ETIKA DALAM KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN
Dalam kehidupan manusia berlaku berbagai hal yang penting dan saling berkaitan. Di antaranya yang paling poko merupakan adat kehidupan serta kebudayaan yang melingkupinya. Edward B. TaylorKebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Ruben (1984 : 302-312) menyebutkan beberapa karakteristik dari kebudayaan (dan subbudaya) yaitu : Kompleks dan banyak segi tidak dapat dilihat Berubah sejalan dengan waktu.Jika kita menganalisis dan mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayan kompleks dari unit masyarakat yang bedar maupun kebudayaan (atau subbudaya) dari unit hubungan kecil yang lebih akrab (seperti komunitas di penjara, lembaga pendidikan, kelompok etnis, dll) akan ditemukan sejumlah segi yang kompleks dan saling berkaitan berperan didalamnya, sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi (khususnya untuk unit masyarakat yang besar/luas akan banyak sekali unsur-unsur yang berperan sehingga sulit mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi).
Bersandar pada pendekatan humanistik, konseptualisasi komunikasi sebagai proses transaksional ini dalam pengertian tertentu merupakan sebuah peristiwa sosial, yakni peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Ketika individu-individu tersebut berinteraksi, maka akan terjadi proses belajar meliputi aspek kognitif dan afektif, proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi) dan mekanisme penyesuaian seperti sosialisasi, permainan peranan, identifikasi, proyeksi, agresi, dan sebagainya. Proses komunikasi sebagai peristiwa sosial tersebut nampak pada seluruh proses kehidupan manusia dalam perjalanannya belajar menjadi manusia. Bayi manusia tidak lebih dari seonggok daging sampai ia belajar mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya melalui tangisan, tendangan, atau senyuman. Segera setelah ia berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya, terbentuklah perlahan-lahan apa yang menjadi kepribadiannya. Manusia tidak dibentuk oleh lingkungan, namun oleh caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik tapi juga lingkungan sosial dan budaya melalui jalur komunikasi.
Pengertian komunikasi pun semakin meluas hingga menyentuh ranah budaya. Karena menurut Fiske, terdapat keterkaitan erat antara unsur-unsur budaya dan komunikasi dalam membangun relasi dan kehidupan bersama. Ia menegaskan bahwa komunikasi adalah sentral bagi kehidupan budaya kita. Hal tersebut sejalan dengan pandangan komunikasi sebagai interaksionisme simbolik yang menyebutkan bahwa makna-makna dalam kelompok sosial dilanggengkan melalui interaksi yang terjadi di dalamnya. Interaksi sosial memberikan, melanggengkan, dan mengubah aneka konfensi seperti peran, norma, aturan dan makna-makna dalam suatu kemompok sosial. Konsekuensinya, komunikasi kemudian selalu melibatkan studi kebudayaan dan berintegrasi sebagai suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan..
Referensi:
Fiske, John. 2004. Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komperehensif. Yogyakarta: Jalasutra
Koentjoroningrat. 1989. Budaya, Mentalitas, dan Pembangunan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar