Minggu, 26 Oktober 2014

Tugas Ke-5 Imas Hayati Nufus KPI 5 E

Nama   : Imas Hayati Nufus                            Kelas   : KPI 5 E

Nim     : 1112051000159                                Tugas   : ke-5

ETIKA DALAM KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN

Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti pada media massa, tidak berarti akan memberi pedoman tindakan yang dianggap etis. Kita harus lebih waspada terhadap taktik komunikasi modern yang membuat perubahan dan perkembangan kehidupan dalam masyarakat berlangsung begitu cepat. Anggapan bahwa media komunikasi adalah sarana pendidikan dan pembentuk kebudayaan masyarakat memang masih bisa dibenarkan.

Media komunikasi, khususnya media iklan, memang sangat bersinggungan dengan masalah etika atau moral. Etika komunikasi juga tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Kebenaran disederhanakan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berpikir tertentu.

Ditambah lagi selama ini memang ada kaitan khusus antara ilmu pengetahuan dengan kekuasaan. Kebenaran yang diperoleh dari hasil penelitian dan perkembangan dunia ilmu pengetahuan biasanya diinformasikan melalui simbol-simbol publik dan disebarluaskan semaksimal mungkin.

Karena itu, dalam arti tertentu yang dimaksud sebagai kebenaran ilmiah juga akan sangat tergantung pada pihak-pihak yang mampu merekayasa, menguasa dan mendayagunakan simbol-simbol dalam media komunikasi itu.

Berdasarkan keterkaitan media komunikasi, pesan kebenaran yang mau disampaikan dan kekuasaan, maka dapat dilihat tiga fungsi komunikasi massa, yaitu:

1.      Mengikat dan menyeragamkan

Untuk mengikat kelompok penerima komunikasi dan menyeragamkan informasi yang hendak disampaikan diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan: pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan relativitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat lain. Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi atau pemikiran yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama.

2.      Memproduksi dan memperbaharui

Mudah terjadi dalam dunia modern dengan kemajuan pesat dalam bidang transportasi dan komunikasi beragam informasi dan produk yang dihasilkan dan teredia akan saling bersaing.

Lebih lanjut penyebaran pengetahuan, informasi dan produk itu sedapat mugkin diusahakan secara terikat dan seragam. Tujuan pokoknya biasanya adalah untuk menjangkau semua konsumennya secara maksimal. Para pemilik modal dan produsen barang bekerja sama dengan para distributor dan pihak-pihak yang berkaitan akan sangat berkepentingan agar seluruh konsumennya di setiap Negara mempunyai kebudayaan atau adat yang seragam.

Maka tidak diragukan lagi bahwa para distributor akan melatih para eksekutif dan staf karyawannya untuk menjadi lebih loyal kepada "kebenaran" milik perusahaan daripada loyal kepada "kebenaran-kebenaran" lain yang diikatkan pada kebangsaan atau ikatan primordial yang lain.

3.      Mendistribusikan dan mengontrol

Kontrol dilakukan dengan cara menghasilkan dan memaksakan sebuah aturan main yang membatasi pilihan-pilihan pola bahasa dan perilaku yang tersedia bagi konsumen. Media televisi yang bagi sebagian masyarakat dianggap telah terlalu jauh menerobos kehidupan privat keluarga dan rumah tangga adalah salah satu contoh.

 Kontrol dilaksanakan juga dengan cara menentukan berita, peristiwa atau nilai-nilai mana yang layak disampaikan dan direncanakan untuk disampaikan selanjutnya. Sebuah kontrol yang mampu mempengaruhi bentuk dan isi adat atau kebudayaan seseorang seperti ini dapat juga berbuah lebih jauh.

Sebuah media dapat saja menentukan siapa-siapa saja yang boleh menerima informasi, dan informasi mana saja yang akan dibagi-bagikan kepada orang lain. Media komunikasi menyaring, memilih mana yang perlu atau tidak perlu, memolesya dan mengatur atau mendisribusikan informasi yang masuk dan keluar.[1]



[1] Sudirman Tebba, Filsafat dan Etika Komunikasi, (Tangerang Selatan; Penerbit Pustaka Irvan), 2008, hlm. 115-125

TUGAS 5_GITA SULISTYANI (1112051000080)_KPI 5 C

Etika dalam Komunikasi dan Kebudayaan: Memahami Dimensi Etik dalam Ruang Kebudayaan


Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia. Tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik, dinamakan etika. Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan komunikasi yang berlaku di suatu masyarakat. Etika dalam berkomunikasi merupakan ajaran kesusilaan yang melekat pada diri seseorang untuk berbuat, berucap dan berkelakuan. Dengan adanya etika yang dimiliki oleh seseorang agar bisa mengetahui dan bagaimana bergaul, berbicara, berpenampilan, dan bersikap yang lebih serta memiliki rasa hormat yang kuat pada semua orang. Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia secara umum. Kurangnya pemahaman antar sesama dapat memunculkan miss communication yang akan berujung pada timbulnya berbagai macam prasangka dan salah paham. Dalam berbagai macam perbedaan tersebut, kita harus mampu beradaptasi dengan cepat. Nilai-nilai yang membentuk etika harus kita pahami dengan benar karena sebenarnya tidak ada komunikasi yang tidak menggunakan nilai-nilai etika di dalamnya, setiap bentuk komunikasi selalu menggunakan etika walaupun dalam kadarnya masing-masing sesuai dengan konteks, tujuan dan situasi yang ada.

Dalam bukunya, Komunikasi Antarbudaya, Ahmad Sihabudin, mendefinisikan budaya sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna dan diwariskan dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakan diri dalam pola-pola bahasa dan bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku. Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kemudian menurut Riswandi (2009), fungsi kebudayaan itu sendiri adalah memberikan tuntunan dan tuntutan kepada masyarakat. Budaya menuntun masyarakat untuk bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat, dan menuntutnya jika ia bertentangan atau menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku.

Dalam setiap gerak manusia baik secara individu ataupun kelompok dalam hidupnya selalu memiliki gagasan atau sistem ide, perilaku atau sistem sosial dan hasil karya atau budaya fisik. Selama semua dipergunakan dalam memenuhi hidupnya dan diperoleh dengan cara belajar terus menerus berarti mereka berbudaya. Pada tataran sistem ide merupakan suatu komplek gagasan yang memang sangat abstrak, namun dapat diketahui oleh orang dengan cara berdialog. Adapun wujudnya berupa adat istiadat, etika, norma, aturan, undang-undang, hukum. Semua ini bisa mengendalikan sistem sosial atau perilaku manusia dalam hidupnya. Berarti bisa diungkapkan apabila manusia itu memiliki suatu etika sudah tentu manusia itu berbudaya demikian sebaliknya.

Ketika proses memahami etika seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Sejak kecil proses enkulturasi sudah mulai dari orang di dalam lingkungan keluarganya sampai lingkungan luar keluarga. Seringkali manusia belajar dengan meniru berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya yang member motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan seringkali meniru maka tindakannya menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakkannya dibudayakan.

Tugas5_Ahmad Zainuddin Syah_KPI5C

Etika Dalam Komunikasi Dan Kebudayaan: Meahami Dimensi Etik Dalam Ruang Kebudayaan
 
Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia. Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.
Beberapa pendpat para ahli mengenai pengertian etika antara lain sebagai berikut:
Drs. Sidi Cjajalba
Etika ialah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. D.P. Simorangkir 
Etika atau etik adalah pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.                             
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau sebuah kelompok, dan masyarakat, menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Dalam hal ini, Edward T Hall (1973) berpendapat bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Dengan kata lain, " tak memikirkan komunikasi tanpa memikirkan konteks dan makna kulturnya." Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Dalam sebuah kebudayaan terkandung sebuah makna yang ingin disampaikan kepada masyarakat, dimana sebuah kebudayaan pasti menggambarkan identitas/ciri dari sebuah tempat/pemilik kebudayaan tersebut. Disini peran komunikasi sangat dibutuhkan untuk tetap menjaga kelestarian dan untuk memperkenalkan sebuah kebudayaan tertentu ke ranah yang lebih luas. Banya kebudayaan yang tidak dikenal atau tidak di ketahui oleh masyarakat luas di karenakan kurangnya pengenalan atau komunikasi terhadap daerah luar, yang menyebabkan sebuah kebudayaan tidak dikenal. Hal ini banyak menyebabkan sebuah kebudayaan cepat hilang/punah yang tergerus oleh kebudayaan-kebudayaan baru yang lebih komunikatif dan mudah di pahami.
Komunikasi dan kebudayaan sangat berkaitan erat untuk mempertahankan dan untuk pengenalan sebuah budaya itu sendiri. Komunikasi sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi obyektivasi antara budaya dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan. Sesuatu dikatakan komunikasi jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan juga hanya bisa disebut kebudayaan jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yang membentuk sebuah sistem.
komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain, tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya, anda berkomunikasi dengan suku Aborigin Australia secara tidak langsung anda sedang berkomunikasi berdasarkam kebudayaan tertentu milik anda untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan lain. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. mengandung tuntutan atau keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia mengandung nilai–nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, bahakan mampu meningktkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang beretika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.
Menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung dari paham atau ideologi yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan . Hal ini dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat universal, namun amat dipengaruhi oleh ideologi masyarakatnya.
 
 

tugas ke-5_Mohammad Miqdad_1112051000075_KPI 5C

NAMA           : MOHAMMAD MIQDAD

NIM/KELAS : 1112051000075 / KPI 5C

Etika Dalam Komunikasi Dan Kebudayaan : Meahami Dimensi Etik Dalam Ruang Kebudayaan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama manusia entah itu komunikasi verbal atau non verbal, komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi. Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat manusia, sebagai seorang manusia yang memang tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan orang lain disekitarnya karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.

Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia. Sedangkan definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat menegaskan bahwa, "kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar".

Dengan demikian, budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, begitu pula sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan, dan kebudayaan akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut.

Pada intinya Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Kemudian manusia dituntut untuk mengetahui nilai etika yang ada dalam masyarakat sekitar karena etika memiliki nilai dan norma yang sudah menjadi ciri kepercayaan serta dituntut untuk berperilaku sesuai nilai-nilai budaya, khususnya nilai etika dan moral. Dalam nilai-nilai tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika.

Selanjutnya, menurut Edward T.Hall komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan pula, bahwa komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi. Karena kebudayaan itu hanya dimiliki oleh manusia begitu juga dengan komunikasi, hanya dimiliki oleh manusia dan dijalankan antara manusia. Sedangkan, pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal dan non-verbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi.

Pada akhirnya, Komunikasi yang merupakan penyampaian pesan-pesan oleh komunikator terhadap komunikan dengan tujuan untuk diperoleh keseragaman makna, menuntut komunikator memahami lebih ekstra nilai-nilai dalam kebudayaan serta memahami akan aneka warna kebudayaan dan relativitas kebudayaan milik sendiri dan memahami akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat yang lainnya.  

Tugas 5_Ridho Falah Adli_KPI 5/E

Nama   : Ridho Falah Adli (1112051000143)

Kelas   : KPI 5/E

Tugas   : Etika dan Filsafat

 

Etika dalam Komunikasi dan Kebudayaan: Memahami Dimensi Etik dalam Ruang Kebudayaan

Secara bahasa etika berasal dari kata bahasa Yunani yaitu ethos, yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berfikir. Menurut istilah etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakuakan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok yaitu, ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Maka etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Komunikasi menurut bahasa adalah kesamaan pengertian atau berbagi. Sedangkan menurut istilah komunikasi adalah proses bertukar informasi antara individu-individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda dan tingkah laku. Sedangkan menururt Jens Houland dan Kelly (1953) komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan stimulus dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku.

Selanjutnya adalah kebudayaan. Suatu kebudayaan merupakan sistem of meaning (sistem makna), jejaring makna yang terdapat pada pikiran dan tindakan manusia. Kebudayaan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu : (1) aspek kognitif, (2) aspek evaluative dan (3) aspek simbolik.

Kebudayaan dilihat dari aspek kognitif adalah suatu sistem kepercayaan, ide, gagasan atau pengetahuan, yang akan memungkinkan para penganut suatu kebudayaan dapat melihat dunianya, masyarakatnya dan bahkan dirinya sendiri. Pada segi kognitif ini kebudayaan akan menentukan pandangan dunia (world view) sekelompok orang.

Lalu kebudayaan dilihat dari aspek evaliatif adalah dimana kebudayaan dan pengetahuan dan kepercayaan tertentu ditransformasikan menjadi nilai-nilai. Oleh karena itu, setiap sistem budaya selalu menetapkan etos tertentu untuk pedukungnya, baik yang menyangkut nilai-nilai yang bersifat moral maupun nilai-nilai yang bersifat estetik.

Yang terakhir kebudayaan dilihat dari aspek simbolik adalah suatu pola makna-makna yang diwariskan secara historis yang terwujud dalam simbol-simbol, suatu sistem konsep-konsep yang diwariskan yang terungkap dalam bentuk-bentuk simbolis yang dengannya manusia berkomunikasi, dan memperkembangkan kehidupan dan sikap-sikap terhadap kehidupan.

Oleh karena itu kebudayaan adalah sistem makna dan sistem nilai yang dikomunikasikan melalui sistem simbol. Atau kalau dibalik suatu sistem simbolik yang berfungsi untuk mengkomunikasikan makna dan nilai.   

Berdasarkan keterkaitan media komunikasi, pesan kebenaran yang mau disampaikan dan kekuasaan, maka dapat dilihat tiga fungsi komunikasi massa, yaitu: (1) Mengikat dan menyeragamkan, (2) Memproduksi dan memperbarui dan (3) Mendistribusikan dan mengotrol.

Untuk mengikat kelompok penerima komunikasi atau konsumen dan menyeragamkan informasi yang hendak disampaikan dengan diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan: pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan relativitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat yang lain.

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif setiap orang dalam sebuah masyarakat bersistem diandaikan mempunyai kebebasan untuk menafsir dan mempunyai orientasi nilai kebudayaan yang kurang lebih sama. Karena itu salah satu fungsi penting dari komunikasi bisa dipandang sebagai bahan perekat yang mampu mengikat warga sebuah kelokmpok masyarakat tertentu.

Selain itu media komunikasi memang sudah menyediakan sarana untuk menghasilkan sebuah pengetahuan atau kebenaran, sehingga masyarakat terdukung untuk mengetahui mana atau apa saja hal-hal yang salah atau benar, asli atau palsu. Melalui media komunikasi sebuah realitas nyata atau menolaknya karena menganggapnya sebagai sebuah takhayul atau khayalan ideologis belaka.

Komunikasi dan media komunikasi yang sesungguhnya adalah cerminan dar masyarakat miliknya dapat bermuka dua. Komunikasi dan media komunikasi dapat berfungsi sebagai penyampai berita tetapi juga mampu sebagai pengarah bagaimana sebuah cerita seharusnya diterima.

Dalam arti tertentu bahasa,adat dan agama memang merupakan produk sosial akal budi dari sebuah komunitas. Akal budi seseorang dianggap tak akan berkembang secara manusiawi dan berbuah secara sosial kalau tidak hidup dalam produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas itu, messkipun produk yang dimaksud juga hanya produk kebudayaan yang simbolik dan metaforis.

Tugas Ke- 5_ Umu Kulsum_KPI 5D_1112051000108

Nama               : Umu Kulsum
NIM                : 1112051000108
Jurusan            : KPI 5D
Etika Dalam Komunikasi Kebudayaan
 
Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi seperti pada media massa, tidak berarti akan memberi pedoman tindakan yang di anggap etis. Apalagi ada sementara orang menganggap bahwa media massa, khususnya media iklan, tidak mempunyai kepentingan dengan apa yang disebut etika.
Menurut Purwasito (2003) komunikasi bersifat dinamik, artinya komunikasi adalah aktivitasorang-orang yang berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi dan mengalami perubahan-perubahan pada pola, isi, dan alurnya. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang yang menyampaikan pesan, dan kondisinya untuk mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan pesan.
Dalam hal ini, antropolog Edward T Hall (1973) berpendapat bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Dengan kata lain, " tak memikirkan komunikasi tanpa memikirkan konteks dan makna kulturnya."
Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dari kebudayaan yang terkenal pada variasi langkah dan cara manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal dan non-verbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua kontek interaksi.
Komunikasi Antar budaya diartikan sebagai komunikasi antar pribadi yang di lakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Definisi lain mengatakan bahwa yang menandai komunikasi antar budaya adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Fred E Jandt mengartikan komunikasi antar budaya sebagai interaksi tatap muka antara orang-orang yang berbeda budayanya ( intercultural communication generally refers to face to face interaction among people of divers culture). Sedangkan menurut Collier dan Thomas, mendefinisikan komunikasi antar budaya " as communication between persons who identity themselves as distict from other in a cultural sense. ( Purwasito, 2003: 122).
Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya yang lain. Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah penyandian pesan, di mana dalam situasi komunikasi suatu pesan di sandi dalam suatu budaya dan harus di sandi balik dalam budaya lain.
Komunikasi antarbudaya dalam persfektif diantaranya :
 
