Senin, 27 Oktober 2014

sarah meida pratiwi/kpi5E/1112051000160/etika dalam komunikasi dan kebudayaan

Nama  : Sarah Meida Pratiwi
Kelas   : KPI 5 E
NIM    : 1112051000160
Etika dalam Komunikai dan Kebudayaan: Memahami Dimensi Etik dalam Ruang Kebudayaan
 
Menurut  Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti pada media massa, tidak akan memberi pedoman tindakan yang dianggap etis. Apalagi ada sementara orang yang menganggap bahwa media massa, khususnya media iklan, tidak mempunyai kepentingan dengan apa yang disebut etika.
Anggapan bahwa media komunikasi adalah sarana pendidikan dan pembentukan kebudayaan masyarakat memang masih bisa dibenarkan. Tetapi pada pihak lain bahwa gejala televise sudah begitu jauh menerobos kehidupan manusia juga patut diwaspadai. Media  komunikasi, khususnya media iklan, memang sangat bersinggungan dengan masalah etika atau moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfatkan nafsu, perasaan, dan keinginan yang berada dalam kemanusiaan kita.
Perlu juga diperhatikan bahwa yang menjadi target dan konsumen media komunikasi itu juga manusia. Barang komoditi itu hanya sarana untuk mengejar sesuatu tujuan. Masalah pokok yang perlu kita lihat, yaitu bahwa nilai-nilai kehidupan masyarakat modern konsumerintis sudah dikomoditifkan. Kita mengukur diri kita ini bernilai hanyalah berdasarkan pada apa yang kita peroleh dan apa yang kita punyai. Dunia modern dengan media komunikasi mencipta gaya hidup dengan memberi pandangan bahwa kepribadia, harga diri dan kebahagiaan hanya dapat diperoleh melalui pembelian dan pemilikan sebuah barang komoditi.
Kemudian etika komunikasi juga tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Tetapi dari suatu kepentingan dengan cara apapun juga kebenaran yang dimaksud sesungguhnya hanya dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan itu. Kebenaran disederhanakan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berpikir tertentu.
Untuk mengikat kelompok peneriman komunikasi atau konsumen dan menyeragamkan informasi yang hendak disampaikan diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan: pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan relativitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat yang lain.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif setiap orang dalam sebuah masyarakat bersistem diandaikan mempunyai kebebasan untuk menafsir dan mempunyai orientasi nilai kebudayaan yang kurang lebih sama. Karena itu, salah satu fungsi penting dari media komunikasi bisa dipandang sebagai bahan perekat yang mampu mengikat warga sebuah kelompok atau masyarakat tertentu.  Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi atau pemikiran yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama. Selain itu media komunikasi juga berfungsi menawarkan sebuah sintesis.
Media komunikasi memang menyediakan sarana untuk menghasilkan sebuah pengetahuan atau kebenaran, sehingga masyarakat terdukung untuk mengetahui mana atau apa saja hal-hal yang salah atau benar, asli atau palsu. Melalui media komunikasi sebuah realitas nyata, atau menolaknya karena menganggapnya sebagai takhayul atau khayalan ideologis belaka. Media komunikasi juga dapat menghasilkan perubahan (transformasi) dengan cara menyediakan beragam informasi, menyebarluaskan dan mendesakkan pendapat tertentu.
Fungsi komunikasi yang lain ialah mendistributsikan dan mengontrol. Control dilakukan dengan cara menghasilakna sebuah aturan main yang membatasi pilihan-pilhan pola bahasa dan perilaku yang tersedia bagi konsumen. Berdasarkan norma-norma komunikasi yang sudah dilakukan seseorang diharuskan untuk bertindak atau berbicara secara tertentu pula. Mereka yang melanggarnya akan dihakimi sebagai yang tidak efektif atau dicap komunikator yang tidak sopan. Control dilaksanakan juga dengan cara menentukan berita, peristiwa atau nilai-nilai mana yang layak disampaikan dan direncanakan untuk disampaikan selanjutnya.
Komunikasi dan media komunikasi yang sesungguhnya adalah cerminan dari masyarakat miliknya dapat bermuka dua. Dari satu muka komunikasi dan media komunikasi dapat menjadi pendukung status quo. Dari muka yang lain, komunikasi dan media komunikasi justru menyatakan kekuatan dahsyat untuk mengubah. Komunikasi dan media komunikasi dapat berfungsi sebagai penyampaian berita, tetapi juga mampu sebagai pengarah bagaimana sebuah berita seharusnya diterima.
Dalam arti tertentu bahasa, adat, dan agama memang merupakan produk social akal budi dari sebuah komunitas. Akal budi seseorang dianggap tak akan berkembang secara manusiawi dan berbuah secara social kalau tak hidup dalam produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas itu, meskipun produk yang dimaksud juga hanya produk kebudayaan yang simbolik dan metaforis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini