyarakat. Ia memandang agama sebagai fenomena sosial, dan mencari sebab-sebabnya dalam masyarakat sendiri tidak dalam pengalaman individu-individu. Durkheim menawarkan definisi agama sebagai berikut : Suatu agama adalah sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral, yaitu hal-hal yang dipisahkan dan dilarang kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yaitu berdasarkan nilai-nilai bersama,yang disebut umat. IV. Fungsionalisme Fungsionalisme dan Emile Durkheim, sebagai ahli waris tradisi pemikiran sosial Prancis, khususnya ajaran organisme yang dilancarkan oleh comte tidak mengherankan jika hasil – hasil karya awal Emile Durkheim terpengaruh terminologi organismik. Asumsi – asumsi dasar Durkheim mencerminkan pokok – pokok pikiran mereka yang sangat terpengaruh oleh aliran organisme. Asumsi dasar itu adalah : 1. Masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri yang dapat dibedakan dari bagian – bagiannya. Masyarakat juga tidak dapat dihabiskan kedalam bagian – bagiannya. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu keseluruhan. 2. Bagian – bagian suatu sistem dianggap memenuhi fungsi – fungsi pokok, maupun kebutuhan sistem secara keseluruhan. 3. Kebutuhan pokok suatu sistem sosial harus dipenuhi, untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal atau patologis. 4. Setiap sistem mempunyai pokok – pokok keserasian tertentu yang segala sesuatunya akan berfungsi secara normal. Durkheim mengakui analisa yang diperkenalkan mengandung pelbagai bahaya; namun dia memberikan beberapa alternatif untuk mengatasi beberapa kelemahan itu. Dia menyadari kelemahan analisa teleologis, yakni bahwa berbagai konsekuensi yang terjadi di masa mendatang suatu gejala dengan tujuan akhirnya, yaitu fungsinya
V. Anomali Anomie adalah bentuk kebingungan, ketidak amanan, "kehampaan norma". Apabila kondisi masyarakat sudah tidak mempunyai sistem pengaturan utama dan tidak berfungsi lagi dalam membentuk keteraturan dan hubungan harmonisnya, maka hal demikian membawa kepada kondisi "anomie". Secara subyektif individu mengalami keadaan tidak pasti, tidak aman, dimana keinginan dan ambisi pribadinya tidak mungkin dipenuhinya secara realistik, ada perasaan tidak punya arti yang merasa curiga bahwa hidup ini benar-benar tidak punya tujuan dan tidak punya arti. Ada tekanan budaya yang kuat pada individualisme. Fenomenanya dalam bentuk penyakit masyarakat: 1. Anomie pada pembagian kerja, seperti kasus krisis industri dimana terjadi permusuhan antara buruh dengan pengusaha, sehingga individu terisolasi. 2. Tingginya intensitas pembagian kerja, sehingga penempatan individu tidak berdasarkan kemampuannnya. 3. Bentuk patalogis lainnya yaitu fungsi tugas tidak dikerjakan secara penuh sistem.
Daftar Pustaka
- Jatmiko, Sigit Teori-Teori sosial Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005 - Narwoko, Dwi Sosiologi Teks Pengantar & Terapan Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007 - Bachtiar, Wardi Sosiologi Klasik Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006 - Soekanto, Soerjono Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2011 - Munandar, Muhammad Ilmu Sosial Dasar Bandung, PT Refika Aditama, 2006 |
EmileDurkheim_RizkyAnanda Jurnalis 1B_TugasKe2
EmileDurkheim_Moh.Firman.HadiJRN1B_ TugasKe2
DISUSUN OLEH:
Muhammad Firman Hadi (1112051100038)
TUGAS SOSIOLOGI KE-2
Dalam pembahasan kali ini saya akan menjelaskan beberapa teori yang telah saya dapatkan dari beberapa buku sosiologi menurut pandangan Emile Durkheim,diantaranya :
Fakta Sosial
Pembagian Kerja (division of labour)
Agama
Fungsionalisme
Anomali
I. FAKTA SOSIAL
Durkheim mengembangkan masalah pokok sosiologi penting dan kemudian diujinya melalui studi empiris. Dalam bukunya The Rule of Sociological Method (1895/1982) Durkheim menegaskan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang disebut fakta-fakta sosial. Dukheim mendeskripsikan fakta sosial sebagai kekuatan (forces) dan struktur yang bersifat eksternal serta memaksa individu. Ia juga menegaskan bahwa tugas sosiologi ialah mempelajari apa yang disebut sebagai fakta-fakta sosial. Dengan demikian durkhiem membaginya menjadi dua fakta sosial yaitu :
1. Material : yaitu suatu barang yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Contohnya arsitektur dan norma hidup.