Menurut Devito (1997 : 480), bentuk-bentuk komunikasi antar budaya meliputi bentuk-bentuk komunikasi lain, yaitu :
a.       Komunikasi antar kelompok yang berbeda. Misalnya, antara orang Katolik Roma dengan Episkop, atau antar orang Islam dan orang Yahudi.
b.      Komunikasi antar subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antara dokter dengan pengacara, atau antara tunanetra dengan tunarungu.
c.       Komunikasi antara suatu subcultural dan kultur yang dominan. Misalnya, antara kaum manula dan kaum muda.
d.      Komunikasi antara jenis yang berbeda, yaitu antara wanita dan pria.
 
 

Tugas 5 / siti aisyah_1112051000144_kpi 5e




Nama : Siti Aisyah

Nim : 1112051000144 / KPI 5e

Etika  Dalam Komunikasi dan Kebudayaan

Tinjauan etika bisa dari berbagai segi, seperti kebudayaan, filsafat dan agama. Sekarang kita membicarakan etika, khususnya etika komunikasi dari segi kebudayaan dan agama. Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti pada media massa, tidak berarti akan memberi pedoman tindakan yang dianggap etis. Apalagi ada sementara orang yang menganggap bahwa media massa, khususnya media iklan, tidak mempunyai kepentingan dengan apa yang disebut etika.

Anggapan bahwa media komunikasi adalah sarana pendidikan dan pembentuk kebudayaan masyarakat memang masih bisa dibenarkan. Tetapi dari pihak lain bahwa gejala televisi sudah begitu jauh menerobos kehidupan manusia juga patut diwaspadai secara khusus. Media komunikasi, khususnya media iklan, memang sangat bersinggungan dengan masalah etika atau moral. Melalui symbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan yang berada dalam kemanusiaan kita.

Media iklan dalam arti tertentu berlaku juga untuk media elektronik dan cetak sangat mempermainkan dan mengeksploitasi nafsu terdalam manusia. Produsen media atau iklan mempunyai kepentingan untuk dengan segala upaya menggalakkan nafsu membeli dari konsumen. Hal ini dia lakukan dengan cara menarik perhatian nafsu-nafsu yang sudah tersedia dalam bentuk konsumen. Perlu juga diperhatikan bahwa yang menjadi target dan konsumen media komunikasi itu juga manusia. Barang komoditif itu hanya sarana untuk mengejar sesuatu tujuan. Menawarkan barang atau informasi perlu juga dengan usaha meyakinkan melalui bukti-bukti  ilmiah supaya masuk akal. Informasi itu harus diletakkan dalam konteks suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu.

Pemasangan iklan atau ilustrasi komersial, dan sebagainya terus diusahakan untuk menunjukkan bagaimana nafu-nafsu itu perlu dipuaskan melalui symbol-simbol rekaan yang diproduksi secara taktis. Tidak mengherankan kalau ada orang yang mengatakan bahwa media komunikasi, khususnya iklan komersial, sesungguhnya menjadi ilusi dari pada menyediakan kebutuhan primer manusiawi.

Dunia modern dengan media komunikasi mencipta gaya hidup dengan memberi pandangan bahwa kepribadian, harga diri dan kebahagiaan hanya dapat diperoleh melalui pembelian dan pemilik sebuah barang komoditif. Etika komunikasi juga tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Tetapi dari suatu kepentingan dengan cara apapun juga kebenaran yang dimaksud sesungguhnya hanya dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan itu. Kebenaran disederhanakan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berpikir tertentu.

Selama ini memang ada kaitan khusus antara ilmu pengetahuan dengan kekuasaan. Kebenaran yang diperoleh dari hasil penelitian dan perkembangan dunia ilmu pengetahuan biasanya diinformasikan melalui symbol-simbol public dan disebarluaskan semaksimal mungkin. Karena itu, dalam arti tertentu apa yang dimaksud sebagai kebenaran ilmiah juga akan sangat tergantung pada pihak-pihak yang mampu merekayasa, menguasai dan mendayagunakan symbol-simbol dalam media komunikasi itu. Berdasarkan keterkaitan media komunikasi, pesan kebenaran yang mau disampaikan dan kekuasaan, maka dapat dilihat tiga fungsi komunikais massa, yaitu:

Mengingat dan menteragamkan

Memproduksi dan memperbarui

Mendistribusiakan dan mengontrol

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif setiap orang dalam sebuah masyarakat bersistem diandaikan mempunyai kebebasan untuk menafsir dan mempunyai orientasi nilai kebudayaan yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi penting dari media komunikasi bisa dipandang sebagai bahan perekat yang mampu mengikat warga sebuah kelompok atau  masyarakat tertentu. Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi atau pemikiran yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama. Selain itu media komunikasi juga berfungsi menawarkan sebuah sintesis.

Melalui media komunikasi sebuah realitas nyata, atau menolaknya karena menganggapnya sebagai sebuah takhayul atau khayalan ideologis berkala. Media komunikasi dapat juga membuat orang kreatif. Mengarahkan masyarakat kepada masa depan dengan menghadirkan dalam masa kini melalui pertukaran kata-kata dan pesan dalam bentuk ramalan, harapan, dan imbauan. Media komunikasi juga dapat menghasilkan transformasi dengan cara menyediakan beragam informasi, menyebarluaskan dan mendesakkan pendapat tertentu.

Fungsi komunikais yang lain ialah mendistribusikan dan mengontrol. Control dilakukan dengan cara menghasilkan dan memaksakan sebuah aturan main yang membatasi pihan-pilihan pola bahasa dan perilaku yang tersedia bagi konsumen. Berdasarkan norma-norma komunikasi yang sudah dilakukan seseorang diharuskan untuk bertindak atau berbicara secara tertentu pula. Dengan begitu, media komunikasi menyaring, memilih mana yang perlu atau tidak perlu, memolesnya dan mengatur atau mendistribusikan infromasi yang masuk dan keluar. Control dilaksanakan juga dengan cara menentukan berita, peristiwa atau nilai-nilai mana yang layak disampaikan dan direncanakan untuk disampaikan selanjutnya,.

Media komunikasi yang berstruktur baku seperti ini berfungsi secara efektif untuk mengatur isi kepala dan keyakinan warga masyarakat bahwa yang perlu bukannya apa yang dapat dipikirkan, tetapi bagaimana berpikir dan membatasi pemikiran itu hanya dalam hal-hal tertentu saja. Itu karena jenis komunikasi yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat sesungguhnya mampu mengatakan juga siapakah dan macam apakah masyarakat yang bersangkutan itu. Komunikasi dan media komunikasi yang sesuungguhnya adalah cerminan dari masyarakat miliknya dapat bermuka dua. Komunikasi dan media komunikasi justru menyatakan kekuatan dahsyat untuk mengubah. Komunikasi dan media komunikasi dapat berfungsi sebagai penyampai berita, tetpai juga mampu sebagai pengarah bagaimana sebuah berita seharusnya diterima.

Dalam arti tertentu bahasa, adat dan agama memang merupakan produk social akal budi dari sebuah komunitas. Akal  budi seseorang dianggap taka akan berkembang secara manusiawi dan berubah secara social kalau tak hidup dalam komunitas. Media komunikasi lebih berfungsi untuk menghasilkan sebuah dunia atau gambar-gambar rekaan untuk sebuah gaya hidup tertentu. Media komunikasi tidak lagig bertujuan untuk mencari dan menemukan sebuah kualitas kemanusiaan yang lebih tinggi. Tanpa kebebasan berpikir dan berbincang-bincang tentang berbagai macam informasi komunikatif yang disampaikan bisa jadi itulah kemanusiaan yang dimiskinkan. Apalagi hal itupun dihasilkan oleh salah satu hasil rekayasa kebudayaan manusia.


Sent from Samsung tablet

Cari Blog Ini