Minggu, 04 Mei 2014

indah choirunnissa_tugas5_perbaikan tor penelitian

PERBAIKAN LAPORAN PENELITIAN SOSIOLOGI

"URBANISASI MASYARAKAT PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI TEGAL ALUR    BESERTA PERMASALAHAN KUALITAS HIDUPNYA"

 

 

 

 

 

 


 

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

 Urbanisasi adalah masalah penyebaran penduduk yang tidak merata antara wilayah desa dengan wilayah kota yang dapat menimbulkan beragam permasalahan dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Urbanisasi merupakan salah satu proses yang tercepat diantara berbagai perubahan sosial diseluruh dunia. Masyarakat yang melakukan urbanisasi memiliki beberapa alasan dilihat dari faktor pendorong dan penarik. Faktor – faktor tersebut bisa mengarahkan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang layak , tetapi hal tersebut hanya bisa terlaksana bila para urban memiliki skill yang dibutuhkan didaerah tujuan tersebut.

Berdasarkan keterangan diatas,maka penelitian ini dengan tema " urbanisasi masyarakat perdesaan dan perkotaan di Tegal Alur  beserta permasalahan kualitas hidupnya.

          

II.  LANDASAN TEORI

Dalam penelitian ini menggunakan teori Emile Durkheim.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

 

III.  PERTANYAAN PENELITIAN

1.      Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya urbanisasi di desa Tegal Alur?

2.      Bagaimanakah cara mengatasi masalah urbanisasi yang ada di desa Tegal Alur?

 

IV . METODE

       Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomenal sosial dan masalah manusia. Pada penekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata- kata ,laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasai yang alami. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata – kata tertulis maupun lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam peenlitain kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu , peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya,menganalisis ,dan mengkonstrusi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas,untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahamin interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

 

Ø  AREA RISET

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Tegal Alur Kalideres.

Objek : masyarakat urban yang ada di Tegal Alur

Narasumber : Tokoh Masyarakat

Waktu penelitian :  17 s/d 26 April 2014

Ø  HASIL PENELITIAN

Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang disignifasikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum ,aparat penegak hukum,perumahan,penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.      Kecenderungan yang terjadi dalam perkembangan kota – kota di Negara – Negara dunia ketiga,   termasuk Indonesia,adalah adanya pertumbuhan penduduk yang begitu pesat,yang sering kali tidak lagi dapat diantisipasikan oleh daya dukung kota secara layak,terutama dalam hal penyediaan fasilitas – fasilitas kehidupan bagi warganya. Pesatnya pertumbuhan penduduk kota tersebut di samping terjadi karena pertumbuhan yang bersifat alami, terutama juga disebabkan oleh arus urbanisasi. Meningkatnya arus urbanisasi tersebut nampaknya sering banyaknya pusat – pusat perekonomian yang diangun di daerah perkotaan ,terutama dalam bidang industrialisasi. Peningkatan pertumbuhan perkotaan akan menimbulan berbagai permasalahan serta membawa konsekuensi dalam segala aspek kehidupan diperkotaan. Banyak kota besar yang dalam kenyataannya tidak mampu lagi menyediakan pelayanan sanitasi, kesehatan,perumahan ,transportasi,dan lapangan kerja lebih dari yang minimal kepada sebagian penduduknya.

Di Indonesia ,termasuk kota Jakarta ,gejala urbanisasi mulai tampak menonjol sejak tahin 11970-an ,disaat pembangunan sedang digalakkan, terutama di kota – kota besar. Beberapa faktor disinyalir menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi,diantaranya:

1.      Perbedaan pertumbuhan dan ketidak merataan fasilitas antara desa dengan kota dalam berbagai aspek kehidupan (saefullah,1994;35);

2.      Semakin meluas dan membaiknya sarana dan prasarana transportasi.

3.      Pertumbuhan industri di kota – kota besar yang banyak membuka peluang kerja,

4.      Pembangunan pertanian, khusunya melalui paket program revolusi hijau (Hugo,1975),tetapi pada umumnya faktor ekonomi dianggap sebagai faktor utama menjadi pendorong arus urbanisasi.

