Sabtu, 04 Oktober 2014

Tugas ke-3 Etika dan Filsafat Komunikasi

NAMA           : MOHAMMAD MIQDAD

NIM/KELAS : 1112051000075 / 5C

FILSAFAT : DEFINISI, UNSUR, METODE, DAN HAKIKAT

A.    Definisi Filsafat

Secara etimologis, Filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa inggris dan bahasa yunani. Dalam bahasa inggris, yaitu "philosophy" sedangkan dalam bahasa yunani "philos" dan "shopia". Adapula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa arab, yaitu "falsafah" yang artinya al-hikmah. Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani. "philos" artinya cinta dan "shopia" artinya kebijaksanaan. Jadi filsafat dapat diartikan dengan cinta kepada kebijaksanaan.  

Sedangkan secara terminologi, para ahli medefinisikan filsafat dengan beragam definisi;

a)      Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.

b)      Aristoteles mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung didalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika.

c)    Al-Farabi mendefiniskan filsafat sebagai pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.

d)     Phytagoras memeberikan definisi filsafat sebagai the love for wisdom. Menurutnya manusia yang paling tinggi nilainya ialah manusia pecinta kebijakan (loverof wisdom), sedangkan yang dimaksud olehnya dengan wisdom ialah kegiatan melakukan perenungan tentang Tuhan.

e)      Podjawijatna (1974:11) mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.           

Jadi dapat didefinisikan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang berfikir kritis sistematis; pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap semua persoalan; dan pengetahuan tentang kebenaran pemikiran yang tanpa batas dan masalah yang tidak pernah tuntas.

B.     Unsur-Unsur Filsafat

Ø Ontologi

Kata "ontologi" berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan logos = logic. Jadi "ontologi" adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau sebagaimana disebutkan Louis O. Kattsoff dalam Element of Filosophy bahwa ontologi itu mencari 'ultimate reality'. Pendapat lain menyebutkan bahwa "ontologi" berasal dari kata "ontos" yang artinya adalah sesuatu yang berwujud dan logos adalah ilmu. Jadi "ontologi" adalah ilmu tentang yang ada, baik yang jasmani maupun rohani.

Ontologi sebenarnya sebuah upaya untuk menerangkan tentang bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Oleh karena itu, obyek formal dari ontologi adalah seluruh realita.

Ø  Epistimologi

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat "episteme", yang berarti pengetahuan; dan "logos", bermakna teori . Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat, atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar.

Ø  Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; "axios" yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan "logos" yang berarti ilmu. Aksiologi juga dipahami sebagai teori nilai.

C.    Metode Filsafat

Secara harfiah kata metode berasal dari bahasa latin "methodus" meta artinya menuju, melalui, sesudah, mengikuti, dan Hodus artinya jalan, cara, atau arah. Sedangkan secara terminologi metode adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu. Sedangkan metode filsafat adalah suatu cara atau jalan tentang bagaimana berfilsafat baik dan benar.

Adapun metode dalam mempelajari filsafat menurut Ahmad Tafsir ada tiga, yaitu : (1) Metode sistematis (2) Metode Historis, dan (3) metode kritis.

Metode sistematis yakni, dimulai dengan banyak membaca buku filsafat, memahami pengertiannya, objek yang dikaji, sistematika filsafat, makna ontolologi, epistimologi, dan aksiologi.

Metode historis adalah mempelajari sejarah filsafat, seluk beluk, dan kelahirannya. Metode yang ketiga yakni mempelajari filsafat dengan metode kritis.

Sedangkan S.Pradja (1997:14) mengemukakan metodelogi filsafat ada tiga yakni;

1.   Metode dedukasi, yakni suatu metode berpikir yang menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum, kemudian diterapkan pada suatu yang bersifat khusus.

2.      Metode induksi, metode berfikir dalam menarik kesimpulan dari prinsip khusus, kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat umum.

3. Metode dialektika, yakni metode berfikir yang menarik kesimpulan melalui tiga tahap atau jenjang, yakni tesis, antitesis, dan sintesis.

 

D.    Hakikat Filsafat

      Pada hakikatnya filsafat itu sebagai;

1. Metode berpikir untuk : (a) memperoleh hakikat atas gejala/peristiwa alam dan sosial (didalamnya termasuk ekonomi, politik, dan budaya), (b) memecahkan masalah alam dan sosial, artinya mengambil keputusan, (c) dan memahami bentuk dan isi sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera.

2.  Pedoman berpikir, bersikap dan bertindak dalam menghadapi gejala/peristiwa alam dan sosial.

3. Metode berpkir kritis rasional (selalu mempertanyakan tentang gejala/peristiwa alam dan sosial), holistik (berpikir saling hubungan obyek secara menyeluruh), dan dialektik (berfikir konflik, perubahan, dan perkembangan tentang objek).

Daftar Pustaka

Atang A.H dan Beni A.S, filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi,(Bandung:CV Pustaka setia,2008)

Darsono Prawironegoro, filsafat Ilmu¸(jakarta:Nusantara Consulting:2010)

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009)

TUGAS 3_Ridho Falah Adli_KPI 5/E

Nama   : Ridho Falah Adli (1112051000143)

Kelas   : KPI 5/E

Filsafat

A.    Definisi

Definisi filsafat berdasarkan asal-usulnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosphia, yang terdiri dari dua kata dasar yaitu philein yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebjaksanaan. Sehingga istilah filsafat bisa disebut dengan cinta kebijaksanaan. Plato pada abad 427-347 SM menyatakan pengertian dari filsafat. Menurut Plato filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli. Maksudnya adalah filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu

B.     Unsur-unsur

Dalam pembelajarannya filsafat terbagi atas tiga usur, yang meliputi: Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh suatu perwujudan tertentu. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah hakikat yang ada (being,sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.

Epistomologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat, atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu : pengetahuan sains, pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistik.

Yang terakhir adalah Aksiologi , aksiologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Sederhananya dapat disebut dengan teori yang membicarakan guna nilai pengetahuan itu. Maksudnya adalah kelanjutan dari pengetahuan yang telah didapat dan diasumsikan lalu kita terapkan dalam aktifitas keseharian.

C.    Metode

Metode filsafat adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri. Didalam buku dictinary of philosophy yang dikutip oleh Anton Bakker, metode filsafat dibagi menjadi sepuluh, yaitu :

1.      Metode kritis (Socrates dan Plato)

Metode ini bersifat analisa istilah dan pendapat.

2.      Metode instuitif (Platinos dan Bregson)

Dengan jalan instropeksi pembersihan intelektual, sehingga tercapai suatu penerangan pikiran.

3.      Metode skolastik (Aristoteles dan Tomas Aquinas)

Metode ini bertitik tolak dari definisi atau prinsip yang jelas dengan sendirinya ditarik kesimpulan-kesimpulan.

4.      Metode matematis (Descrates)

Melalui analisa mengenai hal-hal kompleks, dicapai institusi akan hakikat-hakikat sederhana, dari hakikat itu didiskusikan secara matematis segala pengertian lainnya.

5.      Metode empiris (Hobbes, Locke, Barkeley dan Hume)

Hanya pengalamanlah yang menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian dalam instropeksi dibandingkan dengan serapan-serapan dan kemudian disusunbersama secara geometris.

6.      Metode transendental (Kant dan Neo-skolastik)

Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalananalisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.

7.      Metode dialektis (Hegel dan Marx)

Dengan jalan mengikuti dinamika pikiran atau alam sendiri.

8.      Metode fenomenologis (Husserl)

Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis, refleksi atas fenonim dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.

9.      Metode Neo-Positivistis

Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif.

10.  Metode Analitika Bahasa (Wittgenstein)

Dengan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofi.

 

D.    Hakikat

Pada hakikatnya ilmu filsafat adalah ilmu tentang bertanya kepada semua aspek kehidupan manusia. Filsafat merupakan dasar dari semua ilmu.  Filsafat merupakan ilmu yang digunakan untuk mencari dan mendalami tentang kebenaran dari sebuah kebenaranyang sudah ada melaui proses dan metode-metode yang beragam

Suatu kebenaran dalam ilmu filsafat itu relatif. Suatu hal yang kita anggap benar menurut suatu golongan belum tentu benar pula bila kita terapkan ke golongan lain. Itulah yang menyebabkan filsafat merupakan titik temu tentang hakikat kebenaran yang sudah ada namun ingin dikembangkan lagi secara mendalam, karena, untuk memecahkan masalah dalam filsafat itu bersifat mendalam dan universal.

Filsafat dapat dijadikan pedoman berfikir, bersikap dan bertindak dalam menghadapi peristiwa alam dan sosial. Dan dapat dijadikan metode berfikir kritis dan rasional untuk meghadapi paeristiwa alam dan lingkungan serta guna memecahkan konflik yang berkembang di lingkungan sekitar.

Nama : M. Hidayatul Munir NIM : 1112051000131 Kls/jrsn/smstr : 5 KPI E Tugas : Etika dan Filsafat Komunikasi

Nama                          : M. Hidayatul Munir
NIM                            : 1112051000131
Kls/jrsn/smstr            : 5 KPI E
Tugas                          : Etika dan Filsafat Komunikasi
1.      Definisi Filsafat
Poedjawijatna (1974:1) menyatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa arab yang berhubungan rapat dengan bahasa Yunani, bahkan asalnya memang dari bahasa Yunani. Kata Yunaninya ialah philosophia. Dalam bahasa Yunani kata philoshopia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan shopia; philo artinya cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; shopia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi menurut namanya saja Filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada kebajikan (lihat juga Windelband, 1958 ;1; 1)
            Jadi, berdasarkan kutipan itu dapatlah diketahui bahwa dari segi bahasa, filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak.
Poedjawitna (1974:11) mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang berdasarkan fikiran belaka. Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, dan bagi Aristoteles filsafat ialah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung didalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, estetika, dan bagi Al Faraby filsafat ialah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Pengertian umum filsafat adalah ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
 
2.      Unsur-unsur Filsafat
 
A.    Epistemologi
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan, itulah sebabnya kita sering menyebutnya Istilah filsafat pengetahuan karena ia membicarakan hal pengetahuan, Istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F. Ferrrier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94).
Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui beberapa cara dan dengan menggunakan berbagai alat. Ada beberapa aliran yang membicarakan tentang ini yaitu: aliran Empirisme, aliran Rasionalisme, Aliran Positivisme, dan aliran intuisionisme.
B.     Ontologi
Setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh pengetahuan. Objek-objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya. Inilah sebabnya bagian ini dinamakan teori hakikat. Ada yang menamakan bagian ini Ontologi.
Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas; realitas ialah ke-real-an; "real" artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarny sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan menipu.
                              
C.    Aksiologi
Seandainya ditanyakan kepada, Scorates atau Nietzsche apa guna filsafat, agaknya mereka akan menjawab bahwa filsafat dapat menjadi manusia bijaksana. Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori, kedua filsafat sebagai pandangan hidup (philoshopi of life), dan ketiga filsafat sebagai metode pemecahan masalah.
 
3.      Metode-metode Filsafat
1.       Metode Kritis (Socrates)
Metode kritis disebut juga metode dialektik. Dipergunakan oleh Socrates dan Plato. Harold H Titus mengatakan bahwa metode ini merupakan metode dasar dalam filsafat.
Socrates (470-399 SM) menganalisis objek-objek filsafatnya secara kritis dan dialektis. Berusaha menemukan jawaban yang mendasarkan tentang objek analisanya dengan pemeriksaan yang amat teliti dan terus-menerus. Ia menempatkan dirinya sebagai intelektual mid wife, yaitu orang yang memberi dorongan agar seseorang bisa melahirkan pengetahuannya yang tertimbun oleh pengetahuan semunya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap orang tahu akan hakekat.
2.       Metode Intuitif (Platinos dan Bergson)
Filsuf yang mengembangkan pemikiran dengan metode ini adalah Platinos (205-275 M) dan Henri Bergson (1859-1941). Platinos menggunakan metode intuitif atau mistik dengan membentuk kelompok yang melakukan kontemplasi religious yang dijiwai oleh sikap kontemplatif.
Filsafat Platinos adalah a way of life. Tapi  bukan doktrin yang dogmatis, merupakan jalan untuk menghayati hidup religious yang mendalam. Dalam kelompoknya Platinos melakukan usaha untuk member semangat dan mengantarkan mereka kedalam kehidupan rohani.
Metode filsafat Platinos disebut metode mistik sebab dimaksudkan untuk menuju pengalaman batin dan persatuan dengan Tuhan.
3.       Metode Skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas)
Metode Skolastik dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-1247). Juga disebut metode sintetis deduktif. Metode berpikir skolastik menunjukan persamaan dengan metode mengajar dalam bentuknya yang sistematis dan matang.
Ada dua prinsip utama dalam metode sekolastik yaitu Lectio dan Disputatio.
Lectio adalah perkuliahan kritis, diambil teks-teks dari para pemikir besar yang berwibawa untuk dikaji. Biasanya diberi interpretasi dan komentar-komentar kritis. Disputatio adalah suatu diskusi sistematis dan meliputi debat dialegtis yang sangat terarah
4.       Metode Geometris, Rene Descartes
Rene Descartes (1596-1650) adalah pelopor filsafat modern yang berusaha melepaskan dari pengaruh fisafat klasik. Dalam metodenya Descartes mengintegrasikan logika, analisa geometris dan aljabar dengan menghindari kelemahannya. Metode ini membuat kombinasi dari pemahaman intuitif akan pemecahan soal dan uraian analitis. Mengembalikan soal itu kehal yang telah diketahui tetapi akan menghasilkan pengetian baru.
Menurut Descartes semua kesatuan ilmu harus dikonsepsikan dan dikerjakan  oleh seorang diri saja
5.       Metode Empiris (Thomas Hobbes & John Locke)
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme
6.       Metode Transendental (Immanuel Kant & Neo Skolastik)
Immanuel Kant (1724-1804) dalam filsafat mengembangkan metode kritis transcendental. Kant berpikir tentang unsure-unsur mana dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam rasio manusia. Ia melawan dogmatisme
7.       Metode Fenomenologis (Husserl)
Edmund Husserl (1859-1938) mengembangkan metode fenomenologis dalam filsafat. Menurut Husserl dalam usaha kita mencapai hakekat –pengertian dalam aslinya- harus melalui proses reduksi. Reduksi adalah proses pembersihan atau penyaringan dimana objek harus disaring dari beberapa hal tambahannya. Obyek penyelidikan adalah fenomena. Dan yang kita cari adalah kekhasan hakekat yang berlaku bagi masing-masing fenomena. Fenomena adalah yang menampak. Yaitu data sejauh disadari dan sejauh masuk dalam pemahaman. Obyek justru dalam relasi dengan kesadaran. Jadi fenomena adalah yang menampakkan diri menurut adanya didalam diri manusia.
8.       Metode Dialektis (Hegel, Marx)
Dialektis terjadi dalam langkah-langkah yang dinamakan tesis-antitesis-sintesis. Diungkapkan dalam tiga langkah: dua pengertian yang bertentangan, kemudian dipertemukan dalam suatu kesimpulan. Implikasinya adalah dengan  cara kita menentukan titik tolaknya lebih dulu.
 
9.       Metode Nen-Positivistis
Non-positivisme adalah satu cara pandang open mind untuk mendapatkan keunikan informasi serta tidak untuk generalisasi, yang entry pouint pendekatannya berawal dari pemaknaan untuk menghasilkan teori dan bukan mencari pembenaran terhadap suatu teori ataupun menjelaskan suatu teori, dikarenakan kebenaran yang diperoleh ialah pemahaman terhadap teori yang dihasilkan. Untuk ini dalam non positivisme terdapat tiga hal penyikapan, yaitu:
Memusatkan perhatian pada interaksi antara actor dengan dunia nyata.
 
10.   Metode Analitika Bahasa (Wittgenstein)
Analisa bahasa adalah metode netral. Tidak mengandaikan epistemology, metafisika, atau filsafat. Metode Wittgenstein mempunyai maksud positif dan negatif. Positif maksudnya bahasa sendirilah yang dijelaskan. Apakah memang dapat dikatakan dan bagaimanakah dapat dikatakan.
Segi positif diarahkan pada segi negatif dengan jalan poositif mempunyai efektherapeutis (penyembuhan) terhadap kekeliuran dan kekacauan
4.      Hakikat Filsafat
Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas, ialah ke-real-an "real" artinya kenyataan yang sebenarnya, kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara, atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah.
            Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos. Adapun hakikat manusia dibicarakan oleh antropologi; ini juga cabang teori hakikat. Pembahasan hakikat Tuhan dilakukan oleh fheodicen, juga cabang dari teori hakikat. Theodicon untuk filsafat agama. Filsafat agama juga termasuk ke dalam teori hakikat, demikian pula filsafat hukum, filsafat pendidikan, dan lain-lain.
            Dalam hakikat filsafat pertama yang kita bicarakan adalah realitas benda-benda. Apakah sesuai penampakannya (appearance) atau sesuatu yang bersembunyi di balik penampakan itu? Dalam pertanyaan tersebut muncullah 4 atau 5 aliran yaitu materialisme, idealisme, dualisme, dan agnostisisme.
 
Daftar Pustaka
·         Fatchurrahman, M. 1990. Pengantar Filsafat. Padang: Universitas Andalas.
·         Prof. Dr. Ahmad Tafsir. 2002. Filsafat Umum( Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra). PT. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Tugas 3_Apik Sopankatanya_1112051000162_KPI 5E

Tugas 3_Apik Sopankatanya_1112051000162_KPI 5/E

A.    Definisi Filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahsa Yunani "philosophia" yang dalam perkembangan berikutnya dikenal di dalam bahasa lain yaitu "philosophie" (Jerman, Belanda, dan Perancis); philosophy (Inggris); philosophia (Latin); dan falsafah (Arab).[1] Adapun pengertian filsafat menurut beberapa para filsuf adalah, menurut Plato (427-347 SM.) filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Aristoteles (384-332 SM) mengatakan filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,logika,retorika,etika,ekonomi,politik dan estetika (filsafat keindahan) dan Al Farabi (870-950 M) mengemukakan filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.[2]

Dari beberapa defininisi di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh,radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.

B.     Unsur-unsur Filsafat

1.      Ontologi

 Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu taonta berarti yang berbeda, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berbeda. [3] Di dalam ontologi terdapat beberapa aliran yang penting yaitu : Dualisme, Monisme (materialisme), Idealisme, Aguosticisme.

2.      Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa epistemology adalah salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan,struktur, metode, dan validitas pengetahuan.

3.      Aksiologi

Istilah aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai, dan logos yang berarti ilmu dan teori. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi juga menunjukkan kaidah apa yang harus diperhatikan di dalam menerapkan ilmu ke dalam praktis.

C.    Metode

Di dalam Dictionary of Philosophy yang dikutip oleh DR.Anton Bakker disebutkan adanya sepuluh metode yaitu:

1.      Metode kritis   (Socrates, Plato)                                             

2.      Metode Intuitif (Platinos, Bergson)   

3.      Metode skolastik ( Aristoteles,Thomas Aquinas)                                          

4.      Metode matematis ( Descartes dan pengikutnya)                                          

5.      Metode empiris ( Hobbes,Locke,Barkeley,Hume)    

6.      Metode transcendental ( Kant, Neo-Skolastik)                     

7.      Metode dialektis ( Hegel, Marx)

8.      Metode fenomenologis ( Husserl)

9.      Metode Neo-positivistis

10.  10.Metode analitika bahasa (Wittgenstein)

 

D.    Hakikat Filsafat

1.      Hakikat merupakan istilah filsafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yang paling mendasar.

2.      Filsafat tidak saja berbicara wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan tapi juga berbicara makna yang terdapat di belakangnya.

3.      Hakikat filsafat adalah sebagai akibat berfikir radikal

4.      Filsafat adalah kebebasan berfikir terhadap sesuatu tanpa batas dan mengacu pada hukum keraguan atas segala hal.

 

 

 



[1] Drs.Sudarsono,S.H.M.Si, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2001),hlm.10-12

[2] Drs.A.Susanto,M.Pd, Filsafat Ilmu,(Jakarta: PT Bumi Aksara,2013),hlm.2-3

[3] [3] Drs.Sudarsono,S.H.M.Si, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,hlm.118

Cari Blog Ini