Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Minggu, 29 September 2013
NITA LISTIANAH KPI/1C_Tugas 4_Economy and Society, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism
Syifa Fauziah_KPI 1/B_Tugas 4_Teori Max Weber
fadlu zaty mubarak kpi1b_tugas4_economic and society dan protestan ethic and spirit of capitalizm
Yumaretsa Ridwan KPI 1 A_Tugas4_Max Weber
The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism
Dalam buku ini weber memaparkan pendangannya mengenai kausalitas dan keterkaitan antara etika Protestan dan munculnya kapitalisme di Eropa Barat. Ia menyatakan yang dimaksud dengan kausalitas adalah kemungkinan suatu peristiwa diikuti atau disertai peristiwa lain. Menurutnya mencari keajekan historis, pengulangan dan keparalelan saja tidak cukup. Namun, peneliti harus melihat alasan, sekaligus makna, perubahan-perubahan historis .
Ada sesuatu hal yang menarik dan perlu diingat dalam buku ini mengenai pemikiran Weber tentang kausalitas adalah keyakinan dia bahwa karena kita dapat memiliki pemahaman khusus tentang kehidupan sosial ,penegetahuan kausal atau ilmu-ilmu sosial berbeda dengan pengetahuan kausal tentang ilmi-ilmu alam.
Pemikiran Weber tentang kausalitas terkait erat dengan upayanya memahami konflik antara pengetahuan nomotetis dengan pengetahuan idografis. Mereka yang menganut sudut pandang nomotetis akan beragumen bahwa terdapat hubungan pasti antar fenomena sosial, sementara itu para pendukung perspektif idiografis cenderung hanya melihat hubungan acak antar entitas-entitas tersebut.
Weber mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan antara Etika Protestan dan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat. Menurutnya muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Baratberlangsung secara bersamaan dengan perkembangan Sekte Kalvinisme dalam agama Protestan.
Economic and Society
Dalam buku ini Weber menjelaskan tipe-tipe ideal. Menurutnya tipe-tipe ideal adalah perangkat heuristik yang digunakan dalam irisan realitas sejarah yang berfungsi sebagai alat pembanding dengan realitas empiris untuk menentukan ketidaksesuaian ataupun kemiripan, untuk menggambarkannya dengan konsep yang paling dapat dipahami secara tepat, dan untuk menentukan dan menjelaskannya secara kasual. Karena memiliki deinisi yang seperti ini, Weber tidak sepenuhnya konsisten dengan caranya menggunakan tipe ideal. Pada level paling dasar, tipe ideal adalah konsep yang dikonstruksi oleh ilmuwan sosial, menurut minat dan orientasi teoretisnya, dalam rangka memahami ciri utama fenomena sosial.
Tipe-tipe ideal harus masuk akal di dalam dirinya sendiri, makna komponen-komponennya harus kompatibel, dan semua hal itu harus membantu kita memahami dunia riil. Ada beberapa macam tipe ideal yang weber tawarkan, yaitu :
1) tipe ideal histories
Tipe ini terkait dengan fenomena yang ditemukan pada epos sejarah tertentu (misalnya, pasar kapitalistis modern).
2) tipe ideal sosiologis umum
Tipe ini terkait dengan fenomena yang bersinggung dengan beberapa periode historis dan masyarakat (misalnya, birokasi).
3) tipe ideal tindakan
Tipe ini merupakan tipe tindakan murni yang didasarkan pada motivasi pelaku (misalnya, tindakan afektual).
4) tipe ideal struktural
Tipe ini merupakan bentuk sebab dan akibat tindakan sosial (misalnya, dominasi tradisional).
Sumber: Ritzer, G., & Goodman, D. J. TEORI SOSIOLOGI. Bantul : KREASI WACANA.
Shera Maulidia KPI 1B_Tugas 4_Max Weber
Max Weber
Economic and Society
Weber cenderung tidak menekankan isu-isu metodologis. Weber memfokuskan perhatiannya pada karya substantif: "hanya dengan mengungkapkan dan memecahkan masalah-masalah substantiflah ilmu dapat dibangun dan metodenya dapat berkembang". Untuk membahas metodologi Weber, mula-mula kita harus mengurai pemikirannya yang membicarakan hubungan sejarah dengan sosiologi.
Weber merasa bahwa sejarah (sosiologi historis) membahas individualitas dan generalitas. Pandangan Weber tentang sosiologi historis sebagian dibangun oleh ketersediaan,dan komitmennya pada studi tentang data historis.
Weber cenderung menyibukkan dirinya dengan data historis. Hal ini pun menciptakan masalah serius dalam memahami karyanya. Singkatnya, Weber percaya bahwa sejarah terdiri dari bentangan fenomena spesifik yang tiada habisnya.
Weber merasa bahwa sosiologi memiliki kelebihan daripada ilmuan alam. Kelebihan tersebut terletak pada kemampuan sosiologi untuk memahami fenomena sosial, sementara ilmuan alam tidak dapat memperoleh pemahaman serupa. Pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen. Istilah ini oleh Weber dalam peneliatan historis adalah sumbangan yang paling banyak dikenal, dan paling kontroversial terhadap metodologi sosiologi kontemporer.
Aspek lain dari metodologi Weber adalah komitmennya pada studi kausalitas. Weber cenderung melihat studi sebab-sebab fenomena sosial berada di dalam wilayah sejarah, bukan sosiologi. Yang dimaksud dengan kausalitas adalah kemungkinan suatu peristiwa diikuti atau disertai peristiwa lain.
Weber percaya bahwa tanggung jawab sosiologi adalah mengembangkan perangkat konseptual. Perangkat konseptual tersebut adalah tipe-tipe ideal. Tipe-tipe ideal adalah perangkat heuristic yang digunakan dalam irisan realitas sejarah.menurut Weber, tipe ideal secara induktif berasal dari dunia riil sejarah sosial. Meskipun tipe-tpe ideal harus berasal dari dunia riil,mereka tidak dapat menjadi cerminan citra dunia tersebut. Tipe-tipe ideal harus masuk akal di dalam dirinya sendiri, dan juga harus dikembangkan secara keseluruhan. Sejalan dengan pandangan Weber bahwa tidak mungkin ada konsep abadi dan tetap dalam ilmu sosial.
Macam-macam tipe ideal:
1. Tipe ideal historis
2. Tipe ideal sosiologi umum
3. Tipe ideal tindakan
4. Tipe ideal struktural
Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism
The Protestant Ethic bukanlah buku tentang kelahiran kapitalisme modern, melainkan tentang asal usul semangat tertentu yang pada akhirnya membuat kapitalisme modern berkembang dan mulai mendominasi ekonomi.
Menurut pandangan Weber, semangat kapitalisme tidak dapat didefinisikan begitu saja berdasarkan kerakusan ekonomi. Justru sebaliknya. Dia adalah system etika yang menjadi salah satu pendorong terjadinya kesuksesan ekonomi. Di masyarakat lain, upaya mengejar keuntungan dipandang sebagai perbuatan individu yang sekurang-kurangnya pasti dimotivasi oleh kerakusan.
Namun, Protestanisme berhasil mengalihkan upaya mencari keuntungan menjadi semacam jihad moral. Topangan moral inilah yang secara tak terduga mendorong terjadinya ekspansi besar-besaran dalam mencari keuntungan, dan melahirkan sistem kapitalis.
Sebenarnya, dalam banyak hal, kapitalisme modern, karena sekularitasnya, bertentangan dengan Calvinisme dan dengan agama pada umumnya. Kini kapitalisme telah menjadi entitas riil yang mengombinasikan norma, nilai, pasar, uang, dan hukum.
Sumber: Teori Sosiologi – George Ritzer, Douglas J. Goodman