Berkitan dengan faktor pembangunan pertanian diatas ,bebrapa ahli melihat bahwa selama ini usaha pembangunan perdesaan yang diharapkan mampu membendung arus urbanisasi umumnya tidak terlalu berhasil dalam banyak hal,bahkan justru memacu arus urbanisasi menjadi semakin besar. Hal ini disebabkan pembangunan pertanian dengan teknologi yang lebih modern justru telah meningkatkan jumlah buruh petani yang tidak bertahan, sehingga mendorong terjadinya populasi sosial,Collier (1974;12-30) berdalih revolusi hijau hanya berlahan luas dalam menerima teknologi. Sehingga mereka sebagai kelas komersial menga – baikan loyalitasnya kepada petani miskin. Lambat laun masyarakat desa menjadi semakin terpolalisasi (Amaludin,1987;30).

Akibat yang muncul kemudian dengan terjadinya polarisasi tersebut adalah banyak masyarakat pedesaan,baik dengan sukarela maupun terpaksa, keluar dari desa tempat kelahirannya dan pergi mengadu nasib mencari pekerjaan dikota karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di desa.

Beberapa peneliti seperti Mantra (1980) dan McGee (1982) menyatakan mobilitas penduduk merupakan salah satu strategi yang penting bagi rumah tangga pedesaan untuk mendapatkan dan menaikan penghasilan mereka.

Urbanisasi sebagai gejala sosial ,ekonomi,dan budaya ternyata menyajikan cerita yang menarik tidak saja menyangkut kotadesa asal migran.  dimana para migran berdatangan,namun juga menyangkut desa asal migran,hal ini disebabkan oleh sikap kaum migran yang secara kultural masih tetap sebagai seorang desa , walaupun mereka telah puluhan tahun hidup dikota,pada umumnya masih mengadakan hubungan,bahkan mengirimkan sebagian penghasilannya ke desa ,namun disimak lebih dalam,keadaan urbanisasi ternyata tidak selalu membawa akibat yang menguntungkan bagi warga pedesaan. Hanya sementara waktu ,tidak hanya ditunjukkan dalam hal kualitas tersebut,melainkan mereka juga membangun ekonomi desanya.

Penelitian atua studi urbanisasi telah banyak dilakukan,yang umumnya lebih menyoroti pola adaptasi yang dilakukan para pendatang setibanya mereka di perkotaan dan juga besarnya arus urbanisasi sebagai akibat kesenjangan kondisi sosial ekonomi yang cukup menonjol  antara aderah pedesaan dan perkotaan pada gilirannya mendorong penduduk pedesaan untuk mencari alternatif lain guna meningkatkan penghasilan atau menikmati fasilitas yang ada di daerah perkotaan.

 

Ø  Faktor yang menyebabkan terjadinya Urban .

 

Dari hasil penelitian ternyata penyebab atau faktor terjadinya urban adalah karena masalah ekonomi , sosial , dan budaya, dan dibeberapa Negara berkembang termasuk Jakarta diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi, dimana adanya ketersediaan lapangan kerja yang masih luas. Saat ini , lapangan kerja itu sudah semakin sempit bahkan bisa dibilang sudah tidak ada sehingga menyebabkan banyak orang terjebak level kemiskinan.

Faktor penyebab urbanisasi

a.       Faktor penarik (pull factor)

Kota memiliki daya tarik tersendiri bagi desa untuk berubanisasi ,diantaranya;

1.      Mudah untuk mendapatkan pekerjaan (lapangan pekerjaan banyak )

2.      Tingkat upah yang lebih tinggi.

3.      Kelengkapan fasilitas baik sekolah ,hiburn dan kesehatan.

4.      Kebebasan pribadi lebih terjamin.

5.      Pengaruh adat agak longgar.

6.      Anggapan yang bersifat budaya.

7.      Kehidupan kota yang modern dan mewah.

 

b.      Faktor pendorong (push factor).

1.      Lahan garapan semakin sempit.

2.      Lapangan kerja makin terbatas akibat iptek ( modemisasi ).

3.      Pendapatan lebih kecil.

4.      Kurangnya fasilitas baik sosial, pendidikan ,olah raga , rekreasi ,dll.

5.      Meningkatnya pengangguran.

6.      Tekanan adat istiadat.

7.      Alasan memasarkan produk.

Dampak positif bagi desa

1.      Meningkatnya kesejahteraan penduduk melalui kiriman uang dan hasil pekerjaan dikota.

2.      Mendorong pembangunan desa karena penduduk telah mengetahui kemajuan kota.

3.      Mengurangi jumlah pengangguran didesa.

 

Dampak negatif urbanisasi bagi kota

1.      Timbulnya banyak pengangguran.

2.      Munculnya tunawisma dan gubuk –gubuk liar ditengah- tengah kota.

3.      Meningkatnya kemacetan lalu lintas.

4.      Meningkatnya kejahatan ,dan bentuk masalah sosial lainnya.

 

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya urbanisasi di desa tersebut.

Ø  Solusi penanganan dan mengatasi urbanisasi.

Orientasi kebijakan pembangunan nasional harus mulai dirancang kembali. Selama ini tidak jelas kemana arah pembangunan nasional. Pembangunan nasional seringkali hanya berapa proyek _ proyek sporadis bersifat politis yang berkelanjutannya sering tidak jelas. Misalnya program Inpres Desa Tertinggal (IDT) pada masa pemerintahan soeharto sekarang tidak lagi dilaksanakan IDT adalah salah satu contoh tindakan untuk meningkatkan daya saing,desa terhdap kota. Jika daya desa bagus, yang ditandai peningkatan kualitas sarana dan prasarana pembangunan, maka godaan terhadap penduduk desa untuk migrasi ke kota bisa semakin ditekan.

 Dengan kata lain perlu dilakukan proses "pengkotaan " atau melengkapi desa dengan kota. Tetapi melengkapi desa dengan fasilitas kota harus dibatasi hanya pada hal – hal yang secara sosiologis bisa diterima masyarakat. Hal lain dengan pembatasan tertentu agar tidak merusak bangunan kultur setempat, serta tentu saja membnagun sentra pengembangan ekonomi setempat, misalnya sentra kerajinan , pertanian, dengan teknologi tepat guna, atau pengelolahan bahan mentah. Pembangunan sentra ekonomi di daerah harus pula dilimbangi dengan kebijakan perdagangan atau perlindungan harga bagi hasil produksi desa.

Langkah _ langkah yang perlu dilaksanakan dalam pemecahannya terhadap masalah Urbanisasi dan perkotaan adalah ;

 

1.      Mengembalikan para pengangguran dikota ke desa masing – masing .

2.      Memberikan keterampilan kerja (usaha ) produktif kepada angkatan kerja di daerah pedesaan.

3.      Memberikan bantuan modal untuk usaha produktif.

4.      Mentrasmigrasikan para pengangguran yang berada di perkotaan.

5.      Dan langkah – langkah lainnya yang dapat mengurangi atau mengatasi terjadinya "Urbanisasi".

 

Selain langkah – langkah tersebut ,juga dapat dilaksanakan berbagai upaya preventif yang dapat mencegah terjadinya ' urbanisasi '',antara lain ;

·         Mengatisipasi perpindahandari desa ke kota, sehingga "Urbanisasi " dapat ditekan.

·         Memperbaiki tingkat ekonomi daerah pedesaan, sehingga mereka mampu hidup dengan penghasilan yang diperoleh di desa.

·         Meningkatkan fasilitas pendidikan,kesehatan dan rekreasi di daerah pedesaan, sehingga membuat mereka kerasan 'betah '  tinggal didesa mereka masing – masing .

 

Dan langkah – langkah lainnya dapat mencegah mereka untuk tidak berbondong – bondong berpindah ke kota.

Berbagai langkah diatas akan dapat dilaksanakan apabila ada jalinan kerja sama yang baik antara masyarakat dan pihak pemerintah. Dalam hal ini partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan , sehingga program – program pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia seutuhnya sebagi suatu ethopia atau cita – cita belaka.

 

·         ANALISIS DAN PEMBAHASAN

            pada bab ini akan disampaikan analisis dan pembahasan guna menjawab hipotesis   penelitian yang disampaikan pada bab pertama.

 

 

·         KESIMPULAN

Penelitian ini merupakan penelitian tentang masyarakat urban yang ada di Jakarta, dari hasil anlisis penelitian,   Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang disignifasikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum ,aparat penegak hukum,perumahan,penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Dan  dari hasil penelitian ternyata penyebab atau faktor terjadinya urban adalah karena masalah ekonomi , sosial , dan budaya, dan dibeberapa Negara berkembang termasuk Jakarta diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi, dimana adanya ketersediaan lapangan kerja yang masih luas. Saat ini , lapangan kerja itu sudah semakin sempit bahkan bisa dibilang sudah tidak ada sehingga menyebabkan banyak orang terjebak level kemiskinan.

Rizkianingsih_Tugas 5_perbaikan tor penelitian

                     "Kehidupan Tukang Barang Bekas di Pondok Pinang"

 

 

A. PENDAHULUAN

Di ibukota Jakarta, kita masih dapat menemukan tukang-tukang yang masih setia dengan profesinya, ada pula yang meneruskan profesi orang tuanya, bahkan kakeknya, profesi yang sama untuk tiga generasi. Salah satunya adalah tukang barang bekas. Apa pun profesi seseorang, kita harus menghargainya. ternyata kita masih dapat menemui tukang-tukang yang tidak mengenal lelah, tetes demi tetes keringat mengalir di tubuhnya, tak mempedulikan debu-debu yang berterbangan di tengah teriknya panas matahari, menelusuri gang demi gang yang sempit dan kumuh, membawa gerobaknya demi mencari sesuap nasi. Matahari tidak selamanya bersinar, tetapi tukang-tukang barang bekas tetap setia mendatangi pembelinya atau orang yang ingin menjual barang-barang yang tak terpakai demi menghidupi keluarganya. Tukang barang bekas menjual barang-barang bekas mulai dari pen sampai dengan radio, kipas angin, jam weker tempo dulu dan pernak-pernik lainnya. 

B. TEORI

Teori yang digunakan teori interaksi sosial. Karena, manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisai dengan orang lain dalam proses interaksi sosial. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk sosialisasi. Bisa berupa interaksi antar individu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi antar kelompok. Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi. Menurut Gillin & Gillin interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.

C. PERTANYAAN PENILITIAN

1. Bagaimana peranan sampah terhadap barang bekas
2. Apa saja yang dijadikan sebagai barang bekas

D. METODE

Metode kualitatif karena dapat menganalisa dan menjelaskan latar belakang tindakan individu dalam masyarakat, metode kualitatif menempatkan apa yang diteliti tidak hanya sebagai objek saja akan tetapi sekaligus juga merupakan subjek serta bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

E. AREA RISET

Dilaksanakan di: RT.007/002 Pondok Pinang, Jakarta Selatan
Objek penelitian: Tukang barang bekas dan masyarakat sekitar.

 

F. HASIL PENELITIAN

Sampah-sampah yang terkumpul merupakan hasil pembelian dari masyarakat sekitar dan para pengumpul yang berada di sekitar perkampungan. Berbagai jenis sampah ditempat penampungan ini dikumpulkan dan dipilah, diantaranya kertas, plastik dan logam. Pemilahan dilakukan untuk mengklasifikasikan barang berdasarkan harga.

Yang dijadikan sebagai barang bekas adalah:

-          Botol aqua plastic

Botol-botol plastik sampah bisa diurai untuk membuat bola-bola karbon yang sangat kuat. Botol bekas minuman yang memiliki bentuk unik dan menarik dapat dipajang sebagai aksesori ruang dengan berbagai gaya dan warna hingga pantas menjadi benda pajangan. Botol bekas yang memiliki bentuk yang unik dapat dijadikan vas bunga atau botol hias saja. Dengan diisi berbagai pasir warna, botol pun akan terlihat semakin unik.

-          -Pipet .

Pipet  dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan hiasan rumah seperti taplak meja, tirai dll.

- Limbah Kayu

Limbah potongan kayu mirip buah yang diparut kasar. Limbah ini biasanya banyak terdapat di tukang kayu dan sering dibuang begitu saja. Padahal limbah ini memiliki manfaat sebagai bahan dasar kerajinan untuk menghias rumah. Salah satu contoh, rekatkan limbah kayu tersebut ke karton yang sudah Anda bentuk menjadi bingkai menggunakan lem kayu, sehingga menjadi sebuah bingkai yang cantik.

-    Tripleks dapat dimanfaatkan menjadi dinding sebuah rumah.

-   Sampah kertas

Sampah kertas bisa dikumpulkan menjadi satu bagian yang dipisahkan dari sampah lainnya. Entah selanjutnya dibuang ke tempat sampah atau ke tukang loak


Pelajaran yang bisa diambil dari penelitian ini bahwa barang bekas bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan uang jika kita bisa mengelola barang bekas tersebut.

 

 

 

 

 

 

G. KESIMPULAN

 

Berdasarkan permasalahan dan hasil penelitian di atas,dapat di simpulkan sebagai berikut.

Barang bekas seperti kertas,bahan bangunan,elektronik,baterai,logam dan bahan lainnya dapat bermanfaat seperti mengurangi dampak dari global warming, dan mengurangi penumpukan sampah.

 

Fauzia Firdawati_Tugas 6_Revisi TOR 1 & Laporan Penelitian

Fauzia Firdawati

Kesejahteraan Sosial / 2A

1113054100006

Studi Lapangan

Pengantar Sosiologi

PERILAKU SUPIR ANGKUTAN UMUM DALAM MENCARI PENUMPANG DI SEMBARANG TEMPAT YANG MENYEBABKAN KEMACETAN

 

I.    Pendahuluan

Ø Latar Belakang

Angkutan umum merupakan kendaraan masyarakat yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan mengurangi kemacetan di jalan raya, terutama pada jam berangkat kerja atau bersekolah dan jam pulang. Bagi kebanyakan negara, pemberhentian angkutan di halte atau terminal yang seharusnya. Begitu juga penumpangnya yang dengan semangat berjalan menuju pemberhentian bus atau angkutan yang ada. Sehingga mereka bisa sampai tempat tujuan tanpa telat dengan alasan macet dan tidak terburu – buru.

Berbeda dengan di Indonesia. Perilaku kurang tertib nampaknya banyak melekat pada diri masyarakat terutama warga Jakarta. Sebagai Ibukota seharusnya warga Jakarta bisa memberikan contoh dalam ketertiban. Namun sebaliknya, kebanyakan warga lebih bersikap tak acuh terhadap ketertiban terutama di jalan raya baik sebagai pengemudi maupun sebagai penumpang. Hal ini berlaku pada angkutan umum. Perilaku supir yang sering memberhentikan angkutannya di tempat umum dengan alasan "mengejar setoran"  sudah menjadi hal yang biasa. Yang walaupun menimbulkan kemacetan yang berkepanjangan, para supir tidak mengacuhkan hal tersebut. Berlaku pula untuk para penumpang yang ingin naik disembarang tempat, bukan di halte yang sudah disediakan.

Kalau saja kita sebagai warga mau mencontoh ketertiban yang dimiliki warga di negara lain, mungkin kemacetan di Jakarta agaknya akan berkurang.

a.       Pentingnya Penellitian

Banyak supir angkutan umum atau ''angkot'' yang tidak bisa berhenti di halte yang sudah di tentukan karena kurang penumpangnya dan setoran yang kurang. Maka dari itu, mereka memilih untuk berhenti dimana ada penumpang. Sedangkan hal tersebut dapat merugikan pengguna jalan yang lain mulai dari kendaraan beroda dua, hingga kendaraan besar seperti truk. Begitu pula saat supir menurunkan penumpangnya. Tanpa lampu sen (lampu penanda belok) mereka dengan santainya menepi tanpa memperhatikan pengendara lain. Hal inilah yang menjadikan penelitian ini penting dilaksanakan dan menghasilkan solusi yang baik dan menguntungkan banyak pihak.

 

 

b.      Asumsi

Ketidaktertiban supir angkot dalam menghentikan kendaraannya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, membuat banyak pengguna jalan lainnya terganggu. Bahkan bisa sampai terjadi kecelakaan.

 

Ø Teori Pendukung

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut "Emile Durkheim" yang menuliskan tentang Fakta Sosial. Hal ini dikarenakan penelitian yang saya lakukan mengambil subyek pada kelompok pengemudi angkutan umum serta kelompok pengguna jalan lain. Dengan menggunakan metode observasi dan menghasilkan output berupa narasi atau berupa penjelasan dari hasil – hasil observasi tersebut.

 

Ø Metode Observasi

Dalam observasi ini, menggunakan metode kualitatif yang menitik beratkan pada alasan supir angkot yang menghentikan kendaraannya sembarangan, serta bagaimana solusi pengarahan bagi para supir maupun penumpang agar bisa berhenti dan menghentikan kendaraan pada halte dan mencegah kemacetan.

 

Ø Rumusan Masalah

1.       Apakah dengan menghentikan kendaraan selain di halte yang disediakan, target ''setoran'' supir terpenuhi?

2.       Bagaimana kesadaran supir dan penumpang dengan ketidaknyamanan pengguna jalan lain, dan menyebabkan kemacetan berkepanjangan?

 

Penghentian angkot di sembarang tempat dilakukan supir dengan alasan ingin mengejar setoran atau sekedar menunggu penumpang yang belum tentu menaiki angkotnya. Pemenuhan target setoran para supir ini tergantung dari banyaknya penumpang yang menaiki angkotnya. Perilaku inilah yang sebetulnya merugikan pengguna jalan lainnya, kemacetan hingga terjadi kecelakaan.

Membuat penyadaran terhadap perilaku ketidaktertiban, baik supir maupun penumpang cukup sulit. Ego mereka supaya tidak lelah mengejar angkot dan memenuhi setoran yang membuat mereka lebih memilih untuk tidak tertib dalam mengendarakan kendaraannya. Namun, dengan adanya pengaturan yang lebih di perketat dan sanksi yang merugikan, cukup memungkinkan untuk supir dan penumpang merasa jera dan bisa menjaga ketertiban serta mematuhi rambu yang ada.

 

Ø Area Riset

Lapangan yang saya jadikan tempat observasi adalah area Stasiun Pondok Ranji, dimana banyak supir angkot yang "nge – tem" di area tersebut sehingga membuat kemacetan yang cukup parah. Sumber yang sama observasi adalah Supir Angkot S01 jurusan (Bintaro – Ciputat) dan penumpang kendaraan umum berusia sekitar 38 tahun saat jam pulang kerja.

 

II.     Laporan Penelitian

Ø Pertanyaan

Supir

1.    Kira – kira berapa setoran yang harus bapak penuhi setiap harinya?

2.    Apakah selalu terpenuhi?

3.    Bagaimana cara bapak supaya setoran dapat terpenuhi?

4.    Dengan "ngetem" di sembarang tempat, apa bapak tidak merasa telah membuat kemacetan?

 

Dalam wawancara saya terhadap supir angkot S01 jurusan Bintaro – Ciputat, mereka mengaku kalau harus menyetor sekitar Rp 250.000 – 300.000 perharinya. Hal itu pula yang memacu mereka untuk mengejar atau menunggu penumpang yang kira – kira akan menaiki angkot mereka. Mereka tidak memerhatikan keadaan jalan atau pengguna jalan yang lain, yang penting setoran mereka terpenuhi.

Namun kenyataannya tidak demikian. Mereka mengaku kalau keadaan jalan sedang sepi kemungkinan besar pendapatan mereka akan menurun. Selama apapun mereka ''nge-tem'' kalau memang lagi sepi mungkin setoran mereka hanya bisa mencapai Rp 200.000.

Menge- tem di pinggir jalan, terutama tempat umum yang ramai, merupakan tempat favorit para supir angkot. Seperti Stasiun Pondok Ranji, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja. Mereka rela menunggu penumpang sampai lama yang penting angkot mereka penuh dengan penumpang. Saat itulah yang mereka sebut kejar setoran. Adapun kesadaran mereka, tidak sepenuhnya mereka acuh. Alasan tuntutan setoran yang membuat mereka membuat kemacetan. Hal tersebut mereka lakukan demi memberi makan anak – istri mereka. ''Kalau udah mulai penuh juga jalan kok, yaa pelan – pelan sih.'' Itu kata salah satu supir angkot.

 

Penumpang

1.       Kalau ibu pulang kerja, lebih memilih angkot "nge – tem" atau menunggu di pinggir jalan selain halte?

2.       Kenapa tidak di halte?

 

Saya mewawancara salah satu penumpang angkot, yang mengatakan lebih memilih menunggu angkot di pinggir jalan selain halte dengan alasan lelah, letak halte yang jauh serta terlalu lama kalau menunggu "nge – tem". Namun, hal itu tidak beliau sadari kalau hal yang beliau lakukan bisa membuat macet dan mengganggu pejalan lain.

