NAMA : ZUYIN ARWANI
NIM : 1112054000020
NAMA : IQBAL SALIS
NIM : 1112054000016
NAMA : JAINUN NONI
NIM : 1112054000013
Tugas Ini Dibuat Untuk memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Ekologi Manusia
KAWASAN SITU GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH SITU GINTUNG
Situ gintung adalah sebuah danau buatan didekat cirendeu, di Kabupaten tangerang. Ia dibentuk oleh sebuah bendungan hingga 16 meter (52 kaki) tinggi yang dibangun pada zaman kolonial belanda pada 1933. Situ Gintung awalnya adalah sebuah bendungan untuk kepentingan irigasi di sekitar kawasan. Data dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), Bendungan memiliki luas 31 hektar, namun karena mengalami pendangkalan, luasnya berkurang menjadi 21,4 hektar di tahun 2009, kedalaman situ 10 meter dan kapasitas menampung air 2,1 juta meter kubik.
Menurut Restu gunawan seorang sejarawan yang juga Kepala Subdirektorat Peradaban Sejarah, Direktorat Geografi Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, mengatakan tahun 1930-1935 Belanda memang banyak membangun berbagai sarana pengairan dalam rangka pengendalian banjir di Jakarta. Jadi, mungkin saja Situ Gintung juga dibangun pada masa itu sebagai salah satu proyek pembangunan dalam rangka pengendalian banjir. Restu menjelaskan lebih lanjut, Situ Gintung sebetulnya sebuah danau alamiah yang terbentuk pada masa jauh sebelumnya. Danau itu merupakan bagian dari daerah aliran sungai Kali Angke dan Pesanggrahan, yang lahir pada awal pembentukan dataran rendah Jakarta, sekitar 5.000 tahun silam. Baru kemudian Belanda menjadikannya bendungan untuk keperluan irigasi dan pengendalian banjir Jakarta.
Awal pembentukan situ (danau) ini adalah sebagai waduk yang berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan dan untuk perairan ladang pertanian di sekitarnya, dibuat antara tahun 1932-1933 dengan luas awal 31 ha. Kapasitas penyimpanannya mencapai 2,1 juta meter kubik. Situ ini adalah bagian dari Daerah Aliran CiSadane merupakan salah satu sungai utama Propinsi Banten dan Jawa Barat sumber berasal dari Gunung Salak dan Gunung Pangrango di (Kabupaten Bogor, sebelah selatan Kabupaten Tangerang) yang mengalir ke Laut Jawa panjang sungai ini sekitar 80 km dan bendungan aliran Kali Pesanggrahan. Di tengah-tengah situ terdapat sebuah pulau kecil yang menyambung sampai ke tepi daratan seluas kurang lebih 1,5 ha yang bernama Pulau Situ Gintung beserta hutan tanaman yang berada sekitarnya.
Semenjak tahun 1970-an kawasan pulau dan salah satu tepi Situ Gintung dimanfaatkan sebagai tempat wisata alam dan perairan dimana terdapat restoran,kolam renang,dan outbond.
Situ Gintung memiliki sejarah panjang. Sebelum berubah menjadi kawasan wisata air, Situ Gintung merupakan saluran irigasi yang dibangun pada zaman Belanda. Menurut Kepala Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane Pitoyo Subandrio, usia bendungan Situ Gintung sudah mencapai sekitar 82 tahun karena dibangun pada 1933.
Dia mengungkapkan, selama ini banyak orang yang salah persepsi mengira Situ Gintung adalah danau. Padahal, Situ Gintung adalah bendungan kecil. Bendungan tersebut dibangun sejak zaman Belanda. "Tapi, itu bendungan kecil. Dibuat oleh Belanda pada 1932 dan selesai 1933. Sekarang usianya sudah lebih dari 76 tahun," jelasnya setelah terbatas dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dia menuturkan, dulu Situ Gintung merupakan bendungan homogen dengan satu macam jenis tanah atau bendungan urukan homogen. Kemudian, lanjut dia, ada celah yang disebut pelimpah (spillway) yang lebarnya lima meter.
Dia mengungkapkan, selama ini banyak orang yang salah persepsi mengira Situ Gintung adalah danau. Padahal, Situ Gintung adalah bendungan kecil. Bendungan tersebut dibangun sejak zaman Belanda. "Tapi, itu bendungan kecil. Dibuat oleh Belanda pada
1932 dan selesai 1933. Sekarang usianya sudah lebih dari 76 tahun," jelasnya setelah rapat terbatas dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dia menuturkan, dulu Situ Gintung merupakan bendungan homogen dengan satu macam jenis tanah atau bendungan urukan homogen. Kemudian, lanjut dia, ada celah yang disebut pelimpah (spillway) yang lebarnya lima meter.