2. Nonmaterial : sesuatu yang dianggap nyata atau eksternal, contohnya egoisme dan opini.
Durheim menyatakan bahwa fakta sosial tidak selelu berbrntuk sebagai sesuatu yang nyata. Melainkan Sebagian suatu yang dianggap sebagai barang. Beberapa fakta sosial yang dijelaskan Durheim seperti arsitektur dan norma hukum merupakan suatu barang yang berbentuk material. Sedangkan fakta sosial yang lain seperti opini hanya dapan dinyatakan sebagai suatu barang, tidak dapat diraba. Fakta sosial yang berbentuk material mudah dipahami. Norma hukum jelas merupakan suatu barang yang nyata dan berpengaruh terhadap kehidupan individu. Lalu Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan oleh fakta sosial non material, khusunya oleh kuatnya ikatanan moralitas bersama.
II. Pembagian Kerja (Division of Labour)
Pemikiran Durkheim dalam The Division of Labour in Society sebenarnya pembelaan atas modernitas. Merupakan menyanggah pandangan bahwa industrialisasi dapat mengakibatkan hancurnya tatanan sosial. Durkheim berpendapat bahwa surutnya otoritas keyakinan-keyakinan moral tradisional bukanlah indikasi adanya disentegrasi sosial melainkan perubahan sosial , pergeseran nilai historis dari suatu bentuk tatanan sosial yang didasarkan pada keyakinan bersama dan control yang ketat atau solidaritas mekanis menuju tatanan yang berdasarkan ketergantungan antar-individu yang relative otonom (solidaritas organis).
Dengan kata lain pembagian kerja bukan metode yang memadai yang dapat membantu menyatukan masyarakat. kecenderungan sosiologi konservatif Durkheim terlihat ketika ia menganggap revolusi tak diperlukan untuk menyelesaikan masalah.menurutnya,berbagai reformasi dapat memperbaiki dan menjaga sistem sosial modern agar tetap berfungsi.meski ia mengakui bahwa tak mungkin kembali kemasa lalu dimana kesadaran kolektif masih menonjol,namun ia menganggap bahwa dalam masyarakat modern moralitas bersama dapat diperkuat dan karena itu manusia akan dapat menanggulangi penyakit social yang mereka alami dengan cara yang lebih baik.
III. AGAMA
Dalam bukunya yang berjudul 'Les Formes Elementaires De La Vie Religion' ( bentuk-bentuk awal kehidupan agama), yang diterbitkan dalam bahasa perancis pada tahun 1912. ia memusatkan perhatian pada bentuk terakhir fakta social nonmaterial yaitu agama.dalam karya ini Durkheim membahas masyarakat primitive untuk menemukan akar agama. Durkheim melihah bahwa semua agama membedakan antara hal-hal yang dianggap sakral dan yang dianggap profan.
Durkhein membuat definisi agama sebagai berikut, suatu agama adalah sebuah sistem kepercayaan atau tingkah laku yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap sakral, yaitu hal-hal yang dipisahkan seperti kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yaitu berdasarkan nilai-nilai bersama yang disebut umat. Dengan kata lain, masyarakat yang tidak ingin terpecah harus memerlukan agama untuk mempersatukan masyarakat tersebut. Walaupun Durkheim sendiri seorang atheis, dalam semua karyanya ia berulang kali menekankan sumbangan positif agama terhadap persatuan masyarakat.
Dalam karangannya itu Durkheim menyimpulkan bahwa "Agama sesungguhnya adalah masalah social."dan ia juga meyakini bahwa "agama adalah hal primitive dari segala fenomena sosial.semua manifestasi lain dalam aktivitas kolektif berasal dari agama dan melalui berbagai transformasi secara berturut-turut antara lain menyangkut hukum,moral,seni,bentuk politik dsb."
IV. FUNGSIONALISME
Durkheim membedakan antara sebab dengan fungsi, namun ancaman dan kebutuhan akan adanya tertib social merupakan penyebab terjadinya pembagian kerja. Penalaran demikian dapat dianggap sebagai teori yang tidak tepat, sebab akibat pembagian kerja dapat memecah masyarakat kedalam kelompok-kelompok yang hanya mementingkan kelompoknya sendiri. walaupun demikian Durkheim mengingatkan tentang analisa teleologis yang kadang-kadang tidak benar,dia sendiri terkadang terjerumus kedalamnya. kemungkinan besar penyebabnya adalah pembentukan asumsi-asumsi organismik kedalam analisa sosiologis. Durkheim memberikan tekanan pada keseluruhan sistem sosial,namun dengan memasukkan asumsi-asumsi organismik seperti fungsi,kebutuhan,keadaan normal,patologi dan sebagainya, dia memasukkan konsep tersebut kedalam teori sosiologi selama hampir beberapa abad lamanya.namun perlu diakui bahwa analisanya terhadap topik substantif,menyebabkan anlisa secara fungsional menjadi
suatu cara yang sangat disukai para sosiolog selama beberapa generasi.
V. ANOMALI
Untuk mengatasi krisis moral ini Durkheim sendiri yakin bahwa orang harus membentuk kelompok-kelompok professional baru, korporasi baru yang mempertautkan seluruh pekerjaan yang berkolaborasi dalam sektor kehidupan ekonomi. jika anomie itu sebuah kejahatan, itu semata-mata karena masyarakat memang menderit. Mereka tidak dapat hidup tanpa kohesi dan keteraturan. Agar anomie bias diakhiri, maka harus ada atau harus dibentuk satu kelompok yang bisa berbentuk sistem peraturan yang faktanya memang masih kurang memadai. Masyarakat polotik secara keseluruhan atau pun Negara sebenarnya tidak bisa dibangun dari fungsi ini, kehidupan ekonomi, karena bersifat sangat khusus dan setiap hari mengalami spesialisasi, mulai terlepas dari kompetensi dan tindakannya. Aktivitas sebuah profesi hanya bisa diatur secara efektif oleh sebuah kelompok yang cukup dekat dengan profesi itu, baik untuk mengenali fungsinya, untuk merasakan segala kebutuhan dan kemampuan untuk
mengikuti variasinya".
Sumber Refrensi :
George Ritcher dan Douglas J.Goodman. edisi 6. "Teori Sosiologi Modern".
Soekanto,Soerjono. "Mengenal tujuh tokoh Sosiologi".
Philippe Cabin dan Jean. "Sosial,Sejarah dan berbagai pemikirannya".
EmileDurkheim_DwindaNurOceaniJurnalistik1B_TugasKe2
EMILE DURKHEIM (1858-1917)
Oleh : Dwinda Nur Oceani
A. FAKTA SOSIAL
Fakta sosial yaitu sebagai fenomena yang harus dikaji secara empiris tidak secara filsafati. Argumen Durkheim mengenai subjek yang dikonstruksikan secara sosial dirumuskan paling jelas dalam The Rules of Sociological Method, di mana ia menandaskan pernyataannya tetang sosiologi sebagai bidang penelitian yang absah dan yang objek studinya berupa "fakta – fakta sosial" . "Fakta – fakta sosial," menurutnya, "berada di luar individu" dan "ditopang oleh kekuatan koersif".
Dalam The Rules of Sociological Method ia membedakan antara dua tipe fakta sosial : material dan non materail. Perhatian utamanya lebih tertuju pada fakta sosial non material ( kultur,institusi sosial) ketimbang pada fakta sosial material(birokrasi,hukum).
Dalam membahas pengamatan terhadap fakta sosial, Durkheim menyatakan bahwa:
"In order to follow a methodical course, we must establish the foundations of science on solid ground and not on shifting sand. we must approach the social realm where it offers the easiest access to scientific investigation. only subsequently will it be possible to push research further and, by successive approximations, to encompass, little by little, this fleeting reality, which the human mind will never, perhaps, be able to grasp completely" .
B. PEMBAGIAN KERJA
Di sepanjang karya – karyanya, Durkheim mempertahankan suatu pandangan sosial radikal tentang perilaku manusia sebagai sesuatu yang dibentuk oleh kultur dan struktur sosial. Dalam The Division of Labor in Society,ia mengemukakan bukti – bukti sejarah untuk menunjukan bahwa individualisme, yang oleh para pemikir sosial konservatif dianggap bertanggungjawab atas runtuhnya tatanan sosial, sebenernya adalah produk sosial juga, yang hanya terdapat pada masyarakat – masyarakat yang kompleks dan berdasarkan pada pembagian kerja.
C. AGAMA
Emile Durkheim (Perancis, 1858 – 1917)
Suatu penjelasan sosial mengenai agama dikembangkan dalam The Elementary Forms of the Religious Life (1915) dimana ia mengutarakan bahwa perasaan terpesona dan takzim yang merupakan respons orang – orang terhadap "yang sakral" sebenarnya adalah ekspresi ketergantungan mutlak mereka terhadap masyarakat.
Durkheim menawarkan definisi agama sebagai berikut: "Suatu agama adalah sebuah sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan hal – hal yang dianggap sakral, yaitu hal – hal yang dipisahkan dan dilarang – kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yaiyu berdasarkan nilai – nilai bersama, yang disebut umat" . walaupun Durkheim sendiri seorang Atheis, dalam semua karyanya ia berulangkali menekankan sumbangan positif agama terhadap kesehatan masyarakat.
Durkheim juga mencerna perbedaan tajam antara religi dan magi. Religi adalah kolektif sedangkan magi adalah individual (tidak ada umat magi).
D. FUNGSIONALISME
Fungsionalisme dan Emile Durkheim, sebagai ahli waris tradisi pemikiran sosial Prancis, khususnya ajaran organisme yang dilancarkan oleh comte tidak mengherankan jika hasil – hasil karya awal Emile Durkheim terpengaruh terminologi organismik. Asumsi – asumsi dasar Durkheim mencerminkan pokok – pokok pikiran mereka yang sangat terpengaruh oleh aliran organisme. Asumsi dasar itu adalah :
1. Masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri yang dapat dibedakan dari bagian – bagiannya. Masyarakat juga tidak dapat dihabiskan kedalam bagian – bagiannya. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu keseluruhan.
2. Bagian – bagian suatu sistem dianggap memenuhi fungsi – fungsi pokok, maupun kebutuhan sistem secara keseluruhan.
3. Kebutuhan pokok suatu sistem sosial harus dipenuhi, untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal atau patologis.
4. Setiap sistem mempunyai pokok – pokok keserasian tertentu yang segala sesuatunya akan berfungsi secara normal.
Durkheim mengakui analisa yang diperkenalkan mengandung pelbagai bahaya; namun dia memberikan beberapa alternatif untuk mengatasi beberapa kelemahan itu. Dia menyadari kelemahan analisa teleologis, yakni bahwa berbagai konsekuensi yang terjadi di masa mendatang suatu gejala dengan tujuan akhirnya, yaitu fungsinya.
E. ANOMI
Anomie adalah bentuk kebingungan, ketidak-amanan, "kehampaan norma" . (Konsep "Anomi") Apabila kondisi masyarakat sudah tidak mempunyai sistem pengaturan utama dan tidak berfungsi lagi dalam membentuk keteraturan dan hubungan harmonisnya, maka hal demikian membawa kepada kondisi "anomi" . secara subyektif individu mengalami keadaan tidak pasti, tidak aman, dimana keinginan dan ambisi pribadinya tidak mungkin untuk dipenuhinya secara realistik, ada perasaan tidak punya arti yang merasa curiga bahwa hidup ini benar – benar tidak punya tujuan dan tidak punya arti. Ada tekanan budaya yang kuat pada individualisme. Fenomenanya dalam bentuk penyakit masyarakat:
1. Anomi pada pembagian kerja, seperti kasus krisis industri dimana terjadi permusuhan antara buruh dengan pengusaha, sehingga individu terisolasi.
2. Tingginya intensitas pembagian kerja, sehingga penempatan individu tidak berdasarkan kemampuannya.
3. Bentuk patologis lainnya yaitu fungsi tugas tidak dikerjakan secara penuh pada sistem.
Referensi
1. 1. Soekanto, soerjono. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT: Rajagrafindo Persada.
2. 2. Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2005. Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
3. 3. Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
4. 4. Beilharz, Peter. 2005. Teori-Teori Sosial Obsevasi Kritis terhadap Para Filosof Terkemuka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
5. 5. Munandar, Muhammad dan Soelaeman. 2006. Ilmu Sosial Dasar Teori & Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Tugas ke 3/ Mely Ismi Ardikusuma W- KPI 1D
Sholahul Imani El Azmi 1112051000103_KPI 1D_Tugas ke III
3. Modal Produksi
Teori Marx menyatakan bahwa suatu masyarakat cenderung mengadopsi sistem relasi-relasi sosial terbaik yang memfasilitasi pekerjaan dan perkembangan kekuatan-kekuatan produktifnya. Oleh karena itu, relasi-relasi produksi bergantung pada wilayah kekuatan-kekuatan material produksi. Kekuatan tersebut adalah alat-alat aktual, mesin-mesin, pabrik-pabrik, dan seterusnya. Dalam Ideologi Jerman (1844-6), Marx dan Engels mengajukan ada empat bentuk moda produksi pokok dalam perjalanan sejarah manusia, yaitu moda kesukuan yang terkait dengan bentuk-bentuk produksi primitif seperti berburu-meramu dan pertanian sederhana, sistem kepemilikan budak Yunani-Romawi Kuno, moda produksi feodal yang merujuk pada tatanan sosial-ekonomi di Perancis dan Inggris sebelum Revolusi Perancis, dan moda produksi kapitalis.