Halte di Jakarta sudah banyak di buatkan untuk menunggu angkutan umum. Karena penyalah gunaan halte tersebut, banyak yang lebih memilih menghentikan angkot di pinggir jalan. Mereka berfikir, kalau halte sudah tidak aman, banyak yang berjualan. Sedangkan, ketidak amanan itu terletak pada mereka yang memberhentikan angkot di pinggir jalan. Banyak  sudah terjadi kecelakaan karena angkot yang tiba – tiba belok kiri untuk menaiki atau menurunkan penumpangnya. Alhasil, bukan hanya supir saja yang disalahkan, tapi penumpang itu sendiri juga bisa disalahkan.

 

 

Profil Narasumber

§  Supir Angkutan Umum S01 (Bintaro – Ciputat)

Nama                                : Suwandi

Umur                                : 45 tahun

Pekerjaan       : Supir Angkot

 

§  Penumpang

Nama                                : Tina

Umur                                : 38 tahun

Pekerjaan       : Karyawan Swasta

 

III.     Kesimpulan

Kendaraan umum merupakan kendaraan yang disediakan pemerintah berikut dengan tempat pemberhentian angkutan umum tersebut. Kurang tertibnya supir maupun  penumpang dalam mengehentikan atau "menge – tem " di sembarang tempat, agaknya sudah menjadi suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah kota besar seperti Jakarta.

Kesadaran dalam ketertiban hanya ada dalam diri orang itu sendiri. Hukuman yang diberikan oleh pihak yang berwajib seperti penilangan, hanya sebagai pengingat mereka akan taat lalu lintas, dan menjaga ketertiban dalam perjalanan. Sehingga tidak ada yang akan merasa dirugikan.

Noor rachmawaty_tugas 5_term of reference

NOOR RACHMAWATY

1113054100036

KESEJAHTERAAN SOSIAL 2A

 

I. LATAR BELAKANG

Kawasan pasar ciputat merupakan salah satu kawasan pusat pembelanjaan sayur mayur, pakaian anak dan orang dewasa, perlengkapan rumah tangga, accessories kecantikan, sembako dan banyak lagi yang bisa dibilang sangat strategis didaerah ciputat ini. Di kawasan pasar ciputat ini rata-rata banyak yang lebih mengandalkan berjualan dipinggir jalan atau yang sering di sebut pedagang kaki lima daripada dipertokoan karena dengan biaya sewa toko yang cukup dibilang mahal. Barang-barang yang diperjualkan oleh para pedagang kaki lima ini sangat beraneka ragam macam bentuknya dari harga sampai kualitasnya dari yang murah sampai yang mahal sekalipun ini diperjual belikan disini. Dari kebutuhan sehari-hari sampai kebutuhan elektronika, mebel dan lain nya diperjualbelikan juga disini. Ada juga seperti kerajinan tangan misalnya seperti tas batik, kain batik, karikatur seperti mobil-mobilan atau rumah-rumahan yang terbuat dari korek api juga diperjualbelikan oleh para  pedagang kaki lima ini. Keramaian di pasar ciputat ini lama kelamaan menjadi ketertarikan oleh pedagang kaki lima itu sendiri untuk lebih banyak menjual barang dagangannya dan menarik beberapa untuk para pedagang kaki lima yang biasa nya tidak berjualan di kawasan pasar ciputat ini menjadi berjualan akhinya berdampak merugikan sangat besar bagi masyarakat karena mengganggu kelancaran lalu lintas. Puncak keramaian dipasar ciputat ini terjadi biasanya pada saat hari-hari libur khususnya seperti hari minggu, keadaan menjadi sangat tidak terkontrol karena untuk membeli saja pengunjung harus rela berdesak-desakan dengan pengunjung lain nya.

Waktu demi waktu terus berjalan semakin banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan dipinggir jalan yang akhirnya membuat lalu lintas semakin macet oleh karena itu upaya penertiban oleh para petugas satpol pp yang berada diwilayah tangerang selatan ini. Tetapi usaha terus dilakukan oleh para pedagang kaki lima ini untuk ters mempertahankan dagangannya ini.

 

II. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Apa yang membuat para pedagang kaki lima ini  tidak mau meninggalkan berjualan dipinngir jalan dan tetap mempertahankan dagangannya?

2. Bagaimana solusi yang tepat untuk menempatkan para pedagang kaki lima ini?

 

III. METODE PENELITIAN

Menggunakan metode Empiris.

 Penelitian empiris ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cendeurung menggunakan analisis atau penelitian. Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari suatu masalah secara sistematis dan intensif untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak tentang suatu masalah itu sendiri. Metode ini menyadarkan diri kepada keadaan-keadaan yang ada di dalam masyarakat. Metode ini dimanfaatkan agar fokus dipenelitian yang sesuai dengan fakta yang ada dan juga sebagai gambaran untuk penelitian.

 

IV. TEORI YANG DI GUNAKAN

Di penelitian saya ini saya menggunakan teori sosiologi menurut Leopold Von Wiese (1876-1961) ia berpendapat bahwa penelitian harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antara manusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidahnya. Penelitian ini harus mulai dengan pengamatan terhadap perilaku kongkret yang tertentu. Ajaran-ajarannya yang bersifat empiris dan berusaha untuk mengadakan kuantifikasi terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil dari perkalian dari sikap dan keadaan yang masing-masing dapat di uraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis.

 

V. AREA RISET  

Ø Penelitian ini di lakukan di wilayah pasar ciputat tangerang selatan.

Ø Objek pedagang kaki lima di pasar ciputat

Ø Narasumber salah satu pedagang kaki lima yang berada di pasar ciputat.

Ø Waktu penelitian pertama dilakukan pada hari jumat tanggal 25 april 2014 dan akan di lanjutkan kembali pada hari rabu 30 april 2014,

 

Ichsan Kurnia_Tugas 5_ Laporan Penelitian Lapangan

Nama                   : Ichsan Kurnia  
NIM                     : 1113054100029
Keleas                  : Kessos 2A
 
Tema : Perilaku  Masyarakat Terhadap Kebersihaan
 
I.                  Latar Belakang
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
ya, sampah memang masih menjadi salah satu masalah terbesar di kota-kota besar di Indonesia, Salah satu contohnya adalah sampah di Ibu kota kita gan, Berbagai upaya penanganan sampah sudah dicoba oleh pemerintah, namun hasilnya belum saja maksimal.
-          Mengapa Penelitian Penting ?
 
Penelitian ini penting karena sampah masyrakat bisa menyebabkan  masalah  lingkungan. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak enak dipandang mata) dan tentu saja maslah  banjir.
 
-          Asumsi
Banyak  masyarakat  yang  kurang  peduli  terhadap sampah ,bahkan  suka membuang samap sembarangan.
 
II.               Pertanyaan Penelitiaan
Bagaimana mayarakat  menyikapi masalah sampah terhadap lingkungan ?
III.           Metode
Metode yang di gunakan yaitu metode kualitatif karena mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang di peroleh. Dan sebagai jenis penelitian yang temuannya tidak di peroleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
IV.           Teori
Dalam penelitian ini, teori sosiologi yang mendukung riset lapangan adalah teori Emile Durkheim serta metode yang digunakan adalah wawancara dan hasil dari penelitian berupa narasi.
V.              Area  Riset
Lokasi penelitian ini dilakukan di pemukiman daerah pondok cabe ilir. Untuk memperoleh data yaitu dengan mewawancarai beberapa warga.
          Hasil Laporan Penelitian
Dari hasil wawancara, dapat peneliti simpulkan. Bahwa masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan tidak peduli terhdap dampak pada lingkugan.
                        Maslah sampah hanya bisa di atasi oleh kesadaran diri setiap orang atau individu. Budayakan membuang sampah pada temapetnya.     
Narasumber
Nama         : Ibu Inah
Pekerjaan   : Ibu rumah tangga
Umur         : 35
 
Nama         : Ibu Mimin
Pekerjaan   : Ibu rumah tangga
Umur         :40
 
Nama         : Bapak Suanda
Pekerjaan   : Wiraswasta
Umur         : 37
 

Cari Blog Ini