B. PENYEBAB TERJADINYA BENCANA (Sebelum 2009)
Berdasarkan Wawancara kami dengan tokoh Masyrakat di Rt.001/009 beliau mengatakan bahwa sekarang di Daerah situ Gintung mempunyai 120 Kepala Keluarga dan diantara keluarga mereka berpenghasilan dari karyawan, berwiraswasta dan dari pengelolaan wilayah sekitar.
Dalam sejarahnya Situ Gintung dibangun kembali pada tahun 2009, dikarenakan jebolnya situ gintung karena beberapa faktor diantaranya yang disebutkan oleh pa Yudi adalah:
1. Karena bangunan tersebut telah usang (sudah dibangun Zaman Belanda, karena belum pernah diperbaiki dan beton dibawah permukaan air sudah tidak kuat menahan besaran Air yang berada di Situ)
2. Pengelolaan tata ruang yang tidak dilakukan sesuai aturan.
Di sekitar danau/situ/ waduk/bendungan tidak boleh ada bangunan dengan jarak > 200 meter. Pada jarak itu merupakan areal sabuk hijau (greenbelt) yang ditanami tanaman keras sebagai pelindung tanggul. Kenyataannya di Situ Gintung dikelilingi berbagai bangunan bahkan tepat di tanggulnya.
3. Karena Banyaknya Masyrakat yang menanam pepohonan yang akar menjalarMenurut pengelola lahan daerah situ Gintung menjelaskan bahwa dataran situ Gintung tidak cocok ditanam dengan tanaman atau pepohonan yang menjalar akarnya kebawah dikarenakan akar yang menjalar tersebut akan dapat menjebol pondasi atau benteng yang mengelilingi Situ Gintung dan akibatnya berbahaya bagi masyarakat sekitar, seharusnya daerah sekitar Situ Gintung lebih cocoknya ditanami dengan tanaman Sintesis yang ramah akan lingkungan dan tidak membahayakan wilayah sekitar.
C. FUNGSI, PENGELOLA SITU GINTUNG
Pada awalnya Situ Gintung berfungsi sebagai sarana pengairan dalam rangka pengendalian banjir di Jakarta. Seiring berjalannya waktu fungsi Situ beralih menjadi tempat wisata, serapan air warga sekitar, sarana olahraga ( Golf, jogging track, dll) dan sebagai sumber mata pencaharian warga sekitar (pengembangan di sector perikanan, dengan memanfaatkan bibir Situ sebagai media peletakan keramba-keramba pembudidayaan ikan yang dilakukan oleh para petani tambak.
Pada tahun 2009 Situ Gintung mengalami bencana, yaitu jebolnya tanggul Situ tersebut. Bencana tersebut menyebabkan Situ Gintung menjadi kering, sehingga fungsi Situ Gintung jauh berubah dari fungsi awalnya. Sekarang Situ Gintung difungsikan sebagai lahan perkebunan sementara seperti perkebunan singkong, timun suri, dan jagung.
Menurut warga setempat bahwa Situ Gintung memiliki potensi sebagai serapan air bagi warga sekitar dan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan pemerintah daerah Tangerang Selatan, namun lokasinya yang tidak strategis yaitu dikelilingi oleh bangunan-bangunan dan letaknya lebih tinggi dari perumahan warga, serta tidak memiliki saluran pintu keluar air baik dan bangunan tanggul sudah tua, maka hal ini yang menyebabkan tanggul Situ Gintung jebol.
Selain itu masih terdapat ancaman setelah tanggul Situ Gintung jebol yaitu, hilangnya sumber resapan air warga sekitar situ dan hilangnya sumber mata pencaharian warga sekitar yang menjadi penganguran.
Situ Gintung dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), dan dikelola langsung oleh pengusaha sekitar Situ Gintung yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata dengan tidak merubah fungsi Situ.
Setelah terjadinya bencana, Situ Gintung dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan sementara seperti perkebunan singkong, timun suri, dan jagung. Namun masyarakat berharap situ gintung dapat segera kembali ke fungsi awal.
POLA –POLA EKOLOGIS
Dalam menganalisis permasalahan yang terjadi di Kawasan Situ Gintung kami akan mengambil sebuah teori Urie Bronferbrenner salah satunya adalah:
1. Makrosistem
Dalam sistem ini adalah kultur atau budaya atau adat istiadat suatu lingkungan yang mempengaruhi suatu perkembangan anak. Seperti halnya untuk anak yang tinggal di suatu lingkungan yang baik sehingga membimbing atau mempengaruhi anak tersebut kejalan kebenaran. Jika anak tersebut tinggal di lingkungan yang buruk maka anak tersebut akan terpengaruhi berbuat keburukan.
Dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Studi lintas budaya - perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain – memberi informasi tentang generalitas perkembangan.
Kaitannya dalam wilayah Situ Gintung menurut tokoh disana menjelaskan bahwa kultur dan budaya disana sangat kuat, sehingga anak-anak disana tumbuh dan besar bersama budaya yang terbentuk disana.
Begitupula interaksi social juga terbentuk sangat erat, kenal mengenal satu sama lain, saling menpercayai satu sama lain, sehingga terciptanya kehidupan yang harmonis.
2. Kronosistem
Dari teori Urie Bronfenbrenner tentang sistem lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris.Teori ekologi telah memberikan sumbagan dalam studi mengenai perkembangan masa hidup yang meliputi kajian yang sistematis yang bersifat makro dan mikro terhadap dimensi-dimensi sistem lingkungan serta memberikan perhatian terhadap kaitan antarsistem lingkungan dengan melakukan tahap observasi yang berkelanjutan.
Saya dapat menyimpulkan bahwasannya teori ini layaknya seorang guru. Saya akan memerlukan teori yang telah di observasi oleh beliau bahwasannya saya harus:
a) Mendidik siswa untuk berinsteraksi langsung secara timbal balik dengan oranglain.
b) Membimbing siswa lebih banyak berkomunikasi dan mengambil keputusan.
c) Membimbing siswa untuk berperan aktif dalam berkegiatan sosial atau pendidikan yang membawa generasi-generasi ke hasil yang baik (jalan baik).
d) Memberi contoh dan membimbing kultur atau adat(budaya) yang baik.
e) Menciptakan generasi yang merata (menciptakan lingkungan yang baik).[1]
Dalam memberikan skema pemahaman akan teori tersebut maka peran tokoh masyarakat sebagai leader dan peran kesadaran masyarakat sebagai pendukungnya sangat diperlukan dalam menjaga interaksi social maupun interaksi alam.
1. Peran Masyarakat dalam mengembangkan Daerah Situ Gintung
Partisipasi akan masyarakat dalam mengembangkan dan menjaga daerah Situ Gintung masih terbilang belum tercukupi, dikarenakan masyarakat yang tinggal didaerah sekitar terkendala dengan kurang memadainya pengetahuan terhadap penjagaan lingkungan dan sering sekali terkendala oleh waktu yang tidak memungkinkan.
2. Wadah yang sudah ada disana
Peran tokoh masyarakat sebagai penyatu masyrakat ditentukan dalam daerah tersebut dengan memberikan support apa yang masyarakat inginkan. Seperti pembuatan Bank sampah yang bekerjasama dengan kelurahan, penghijauan dengan bibit pohon, dan pemberian benih ikan.
Ø Bank Sampah
Bank sampah sebenarnya adalah sebuah program yang direncanakan oleh kelurahan Situ Gintung, karena melihat beberapa permasalahan dimana sampah merupakan masalah terpenting dalam pengaruh masyarakat, dengan masalah sampah maka ekosistem akan rusak bahkan kesehatan masayarakat pun terganggu. Demikian dibagunnya Bank sampah gunanya untuk:
a. Melestarikan lingkungan
b. Memerikan kesadaran akan bahayanya sampah
c. Meberikan dampah financial bagi masyarakat yang mau menabungkan sampah.
d. Mengubah pola pikir masayarakat
Ø Penamaman bibit Pohon
Penanaman Bibit pohon ditanam disekitar rumah warga untuk memberikan penghijauan dan memberikan daya sejuk bagi lingkungan sekitar. Penanaman pohon disekitar Situ Gintung dibiayai oleh Pemprov Tangsel, dan sebagian dibiayai oleh kalangan akademisi UIN,UMJ, UI dll.
Ø Penanaman Benih-benih ikan
Penanaman benih ikan dilakukan oleh orang-orang yang akan sadar betul dengan pemanfaatan adanya situ Gintung didaerah tersebut dan biasanya dilakukakan oleh masyarakat yang berada diluar daerah situ Gintung seperti dalam banyak kalangan akademisi pencinta alam, pemerintahan yang sadar betul akan manfaat yang akan didapatkan disana.
[1] Santrock, John W., 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar