Sabtu, 04 Oktober 2014

Fahmi, KPI 5E. Tugas etika dan filsafat komunikasi

Nama               : Fahmi
NIM                : 1112051000129
Kelas               : KPI 5 E
 
Definisi Filsafat
            Hatta mengemukakan pengertian filsafat itu lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu. Nanti, bila orang telah banyak membaca atau mempelajari filsafat, orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut konotasi filsafat yang ditangkapnya. Tetapi menurut Poedjawijatna bahawa kata filsafat berasal dari bahasa Arab yang berhubungan rapat dengan Yunani. Kata Yunaninya adalah philosophia yang terdiri dari philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu. Sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi, menurut namanya saja filsafat boleh diartikan ingin menjadi pandai, cinta pada kebijakan.
            Hasbulla bakry mengatakan bahwa filsafat adalah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia. Sehingga dapan menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
 
Unsur-unsur Filsafat
 
1. Epistimologi
            Istilah epistimologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94). Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, theory. Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat, atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar (Suriasumantri J, 1990:101). Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya:
·         Empirisme
Empirisme berasal dari bahasa Yunani empeirikos yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
·         Rasionalisme
Dasar dari aliran ini adalah akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme, yang disebabkan kelemahan alat indera tadi, dapat dikoreksi seandainya akal digunakan. Gula pahit bagi orang demam, karena lidah orang yang demam memang tidak normal.
·         Positivisme
Tokoh aliran ini adalah August Comte, ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu  dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera dapat dikoreksi lewat eksperimen.. eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat di dengan timbangan, dan sebagainya. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal, didukung bukti empiris yang terukur. "Terukur" itulah sumbangan positivisme.
·         Intuisionisme
Henri bergson mengemukakan bahwa tidak hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah, jadi pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Indera dan akal hanya mampu menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spartial), sedangkan intuisi dapat mengahasilkan pengetahuan yang utuh (tetap).
2. Ontologi
Setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh pengetahuan. Inilah sebabnya bagian ini dinamakan teori hakikat atau ontologi. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Dengan demikian Ontologi adalah hakikat yang Ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. Contoh, kita melihat suatu objek, fatamorgana. Apakah real atau tidak? Tidak. Fatamorgana itu bukan hakikat, atau hakikat fatamorgana ialah tidak ada.
3. Aksiologi
            Untuk melihat kegunaan filsafat untuk apa, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran, kedua filsafat sebagai pandangan hidup fungsinya mirip sekali dengan agama yaitu menjadi pedoman yang isinya berupa ajaran dan ajaran itu dilaksanakan dalam kehidupan, dan ketiga filsafat sabagai metode pemecahan masalah yaitu dengan memecahkan masalah dengan mencari penyebab paling awal.
            Berdasarkan uraian diatas sudah dapat diketahui bahwa filsafat itu bagus untuk dipelajari karena besar sekali kegunaannya. Namun jika anda menganggap kalau filsafat itu membingungkan, tidak usah "nekad" untuk memahami teori filsafat sebanyak-banyaknya. Yang penting adalah membiasakan diri berpikir mendalam, yaitu memikirkan sesuatu dibalik fakta empirik,jangan mudah puas dengan jawaban yang ditemukan, terhadap jawaban yang ditemukan itu ragukanlah, lantas renungkan lagi, selain itu berpikirlah seluas-luasnya, yaitu dengan cara memandang setiap permasalahan dari sebanyak-banyaknya sudut pandang.
 
Metode Filsafat
Metode filsafat diartikan sebagai suatu cara atau jalan tentang bagaimana berfilsafat baik dan benar. Dalam diskursus metode filsafat dapat juga diartikan sebagai bidang kajian tentang metode yang digunakan oleh para filosof dalam berfilsafat. Hal ini dapatdiartikan bahwa dalam suatu Sejarah Filsafat setiap Filosof dalam mengembangkan pemikiran filsafatnya selalu memakai metodenya masing-masing dalam usahanya untuk mencapai kebenaranya yang hakiki. Beberapa contoh metode filsafat yang dikembangkan oleh para filusof masa lalu adalahsebagai berikut:
1.      Metode Kritis : Socrates dan plato
Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang. Merupakan hermeneutika, yangmenjelaskan keyakinan danmemperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan,membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan hakikat.
 
2.      Metode Intuitif : Plotinus dan bergson
Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral),sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsungmengenai kenyataan.
 
3.      Metode Skolastik : aristoteles, thomas aquinas, filsafat abad pertengahan.
Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik kesimpulan-kesimpulan.
4.      Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itudi dedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya.
 
5.      Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide ) dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan(impresi) dan kemudian di susun bersama secara geometris.
 
6.      Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik
 Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalananalisis di selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
 
7.      Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme
Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis, refleksi atas fenomindalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.
 
8.      Metode Dialektis : Hegel dan Mark
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triadetesis, antitetis, sistesis di capai hakikat kenyataan.
 
9.      Metode Non-positivistis
Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalanmempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
 
10.  Metode analitika bahasa : Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atautidaknya ucapan-ucapan filosofis.
 
Hakikat Filsafat
Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam dan biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dianggap sebagai kreasi berpikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia. Filsafat bertujuan untuk memahami dunia dan memperpadukan hasil dan ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan special agar menjadi suatu pandangan hidup yang seragam. Itu merupakan tujuan Filsafat dari jaman Thales (Bapak Filsafat) hingga jaman sekarang.
Di masa sekarang ini, manusia bercorak individualistis, humanistis, romantis, sehingga manusia cepat beralih pada kepentingan-kepentingan dekat dan "dunia" memiliki arti yang lain bagi manusia. Kondisi manusia yang hidup di perkotaan, dengan kendaraan, perumahan, dan segalanya yang ada di kota, membuat manusia semakin jauh dengan dunia astronomis.
Dahulu, bangsa Yunani purba banyak dicemaskan oleh masalah diam dan perubahan, yang mana perubahan yang mereka maksudkan adalah perubahan fisik/alam, seperti atom-atom yang bergerak, air yang mengalir, dan lain-lain. Tapi, ketika masalah itu belum selesai, perhatian manusia tertarik ke perubahan-perubahan dalam bentuk lain, seperti adat istiadat, hubungan-hubungan, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan keragaman, sementara keragaman menghasilkan banyak penafsiran. Maka, hal itulah yang membuat Filsafat tetap ada hingga sekarang, hanya saja, sekarang ia menjadi penafsiran dari hidup, maka kondisinya menjadi sama seperti dahulu, dimana Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami dunia dimana kita hidup.
Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.
Biasanya, hanya ada sedikit orang yang mengajukan pertanyaan :
- Adakah alam semesta ini suatu alam semesta dari pikiran atau hanya dari benda mati?
- Dapatkah ia masih menganut suatu pandangan keagamaan mengenai manusia?
- Adakah Tuhan itu?
- Dari apa benda tersebut?
- Saya hidup. Apa itu hidup?
- Ada apa sesudah mati?
- Apa itu benar dan apa itu salah?
- Apakah pertanyaan ini bisa terjawab?
- Apa yang mejadi batas sebuah pengetahuan?
- apakah tanpa mata keindahan ada? Apakah tanpa organ lain keindahan itu ada? Lalu, apa itu keindahan?
Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang menjijikan, ngeri, mengapa begitu bodoh terlintas di dalam kepala kita. Tetapi, justru itulah masalah-masalah Filsafat. Karena itulah Filsafat ada. Filsafat ada karena manusia bertanya tentang hidup, Filsafat ada karena adanya masalah-masalah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini