Senin, 27 Oktober 2014

ETIKA5_WITA EKA SUCITA(1112051000126)_KPI5E

Etika Dalam Komunikasi Kebudayaan: Memahami Dimensi Etik Dalam Ruang Kebudayaan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai kita bangun tidur sampai kemudian tidur lagi, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal, ataupun non verbal, entah itu komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi organisasi.
Menyandang predikat sebagai makhluk sosial, manusia selalu terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, baik secara kelompok maupun secara personal. Dalam keterlibatannya dalam interaksi manusia melakukan pertukaran pesan melalui berbagai macam cara simbol yang disepakati bersama dimana pancaindera yang dimiliki dapat secara maksimal dan saling memberikan umpan balik. Komunikasi memang terjadi dalam lingkup kecil (hanya 2-3 orang) ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan psikologis dan mutu hubungan kita dengan orang lain.
Etika mengandung arti penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan , sikap yang mengandung analisis-analisis konsep-konsep , seperti harus, mesti, benar salah, mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, tetapi mempersoalkan cara manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma, di antaranya norma hukum, norma moral, norma agama, dan norma sopan santun.
Pada dimensi ethos, komunikator indivual dalam aktifitas sosial atau komunikator institusional, selayaknya menguasai tiiga aspek: berpengetahuan luas, kepribadian terpercaya, dan status terhormat. Pertama, pengetahuan luas hanya mungkin diperoleh apabila komunikator membangun jaringan sosial, mengasah kepekaan intelektual, dan mengembangkan ikatan serta norma-norma sosial pada unit satuan masyarakat terbawah sampai dengan unit satuan masyarakat lapis menangah. Kedua, kepribadian terpercaya hanya dapat dibangun melalui proses panjang relasi dan interaksi sosial secara harmonis. Ketiga, status terhormat sebagai salah satu bentuk pengakuan dan penghargaan sosial, tidaklah datang secara tiba-tiba dan lansung jadi.
Kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan  dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstak. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Meluille J. Herskovit dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan memang praktik warga sehari-hari.
K.S Sitaramdan Roy Cogdell (Johannesen, 1996; 231) menyajikan standar etika komunikasi antarbudaya sebagai berikut:
1. Memperlakukan budaya khlayak dengan penghormatan yang sama terhadap budaya sendiri.
2. Memahami landasan budaya dan nilai-nilai orang lain.
3. Tidak pernah menganggap lebih tinggi standar etika yang diyakininya.
4. Berusaha keras memahami kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang lain.
5. Menghargai cara berpakaian orang dari budaya lain.
6. Tidak memandang rendah orang lain karena ia berbicara dengan aksen yang berbeda.
7. Tidak menciptakan suasana untuk menebalkan stereotip tentang orang lain.
8. Tidak memaksakan nilai yang diyakininya kepada orang yang berbeda budaya.
9. Berhati-hati dengan simbol nonverbal yang digunakan pada budaya orang lain.
10. Tidak berbicara dengan bahasa yang sama dengan orang dari budaya yang sama di hadapan orang yang tidak mengerti bahasa tersebut.
Dalam prakteknya, wujud kebudayaan tersebut: mengenai isi atau ruang lingkup kebudayaan itu adalah mencangkup aspek kehidupan (hidup rohaniah) dan penghidupan (hidup jasmaniah) manusia. Etika yang ada membuat setiap orang dapat memiliki penilaian yang berbeda terhadap etika komunikasi.
Referensi:
A.S Haris Sumadiria, Sosiologi Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rektama Media), 2014.
Muh. Said, Etik Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Prandnya Paramita), 1980.
Richard L. Johansen, Etika Komunikasi,( Bandung: Rosda), 1996.
Saeful Muhtadi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia), 2013.
Wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini