Selasa, 25 September 2012

(tugas 1_ilmu kependudukan_bab 1 dan bab 2_Vivih Rahmawati_PMI 5)

Tugas ke-1

Vivih Rahmawati (PMI5)

 

BAB I

Ilmu Kependudukan dan Demografi

 

Pengertia Demografi menurut Bogue adalah ilmu statistik dan matematika yang mempelajari ukuran, komposisi dan persebaran penduduk serta perubahannya pada suatu kurun waktu melalui proses fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi serta perubahan penduduk.

Pemisahan antara studi kependudukan dan analisa demografi telah dilakukan oleh Hauser yang menyatakan, bahwa:

-          Analisa demografi adalah analisa statistik terhadap jumlah, distribusi, komposisi penduduk, serta komponen variasinya dan perubahan.

-          Studi kependudukan mempersoalkan hubungan antara variabel demografi dan variabel dari sistem lain.

Demografi formal hanya mempersoalkan hubungan antar variabel demografi, baik yang diperlakukan sebagai variabel independen maupun dependen. Ilmu kependudukan melihat variabel non-demografi sebagai variabel independen, dan variabl demografi sebagai variabel dependen, atau sebaliknya. Variabel-variabel demografi yang pokok adalah kelahiran, kematian, dan migrasi yang dikenal sebagai komponen atau determinan pertumbuhan penduduk.

Studi kependudukan dapat dilihat sebagai mencakup sebagai penelitian maksro demografi dan mikro demografi. Penelitian makro terdiri dari penelitian unit berskala besar, agregat orang dengan keseluruhan sistem, kebudayaan dan masyarakat. Sasaran ruang lingkup daerah penelitian makro demografi adalah benua, bangsa. Sedangkan penelitian mikro demografi yaitu penelitian unit skala kecil yang bersifat internal,dan memustkan diri atas idividu, kesatuan keluarga autonomous, kelompok kecil dan lingkugan ketetanggaan. Berlangsung pada tingkat luas wilayah yang relatf kecil seperti di suatu desa di indonesia.

·         Robert Thomas Malthus dan Teori-teori Alamiah

Robert Thomas Malthus (1766-1834) terkenal sebagai pelopor ilmu kependudukan (Population Studies). Sebagai bagian dari rentetan perkembangan demografi yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17. Inti pmikiran dan pendapat Malthus kemudian dikenal dengan teori kependudukan Malthus. Malthus memulai dengan merumuskan dua postulat, yaitu:

-          Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia, dan

-          Bahwa kebutuhan nafsu seksuil antar jenis kelamin akan tetap sifatya sepanjang masa.

Kemudian Malthus menyatakan bahwa jika tidak ada pengekangan, kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten (pangan). Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur sedangkan perkembangan subsisten (pangan) mengikuti deret hitung dengan interval waktu 25 tahun.

Menurut Malthus pengekangan perkembangan penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekangan hakiki. Pengekangan hakiki adalah pangan, sedangkan pengekangan segera dapat berbentuk pengekangan prepentif yaitu faktor-faktor yang bekerja mengurangi angka kelahiran, pengekangan ini dianjurkan untuk pengendalian diri dalam hal nafsu seksuil antar jenis seperti penundaan perkawinan. Kedua, pengekangan positif merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian dapat berupa epidemi, penyakit dan kemiskinan.

Kritik terhadap teori kependudukan Malthus, yaitu:

-          Malthus terlalu menekanka keterbatasan persediaan tanah meskipun dia adalah salah seorang penganjur indutrialisasi dan penggunaan tanah secara lebih efisien.

-          Dia kurang memperhitungkan bahwa penemuan baru, teknologi unggul dan industrilisasi dapat memberikan efek yang cuckup bererti pada peningkatan tingkat hidup.

-          Bahwa pengontrolan kelahiran tidak bermoral dan tidak pernah meramalkan penggunaan alat-alat kontrasespsi secara meluas.

-          Dengan majunya sistem transportasi dan berlangsungnya perdagangan internasional membuka pasaran baru bagi barang-barang hasil pabrik, sumber bahan mentah tambahan, dan mempermudah emigrasi.

Perkembangan penduduk yang begitu cepat dapat menjadi faktor penghambat bagi perbaikan tingkat hidup yang rendah. Dalam hal ini teoi kpendudukan Malthus sebagai sesuatu yang berharga. Munculnya teori-teori kepndudukan hukum alamiah (natural theories) dan teori-teoi kependudukan sosial (social theories) merupakan bagian dari usaha pencarian hukum kependudukan.

Michael Thomas Sadler menyatakan ada suatu hubungan terbalik antara jumlah penduduk di suatu wilayah dan daya reproduksi mereka. Meningkatnya jumlah penduduk akan mengakibatkan menuunnya daya reproduksi penduduk yang bersangkutan. Herbert Spencer menyatakan bahwa semakin maju manusia mengembangkan dirinya semakin banyak energi dipakai untuk meraih kemajuan yang berakibat berkurangnya energi untuk bereproduksi. Jadi, intinya bahwa penurunan pertumbuhan penduduk terjadi sebagai sebagai dari akibat perubahan fekunditas.

·         Teori Transisi Demografi dan Aliran-aliran Pemikiran

Teori transisi demografi teori kependudukan yang dominan meskipun bukan dengan tanpa kritikan. Teori merupakan salah satu diantara teori kepndudukan yang tergolong social theories. Teori transisi demografi menyatakan setiap masyarakat memulai dengan fase angka kelahiran-kematian tinggi, kemudian disusul oleh fase menurunnya angka kematian sementara angka kelahiran masih tetap tinggi dan fase menurunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan hingga berada pada angka kelahiran dan kematian rendah.

Turunnya angka kelahiran secara perlahan dimulai ketika masyarakat bersangkutan mengalami industrialisasi yang cukup mendalam. Akhirnya ketika telah menjadi masyarakat industri atau masyarakat modern barulah dicapai fase angka kelahira kematian rendah. Kritik terhadap teori demografi karena terdapat kenyataan turunnya angka-angka kematian diberbagai negara berkembang lebih cepat daripada negara industri masalampau, fertilitas di negara pramodern Eropa lebh rendah daripada di negara berkembang dewasa ini, dan ada bukti-bukti turunnya kelahiran dapat saja terjadi dalam masyarakat yang sebenarnya yang belum mengalami indutrialisasi scara mendalam. Bahkan di perancis telah mengalami turunnya angka kelahiran.

Caldwell dalam tulisannya Toward A Restatement of Demographic Transition Theory mengmukakan ada dua tipe rezim fertilitas. Pertama, tipe rezim dimana individu tidak memperoleh keuntungan ekonomis dengan membatasi fertilitas. Kedua, tipe rezim yang sering  atau kemungkinan esar memberikan memberikan keuntungan ekonomi bagi individu yang membatasi fertilitas. Perubahan dari tipe rezim fertilitas pertama yang dicirikan oleh economically unrestricted fertility pada dasarnya lebih merupakan produk sosial.

Patut disebut alira pemikiran yang dipelopori Marx yang lebih merupakan doktin sosial mengenai kependudukan. Adanya surplus penduduk dan kemiskinan semata-mata merupakan akibat logis dari sistem kapitalisme.

 

 

BAB 2

Beberapa Ukuran Dasar Teknik Analisa Kependudukan

Angka Mutlak dan Relatif

Dalam beberapa tujuan tertentu angka mutlak sangat penting, dan berguna secara langsung. Namun, bagi tujuan-tujuan perbandingan, penggunaan angka-angka mutlak sering tidak memadai dan sering tidak memberi arti. Jumlah kelahiran yang berbeda dari dua daerah atau negara dengan jumlah penduduk yang berbeda tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai perbandingan keadaan kelahiran antar kedua daerah atau negara yang bersangkutan.

Jumlah penduduk di jawa lebih banyak daripada jumlah penduduk di sumatera. Hal ini biasanya jumlah peristiwa demografi dihubungkan dengan jumlah penduduk atau bagian penduduk yang menjadi sumber dari peristiwa-peristiwa tersebut, yang menghasilkan angka atau ukuran relatif. Ada beragam ukuran seperti rasio, presentase, dan reit. Dengan menggunakan angka atau ukran rlatif dapat membantu dalam membandingkan keadaan berbagai peristiwa deografi dari penduduk yang jumlah penduduknya sangat berbeda.

Rasio dan Reit

Angka-angka mutlak tersedia dari daftar statistik yang dipelihara atau dipublikasikan oleh berbagai instansi yang memuat jumalh orang atau peristiwa demografi. Rasio merupakan besaran hasil perbandingan antara dua angka. Rasio adalah ukuran relatif sehingga tidak merupakan indikator besarnya angka yang diperbandingkan. Tujuan dari penyajian rasio adalah untuk menjawab pertanyaan.

Dalam berbagai studi terhadap berbagai peristiwa deografi pengukuran dengan menggunakan rasio yang tanpa memasukkan unsur waktu dipandang kurang memuaskan. Karena jumlah peristiwa demografi seperti kelahiran, kematian, migrasi bergantung pada interval waktu.rasio yang dihitung dengan dasar interval waktu tertentu, biasanya dengan interval setahun yang disebut Reit.

Distribusi Frekuensi

Dalam ilmu kependudukan distribusi frekuensi merupakan alat untuk menggambarkan profil penduduk menurut karakteristik tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan, agama, dan kewarganegaraan. Frekuensi dapat berbetuk angka-angka mutlak atau proporsi dan perentase (angka-angka relatif). Proporsi adalah suau rasio yang menunjukkan bagian relatif ari angka total, dan dapat dinyataan dengan rumus-rumus. Angka-angka presentasi merupakan rasio khusus yang dihitung dengan dasar bilangan 100.

Teknik Pro-rating

Dalam tabel hasil sensus penduduk mengenai jumlah penduduk menurut golongan umur kadang-kadang dijumpai suatu kategori yang tak terjawa. Jika jumlah penduduk yang tergolong kategori ini relatif sedikit dibandingkan dengan jmlah penduduk secara keseluruhan, penerapan teknik pro-rating dipandang memadai. Melakukan pro-rating terhadap penduduk kategori itu berarti mendistribusikan mereka ke dalam strukur umum penduduk yang ada dari penduduk yang bersangkutan.

Pro-rating biasanya dilakukan untuk masing-masing jenis kelamin. Selain terhadap bagian penduduk yang tak terjawab seperti pada tabel, pro-rating dapat pula dilakukan penduduk total perkiraan tahun-tahun di depan (biasanya untuk jangka waktu yang singkat) dengan menggunakan struktur penduduk seblumnya.

Teknik Perhitungan Umur Median

Dipakai sebagai salah satu petunjuk untuk melihat struktur umur penduduk suatu negara atau wilayah tertentu dalam suatu negara. Struktur umur penduduk muda akan memperlihatkan umur median rendah, begitu juga sebaliknya. Umur median adalah umur yang berada pada titik tengah yang membagi penduduk suatu wilayah dalam jumlah yang sama. Meskipun ampai taraf tertentu. Untuk menghitung umur median dengan sendirinya perlu tersedia data penduduk menurut umur.

Cara-cara Pengukuran Perkembangan Penduduk

Jika suatu daerah mempunyai suatu sistem pencatatan penduduk berjalan dengan baik, jumlah penduduk pada akhir suatu periode waktu dari daerah yang bersangkutan dapat diperkirakan dengan mnggunakan persamaan. Persamaan ini dikenal dengan dengan persamaan penduduk berimbang. Karena jumlah kelahiran, kematian, migrasi/imigran, migrasi keluar/emigran dapat diketahui, dan juga jumlah penduduk untuk etiap saat dapat diketahui.

Jika angka-angka jumlah kematian dan kelahiran tak tersedia, dan yang tersedia hanya angka jumlah penduduk pada waktu tertentu seperti pada waktu sensus, perkembangan penduduk dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus geometrik dan eksponensial. Walaupun ecara teoritis perkembangan penduduk berlansung secara eksponensial, terjadi setap saat, setiap detik, pada prakteknya reit perkembangan penduduk per tahun yang diperoleh dengan persamaan geometrik tak banyak berbeda dengan reit perkembangan penduduk per-tahun menggunakan persamaan eksponensial.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini