Etika dalam Komunikasi dan Kebudayaan: Memahami Dimensi Etika dalam Ruang Kebudayaan
Etika merupakan bagian dari aksiologi yang cakupannya lebih luas. Selain etika ia juga mencakup logika dan estetika. Sementara tinjauan etika juga bisa dilihat dari berbagai segi. Seperti kebudayaan, filsafat, dan agama.
Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti media massa, tidak berarti akan memberi tindakan yang dianggap etis. Apalagi ada sementara orang yang menganggap bahwa media massa. Khususnya media iklan, tidak mempunyai kepentingan dengan apa yang disebut etika. Anggapan bahwa media komunikasi adalah sarana pendidikan dan pembentuk kebudayaan masyarakat memang masih bisa dibenarkan. Tetapi bdari pihak lain bahwa gejala televisi sudah begitu jauh menerobos kehidupan manusia juga patut diwaspadai secara khusus,
Media komunikasi, khususnya media iklan, memang sangat bersinggungan dengan masalah atika atau moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan yang berada dalam kemanusiaan.
Kemudian etika komunikasi juga tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Tetapi dari suatu kepentingan dengan cara apapun juga kebenaran yang dimaksud sesungguhnya hanya dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan itu. Kebenaran disederhanaan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berfikir tertentu. Karena itu, dalam arti tertentu apa yang dimaksud sebagai kebenaran ilmiah juga akan sangat tergantung pada pihak-pihak yang mampu merekayasa, menguasai, dan mendayagunakan simbol-simbol dalam media komunikasi itu.
Berdasarkan keterkaitan media komunikasi, pesan kebenaran yang mau disampaikan dan kekuasaan, maka dapat dilihat dari tiga fungsi komunikasi massa:
1. Mengikat dan menyeragamkan
2. Memproduksi dan memperbaharui
3. Mendistribusikan dan mengontrol
Untuk mengikat kelompok penerima pesan dan menyeragakan informasi yang hendak disampaikan, diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan: pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan relativitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat lain. Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama.
Selain itu, media komunikasi menyeediakan sarana untuk menghasilkan sebuah pengetahuan atau kebenaran, sehingga masyarakat mengetahui mana atau apa saja hal yang benar atau salah, asli atau palsu. Media komunikasi dapat juga membuat orang kreatif, mengarahkan masyarakat kepada masa depan dengan menghadirkannya dalam masa kini melalui pertukaran kata-kata dan pesan dalm bentuk ramalah, harapan, dan imbauan. Media komunikasi juga dapat menghasilkan perubahan (transformasi) dengan cara menyediakan beragam informasi, menyebarluaskan dan mendesakkan pendapat tertentu.
Fungsi komunikasi yang lain adalah mendistribusikan dan mengontrol. Control dilakukan dengan cara menghasilkan dan memaksakan sebuah aturan main yang membatasi pilihan-pilihan pola bahasa dan perilaku yang tersedia bagi konsumen. Bagi mereka yang melanggarnya akan dihakimi atau dicap komunikator yang tidak sopan. Dengan begitu media komunikasi mengontrol dan berfungsi sebagai satpam yang menjaga pintu; menentukan siapa saja yang boleh menerima informasi, dan informasi yang mana saja yang akan dibagi-bagikan kepada orang lain.
Komunikasi dan media komunikasi yang sesungguhnya adalah cerminan dari masyarakat miliknya dapat bermuka dua; di satu sisi dapat menjasi pendukung status quo dan di sisi lain menyatakan kekuatan dahsyat untuk mengubah. Komunikasi dan media komunikasi dapat berfungsi sebagai penyampaian berita, tetapi juga mampu sebagai pengarah bagaimana sebuah berita seharusnya diterima.
Dalam arti tertentu bahasa, adat dan agama merupakan produk sosial akal budi dari sebuah komunitas. Akal budi seseornag dianggap tak akan berkembang dan berbuah secara sosial kalau tidak hidup dalam produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas itu meskipun hanya produk kebudayaan yang simbolik dan metaforis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar