Senin, 27 Oktober 2014

Tugas ke5_Nirma Sugiarti_1112051000136_KPI 5D

NAMA : NIRMA SUGIARTI
NIM : 1112051000136
KELAS : KPI 5D

Etika Komunikasi dan Kebudayaan                                                    
Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti pada media massa, tidak berarti akan memberi pedoman tindakan yang dianggap etis. Apalagi ada sebagian orang yang menganggap bahwa media massa khususnya media iklan tidak mempunyai kepentingan dengan apa yang disebut etika.
Anggapan bahwa media komunikasi adalah sarana pendidikan dan pembentukan kebudayaan masyarakat memang masih bisa dibenarkan. Tetapi dilain pihak bahwa gejala televisi sudah begitu jauh menerobos kehidupan manusia juga patut diwaspadai secara khusus.
Media komunikasi khusunya iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memeperhitungkan dan memanfaaatkan nafsu , perasaan, dan keinginan yang berada dalam kemanusiaan kita.
Produsen media atau iklan mempunyai kepentingan dengan segala upaya menggalakkan nafsu membeli dari konsumen. Hal ini dilakukan dengan cara menarik perhatian nafsu-nafsu yang sudah tersedia dalam benak konsumen.
Di kalangan para pemerhati masalah-masalah sosial diajukan sebuah proposisi bahwa ada ketidakseimbangan antara kekuasaan, perekonomian dan kelompok atau komunitas masyarakat. Sementara itu ada orang dari pihak lain yang menganggap bahwa setiap warga masyarakat tidak perlu untuk ikut campur masalah politik dan ekonomi. Orang seperti ini akan beranggapan bahwa sebuah iklan tidak mungkin efektif untuk mempengaruhi seorang modern.
Dunia modern dengan media komunikasi menciptakan gaya hidup dengan memberi pandangan bahwa kepribadian, harga diri, dan kebahagiaan hanya dapat diperoleh melalui pembelian dan pemilikan sebuah barang komoditi.
Tidak heran bahwa dengan gaya hidup konsumeritis seperti ini manusia kemudian hanya mencintai harta benda milik sendiri. Manusia memboroskan afeksi mereka kepada barang-barang material dan akan sangat enggan berbuat sama atau membagikan afeksinya kepada manusia lain sesamanya.
Kemudian etika komunikasi juga sangat jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Tetapi dari suatu kepentingan dengan cara apapun juga kebenaran yang dimaksud sesungguhnya adalah dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan itu. Kebenaran disederhanakan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan dengan cara berpikir tertentu.
Untuk mengikat kelompok penerima komunikasi atau konsumen dan menyeragamkan informasi yang hendak disampaikan diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan. Pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan relativitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat yang lain.
Salah satu fungsi penting dari media adalah sebagai bahan perekat yang mampu mengikat warga sebuah kelompok atau masyarakat tertentu, media komunikasi menyediakan perangkat asumsi atau pemikiran yang sejenis untuk menghasilakn sebuah identitas bersama.
Selain itu media komunikasi juga berfungsi menawarkan sebuah sintesis. Mudah terjadi bahwa dalam dunia modern dengan kemajuan pesat dalam bidang transportasi dan komunikasi beragam informasi dan produk yang dihasilkan dan tersedia akan saling bersaing. Media komunikasi juga dapat membuat orang kreatif dan dapat menghasilkan perubahan atau transformasi serta sebagai alat kontrol.
Kontrol yang dilakukan ialah dengan cara menghasilkan dan memaksakan sebuah aturan main yang membatasi pilihan-pilihan pola bahasa dan perilaku yang tersedia bagi konsumen. Berdasarkan pola-pola komunikasi yang sudah dibakukan seseorang diharuskan untuk bertindak atau berbicara secara tertentu juga. Mereka yang melanggar akan dihakimi sebagai yang tidak afektif atau di cap komunikator yang tidak sopan.
Dalam arti tertentu, bahasa adat dan agama memang merupakan produk sosial akal budi dari sebuah komunitas. Akal budi seseorang akan dianggap tak akan berkembang secara manusiawi dan berbuah secara sosial kalau tak hidup dalam produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas itu, meskipun produk yang dimaksud juga hanya produk kebudayaan yang simbolik dan metaforis.
Tanpa kebebasan berpikir dan berbincang-bincang tentang berbagai macam informasi komunikatif yang disampaikan bisa jadi itulah kemanusiaan yang dimiskinkan. Apalagi hal itu dihasilkan oleh salah satu hasil (jerat) rekayasa kebudayaaan manusia.

Sumber: Sudirman Tebba, Filsafat dan Etika Komunikasi, (Tangerang: Pustaka IrVan, 2008)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini