Selasa, 25 September 2012

EmileDurkheim_AzmyAzisJNRL1B_TugasKe2

Emile Durkheim

Oleh : Azmy Azis

Jurnalistik IB

 

I.                  Fakta Sosial

Argumen Durkheim mengenai subjek yang di konstruksi secara sosial dirumuskan paling jelas dalam The rules of Sociological Methode, dimana ia menandaskan pernyataanya tentang sosiologi sebagai bidang penalitian yang absah dan yang objek studinya berupa "fakta-fakta sosial" yang tak dapat dijelaskan dalam kerangka psikologi individual. "Fakta-fakta Sosial", menurutnya "berada diluar individu" dan "ditopang oleh kekuatan koersif".  Fakta sosial bersifat external, koersif, aktor solidaritas sebagai fakta , meskipun bersifat nonmaterial. Teori perkembangan masyarakat adalah cenderung model unilinier dengan tipe ideal solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial.

 

II.               Pembagian Kerja (Division of Labor)

Tesis Durkheim dalam The Division of Labor in Society sebenarnya merupakan pembelaan atas moderenitas. Sembari menyanggah pandangan bahwa industrialisasi niscaya mengakibatkan ambruknya tatan sosial. Namun karena kompleksitasnya masyarakat modern, terjadi kemunduran kekuatan kesadaran kolektif. Pengikat utama dalam masyarakat modern adalah pembagian kerja yang rumit, yang mengikat orang satu sama lain dalam hubungan ketergantungan. Namun Durkheim merasa bahwa pembagian kerja modern membawa serta sejumlah "patologi" dengan kata lain pembagian kerja adalah metode yang tidak cocok menyatukan masyarakat.

 

III.            Agama

Suatu penjelasan sosial mengenai agama di kembangkan dalam The Elementary Forms of The religious Life (1915), dimana ia mengutarakan bahwa perasaan terpesona dan takzim yang merupakan respon orang-orang terhadap "yang sakral" sebenarnya adalah ekspresi ketergantungan mutlak mereka terhadap masyarakat. Ia memandang agama sebagai fenomena sosial, dan mencari sebab-sebabnya dalam masyarakat sendiri tidak dalam pengalaman individu-individu. Durkheim menawarkan definisi agama sebagai berikut : Suatu agama adalah sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral, yaitu hal-hal yang dipisahkan dan dilarang kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yaitu berdasarkan nilai-nilai bersama,yang disebut umat.

IV.            Fungsionalisme

Fungsionalisme dan Emile Durkheim, sebagai ahli waris tradisi pemikiran sosial Prancis, khususnya ajaran organisme yang dilancarkan oleh comte tidak mengherankan jika hasil – hasil karya awal Emile Durkheim terpengaruh terminologi organismik. Asumsi – asumsi dasar Durkheim mencerminkan pokok – pokok pikiran mereka yang sangat terpengaruh oleh aliran organisme. Asumsi dasar itu adalah :

1.      Masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri yang dapat dibedakan dari bagian – bagiannya. Masyarakat juga tidak dapat dihabiskan kedalam bagian – bagiannya. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu keseluruhan.

2.      Bagian – bagian suatu sistem dianggap memenuhi fungsi – fungsi pokok, maupun kebutuhan sistem secara keseluruhan.

3.      Kebutuhan  pokok suatu sistem sosial harus dipenuhi, untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal atau patologis.

4.      Setiap sistem mempunyai pokok – pokok keserasian tertentu yang segala sesuatunya akan berfungsi secara normal.

Durkheim mengakui analisa yang diperkenalkan mengandung pelbagai bahaya; namun dia memberikan beberapa alternatif untuk mengatasi beberapa kelemahan itu. Dia menyadari kelemahan analisa teleologis, yakni bahwa berbagai konsekuensi yang terjadi di masa mendatang suatu gejala dengan tujuan akhirnya, yaitu fungsinya

 

V.               Anomali

Anomie adalah bentuk kebingungan, ketidak amanan, "kehampaan norma".

Apabila kondisi masyarakat sudah tidak mempunyai sistem pengaturan utama dan tidak berfungsi lagi dalam membentuk keteraturan dan hubungan harmonisnya, maka hal demikian membawa kepada kondisi "anomie". Secara subyektif individu mengalami keadaan tidak pasti, tidak aman, dimana keinginan dan ambisi pribadinya tidak mungkin dipenuhinya secara realistik, ada perasaan tidak punya arti  yang merasa curiga bahwa hidup ini benar-benar tidak punya tujuan dan tidak punya arti. Ada tekanan budaya yang kuat pada individualisme. Fenomenanya dalam bentuk penyakit masyarakat:

1.      Anomie pada pembagian kerja, seperti kasus krisis industri dimana terjadi permusuhan antara buruh dengan pengusaha, sehingga individu terisolasi.

2.      Tingginya intensitas pembagian kerja, sehingga penempatan individu tidak berdasarkan kemampuannnya.

3.      Bentuk patalogis lainnya yaitu fungsi tugas tidak dikerjakan secara penuh sistem.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

- Jatmiko, Sigit Teori-Teori sosial Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005

- Narwoko, Dwi Sosiologi Teks Pengantar & Terapan Jakarta, Kencana Prenada Media Group,                             2007

- Bachtiar, Wardi Sosiologi Klasik Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006

- Soekanto, Soerjono Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2011

- Munandar, Muhammad Ilmu Sosial Dasar Bandung, PT Refika Aditama, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini