Minggu, 26 Oktober 2014

Tugas Ke-5 Imas Hayati Nufus KPI 5 E

Nama   : Imas Hayati Nufus                            Kelas   : KPI 5 E

Nim     : 1112051000159                                Tugas   : ke-5

ETIKA DALAM KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN

Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti pada media massa, tidak berarti akan memberi pedoman tindakan yang dianggap etis. Kita harus lebih waspada terhadap taktik komunikasi modern yang membuat perubahan dan perkembangan kehidupan dalam masyarakat berlangsung begitu cepat. Anggapan bahwa media komunikasi adalah sarana pendidikan dan pembentuk kebudayaan masyarakat memang masih bisa dibenarkan.

Media komunikasi, khususnya media iklan, memang sangat bersinggungan dengan masalah etika atau moral. Etika komunikasi juga tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Kebenaran disederhanakan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berpikir tertentu.

Ditambah lagi selama ini memang ada kaitan khusus antara ilmu pengetahuan dengan kekuasaan. Kebenaran yang diperoleh dari hasil penelitian dan perkembangan dunia ilmu pengetahuan biasanya diinformasikan melalui simbol-simbol publik dan disebarluaskan semaksimal mungkin.

Karena itu, dalam arti tertentu yang dimaksud sebagai kebenaran ilmiah juga akan sangat tergantung pada pihak-pihak yang mampu merekayasa, menguasa dan mendayagunakan simbol-simbol dalam media komunikasi itu.

Berdasarkan keterkaitan media komunikasi, pesan kebenaran yang mau disampaikan dan kekuasaan, maka dapat dilihat tiga fungsi komunikasi massa, yaitu:

1.      Mengikat dan menyeragamkan

Untuk mengikat kelompok penerima komunikasi dan menyeragamkan informasi yang hendak disampaikan diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan: pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan relativitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat lain. Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi atau pemikiran yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama.

2.      Memproduksi dan memperbaharui

Mudah terjadi dalam dunia modern dengan kemajuan pesat dalam bidang transportasi dan komunikasi beragam informasi dan produk yang dihasilkan dan teredia akan saling bersaing.

Lebih lanjut penyebaran pengetahuan, informasi dan produk itu sedapat mugkin diusahakan secara terikat dan seragam. Tujuan pokoknya biasanya adalah untuk menjangkau semua konsumennya secara maksimal. Para pemilik modal dan produsen barang bekerja sama dengan para distributor dan pihak-pihak yang berkaitan akan sangat berkepentingan agar seluruh konsumennya di setiap Negara mempunyai kebudayaan atau adat yang seragam.

Maka tidak diragukan lagi bahwa para distributor akan melatih para eksekutif dan staf karyawannya untuk menjadi lebih loyal kepada "kebenaran" milik perusahaan daripada loyal kepada "kebenaran-kebenaran" lain yang diikatkan pada kebangsaan atau ikatan primordial yang lain.

3.      Mendistribusikan dan mengontrol

Kontrol dilakukan dengan cara menghasilkan dan memaksakan sebuah aturan main yang membatasi pilihan-pilihan pola bahasa dan perilaku yang tersedia bagi konsumen. Media televisi yang bagi sebagian masyarakat dianggap telah terlalu jauh menerobos kehidupan privat keluarga dan rumah tangga adalah salah satu contoh.

 Kontrol dilaksanakan juga dengan cara menentukan berita, peristiwa atau nilai-nilai mana yang layak disampaikan dan direncanakan untuk disampaikan selanjutnya. Sebuah kontrol yang mampu mempengaruhi bentuk dan isi adat atau kebudayaan seseorang seperti ini dapat juga berbuah lebih jauh.

Sebuah media dapat saja menentukan siapa-siapa saja yang boleh menerima informasi, dan informasi mana saja yang akan dibagi-bagikan kepada orang lain. Media komunikasi menyaring, memilih mana yang perlu atau tidak perlu, memolesya dan mengatur atau mendisribusikan informasi yang masuk dan keluar.[1]



[1] Sudirman Tebba, Filsafat dan Etika Komunikasi, (Tangerang Selatan; Penerbit Pustaka Irvan), 2008, hlm. 115-125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini