Minggu, 26 Oktober 2014

Achmad Faizal Riwanto(1112051000155)/ KPI 5E/ Etika dan filsafat komunikasi

Nama   : Achmad Faizal Riwanto
NIM    : 1112051000155
Kelas   : KPI 5E
 
Etika dalam Komunikasi kebudayaan : Memhami Dimensi Etika dalam ruang Kebudayaan
 
  Komunikasi itu muncul, karena adanya kontak, interaksi dan hubungan antar warga masyarakat yang berbeda kebudayaannya.Sehingga "kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah kebudayaan, begitulah kata Edward T. Hall. Jadi sebenarnya tak ada komunitas tanpa kebudayaan, tidak ada masyarakat tanpa pembagian kerja, tanpa proses pengalihan atau transmisi minimum dari informasi. Dengan kata lain, tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak ada kebudayaan tanpa komunikasi. Di sinilah pentingnya kita mengetahui komunikasi antarbudaya itu.
Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti pada media massa, tidak berarti akan member pedoman tindakan yang dianggap etis. Apalagi ada sementara orang yang menganggap bahwa media massa, khususnya media iklan, tidak mempunyai kepentingan apa yang disebut etika. Media komunkasi, khususnya media iklan, memang sangat bersinggungan dengan masalah etika atau moral. Tetapi dari pihak lain bahwa gejala televisi sudah begitu jauh menerobos kehidupan manusia juga patut diwaspadai secara khusus. Perlu juga diperhatikan yang menjadi target dan konsumen media komunikasi itu juga manusia.
Kemudian etika komunikasi juga tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunkasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Tetapi dari suatu kepentingan dengan cara apapun juga kebenaran yang dimaksud sesungguhnya hanya dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan itu. Kebenaran disederhankan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berfikir tertentu.
Berdasarkan keterkaitan media komunikasi, pesan kebenaran yang mau disampaikan dan kekuasaan, maka dapat dilihat dari tiga fungsi komunikasi massa:
1.      Mengikat dan menyeragamkan
2.      Memproduksi dan memperbaharui
3.      Mendistribusikan dan mengontrol
Untuk mengikat kelompok penerima pesan dan menyeragakan informasi yang hendak disampaikan, diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan: pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan relativitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat lain. Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama. Selain itu, media komunikasi juga berfungsi menawarkan sebuah sintetis. Mudah terjadi bahwa dalam dunia modern dengan kemajuan pesat dalam bidang transportasi dan komunikasi beragam informasi dan produk yang dihasilkan dan tersedia akan saling bersaing.
Selain itu media komunikasi memang menyediakan sarana untuk menghasilkan sebuah pengetahuan atau kebenaran, sehingga masyarakat mengetahui mana atau apa saja hal yang benar atau salah, asli atau palsu. Media komunikasi dapat juga membuat orang kreatif, mengarahkan masyarakat kepada masa depan dengan menghadirkannya dalam masa kini melalui pertukaran kata-kata dan pesan dalm bentuk ramalah, harapan, dan imbauan. Media komunikasi juga dapat menghasilkan perubahan (transformasi) dengan cara menyediakan beragam informasi, menyebarluaskan dan mendesakkan pendapat tertentu. Dengan begitu media komunikasi mengontrol dan berfungsi seperti satpam yang menjaga pintu.
Komunikasi dan media komunikasi sesungguhnya adalah cerminan dari masyarakat miliknya dapat bermuka dua. Dari satu muka komunikasi dan media komunikasi dapat menjadi pendukung status quo. Dari muka yang lain, komunkasi justru menyatakan kekuatan dahsyat untuk mengubah. Komunikasi dan media komunikasi dapat berfungsi sebagai penyampai berita, tetapi juga mampu sebagai pengarah bagaimana berita seharusnya diterima.
Masalahnya adalah komunikasi modern sekarang ini cenderung tidak lagi menyajikan makna dan pesan komunikatif. Media komunikasi lebih berfungsi untuk menghasilkan sebuah dunia atau gambar-gambar rekaan untuk sebuah gaya hidup tertentu dan tidak lagi bertujuan untuk mencari dan menemukan sebuah kualitas kemanusiaan yang lebih inggi. Tanpa kebebasan berfikir dan berbincang-bincang tetangga sebagai macam informasi komunikatif yang disampaikan bisa jadi itulah kemanusiaan yang dimiskinkan. Apalagi hal itupun dihasilkan oleh satu hasil (jerat) rekayasa kebudayaan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini