Minggu, 26 Oktober 2014

Muhammad Arif Fathurrahman_1112051000154_KPI 5E_Etika dan Filsafat Komunikasi

Nama  : Muhammad Arif Fathurrahman
NIM    : 1112051000154
Kelas   : 5E
Tugas  : Etika dan Filsafat Komunikasi
 
Etika Komunikasi: Etika Komunikasi dan kebudayaan
Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti pada media massa, tidak berarti akan memberi pedoman tindakan yang dianggap etis. Apalagi ada sementara orang yang menganggap bahwa media massa, khususnya media iklan, tidak mempunyai kepentingan dengan apa yang disebut etika.
Media komunikasi, khususnya media iklan, memang sangat bersinggungan dengan masalah etika atau moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan yang berada dalam kemanusiaan kita.
Kemudian etika komunikasi juga tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Tetapi dari suatu kepentingan dengan cara apapun juga kebenaran yang dimaksud sesungguhnya hanya dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan itu. Kebenaran disederhanakan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berpikir tertentu.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif setiap orang dalam sebuah masyarakat bersistem diandaikan mempunyai kebebasan untuk menafsirkan dan mempunyai orientasi nilai kebudayaan yang kurang lebih sama.
Karena itu, salah satu fungsi penting dari media komunikasi bisa dipandang sebagai bahan perekat yang mampu mengikat warga sebuah kelompok atau masyarakat tertentu. Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi atau pemikiran yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama.
Komunikasi dan media komunikasi yang sesungguhnya adalah cerminan dari masyarakat miliknya dapat bermuka dua. Dari satu muka komunikasi dan media komunikasi dapat menjadi pendukung status quo. Dari muka yang lain, komunikasi dan media komunikasi justru menyatakan kekuatan dahsyat untuk mengubah. Komunikasi dan media komunikasi dapat berfungsi sebagai penyampai berita, tetapi juga mampu sebagai pengarah bagaimana sebuah berita seharusnya diterima.
Dalam arti tertentu bahasa, adat dan agama memang merupakan produk sosial akal budi dari sebuah komunitas. Akal budi seseorang dianggap tak akan berkembang secara manusiawi dan berbuah secara sosial kalau tak hidup dalam produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas itu, meskipun produk yang dimaksud juga hanya produk kebudayaan yang simbolik dan metaforis.
Masalahnya adalah media komunikasi modern sekarang ini cenderung tidak lagi menyajikan makna dan pesan yang komunikatif. Media komunikasi lebih berfungsi untuk menghasilkan sebuah dunia atau gambar-gambar rekaan untuk sebuah gaya hidup tertentu. Media komunikasi tidak lagi bertujuan untuk mencari dan menemukan sebuah kualitas kemanusiaan yang lebih tinggi.
Dengan kesadaran akal budinya seseorang dapat saja memilih sebuah cita-cita (bukan perintah) yang ditawarkan oleh sebuah komunitas tertentu. Cita-cita yang biasanya mensyaratkan kontrol atas birahi, nafsu atau keinginan lain yang juga melekat pada kemanusiaan. Ketiadaan kebebasan menggunakan akal budi sesungguhnya adalah sebuah obsesi, khayalan, atau bahkan preokupasi.
Tanpa kebebasan berpikir dan berbincang-bincang tentang bagaimana macam informasi komunikatif yang disampaikan bisa jadi itulah kemanusiaan yang dimiskinkan. Apalagi hal itupun dihasilkan oleh salah satu hasil (jerat) rekayasa kebudayaan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini