Senin, 27 Oktober 2014

Tugas ke 5 Etika dan Filsafat Komunikasi

Nama : Nenden Nelawati
NIM     :1112051000135
kelas  : KPI 5 E

Etika Komunikasi dan Kebudayaan

Etika merupakan bagian dari aksiologi, dimana dalam aksiologi memiliki cakupan yang lebih luas, selain etika ia juga mencakup logika dan estetika. Sementara tinjauan etika juga bisa dari berbagai segi, seperti kebudayan, filsafat dan agama. Menurut Budi Susanto SJ, berbicara tentang etika komunikasi, seperti pada media massa, tidak berarti akan member pedoman tindakan yang dianggap etis.
Kita harus lebih waspada terhadap taktik komunikasi modern yang membuat perubahan dan perkembangan kehidupan dalam masyarakat berlangsung begitu cepat. Anggapan bahwa media komunikasi adalah sarana pendidikan dan pembentukan kebudayaan masyarakat memang masih dibenarkan. Media komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika atau moral. Melalui symbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaakan nafsu, perasaan, dan keinginan yang berada dalam kemanusiaan kita. Sesungguhnya media iklan dalam arti tertentu berlaku juga untuk media elektronik dan cetak sangat mempermainkan dan mengeksploitasi nafsu terdalam manusia. Hal ini dia lakukan dengan cara menarik perhatian nafsu-nafsu yang sudah tersedia dalam benak manusia.
Perlu juga diperhatikan bahwa yang menjadi target dan konsumen media komunikasi itu juga manusia. Barang komoditi itu hanya sarana untuk mengejar sesuatu tujuan. Menawarkan barang atau informasi perlu juga dengan usaha meyakinkan melalui bukti-bukti ilmiah supaya masuk akal. Informasi itu harus diletakkan dalam konteks suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu. Komoditi cukup sering dijual dengan cara menggoda nafsu, naluri, kebiasaan atau pikiran dan kemudian menawarkan kemungkinan pemuasan terhadapnya. Sehingga tidak mengherankan jika ada orang yang mengatakan bahwa media komunikasi khususnya iklan komersial, sesungguhnya menjual ilusi dari pada menyediakan kebutuhan primer manusiawi.
Nilai-nilai kehidupan masyarakat modern konsumeristis sudah dikomoditikan. Kita mengukur diri kita ini bernilai hanya berdasar pada apa yang kita peroleh dan apa yang kita punyai. Banyak orang modern merasa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan kalau mereka memasuki masa pensin. Ini semua karena mereka merasa dibebani anggapan bahwa sudah tidak mampu lagi menghasilkan sebagaimana diharapkan masyarakat.
Kemudian etika komunikasi juga tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi bersfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Karena itu, dalam arti tertentu apa yang dimaksud sebagai kebenaran ilmiah juga akan sangat tergantung pada pihak-pihak yang mampu merekayasa, menguasai dan mendayagunakan symbol-simbol dalam media komunikasi itu. Berdasarkan keterkaitan media komunikasi, peran kebenaran yang mau disampaikan dan kekuasaan, maka dapat dilihat tiga fungsi komunikasi massa, yaitu :
1.      Mengikat dan menyeragamkan
2.      Memproduksi dan memperbaharui
3.      Mendistribusikan mengontrol
Untuk mengikat kelompok penerima komunikasi atau konsumen dan menyeragamkan informasi yang hendak disampaikan diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimkasud dengan kebudayaan : pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan realitivitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat yang lain.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif setiap orang dalam sebuah masyarakat bersistem diandaikan mempunyai kebebasan untuk menafsir dan mempunyai orientasi nilai kebudayaan yang kurang lebih sama. Karena itu, salah satu fungsi penting dari media komunikasi bisa dipandang sebagai bahan perekat yang mampu mengikat warga sebuah kelompok atau masyarakat tertentu. Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi atau pemikiran yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama. Pemilik modal dan produsen barang bekerjasama dengan para distributor dan pihak-pihak lain yang berkaitan akan sangat berkepentingan agar para konsumen mereka disetiap negara atau lokasi geografis mempunyai kebudayaan atau adat yang seragam.  
Media komunikasi menyediakan sarana untuk menghasilkan sebuah pengetahuan atau kebenaran, sehingga masyarakat terdukung untuk mengetahi mana atau apa saja hal-hal yang salah atau benar, asli atau palsu. Media komunikasi dapat juga membuat orang kreatif. Mengarahkan masyarakat kepada masa depan dengan menghadirkannya dalam masa kini melalui pertukaran kata-kata dan pesan dalam bentuk ramalan, harapan, dan imbauan. Media komunikasi juga dapat menhasilkan perubahan (transformasi) denga cara menyediakan beragam informasi, menyebarluaskan dan mendesakkan pendapat tertentu. Fungsi komunikasi yang lain ialah mendistribusikan dan mengontrol. Kontrol dilakukan dengan cara menghasilkan dan memaksakan sebuah aturan main yang membatasi pilihihan-pilihan pola bahasa dan prilaku yang tersedia bagi konsumen. Mereka yang melanggarnya akan dihakimi sebagai yang tidak efektif atau dicap komunikator yang tidak sopan.
Sebuah kontrol yang mampu mempengaruhi bentuk dan isi adat atau kebudayaan seseorang seperti ini dapat juga berbuah lebih jauh. Dalam arti tertentu bahasa, adat, dan agama memang merupakan produk sosial akal budi dari sebuah komunitas. Akal budi seseorang dianggap tak akan berkembang secara manusiawi dan berbuah secara sosial kalau tak hidup dalam produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas itu, meskipun produk yang dimaksud hanya produk kebudayaan yang simbolik dan metaforis.
Masalahnya adalah media komunuikasi modern sekarang ini cenderung tidak lagi menyajikan makna dan pesan yang komunikatif. Media komunikasi lebih berfungsi untuk menghasilkan sebuah dunia atau gambar rekaan untuk sebuah gaya hidup tertentu. Dengan kesadaran akal budinya seseorang dapat memilih sebuah cita-cita (bukan oerintah) yang ditawarkan oleh sebuah komunitas tertentu. Tanpa kebebasan berfikir dan berbincang-bincang tentang berbagai macam informasi komunikatif yang disamapaikan bisa jadi itulah kemanusiaan yang dimiskinkan. Apalagi hal itupun dihasilkan oleh salah satu hasil (jerat) rekayasa kebudayaan manusia.[1]
 
Sumber Buku :
Tebba, Sudirman . Filsafat dan Etika Komunikasi. Pustaka Irvan. Ciputat. 2008
 


[1] Sudirman Tebba. Filsafat dan Etika Komunikasi. (Ciputat:Pustaka Irvan, 2008).hal 115-125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini