Senin, 27 Oktober 2014

Tugas 5_Etika filsafat Komunikasi_Tiara Desta Arum(1112051000124)_KPI5D

Tugas 5: Etika dalam komunikasi dan kebudayaan : memahami dimensi etik dalam ruang kebudayaan
Dalam istilah filsafat, etika berarti ilmu tentang apa yang  biasa dilakukan atau ilmu tentang adat dan kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Tindakan manusia ditandai oleh berbagai macam norma. Etika menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap semua norma dari luar dan dari dalam, supaya manusia mencapai kesadaran moral dan otonom.
Komunikasi diperlihatkan sebagai ilmu yang berhubungan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain. Ini menandakan bahwa komunikasi menyentuh berbagai macam bidang kehidupan manusia. Etika komunikasi mencoba untuk mengelaborasi standar etika yang digunakan oleh komunikator dan komunikan. Budaya (culture) adalah produksi dan sirkulasi dari rasa, makna, dan kesadaran. Ranah makna yang menyatukan ranah produksi (ekonomi) dan hubungan sosial (politik). Dengan kata lain, budaya adalah ranah reproduksi bukan atas benda-benda (material) tetapi atas hidup.[1]
Hubungan antar budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antarbudaya oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar komunikasi. Kemiripan budaya dalam presepsi memungkinkan makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial maupun peristiwa. Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya bahasa yang kita gunakan, dan perilaku-perilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan respons terhadap dan fungsi budaya kita. Komunikasi itu terikat oleh budaya. Sebagaimana budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi individu-individu yang diasuh dalam budaya-budaya tersebut akan berbeda pula (Mulyana: 2000,25).
·           Memahami Dimensi Etik dalam Ruang Kebudayaan
Orang jawa seringkali diidentifikasikan dengan lemah kelembutan, gaya dan nada bicara yang pelan, meskipun dalam mengekspresikan kemarahannya. Sehingga apabila ada perlombaan mendorong mobil, orang Solo akan menjadi suku terlama yang menyelesaikan tugasnya, dan akan menjadi pemenangnya adalah orang Ambon, karena kecepatan dan kelugasannya dalam hitung. Stereotip sebagai orang pelit sering kali dilekatkan pada saudara kita yang berlatar belakang etnis Tionghoa, padahal ini tidak terlepas dari pola hidup hemat dan suka menabung yang mereka miliki.
Dalam lingkup komunikasi global, kita sering menghakimi bahwa orang Barat, bule, baik dari Eropa maupun Amerika, sebagai manusia yang kurang sopan hanya karena, misalnya ada perbedaan nilai kesopanan dalam menggunakan tangan kiri dan kanan. Karena dalam budaya Indonesia, hanya tangan yang boleh digunakan dalam memberikan atau menunjuk sesuatu. Tangan kiri bisa saja digunakan asal diikuti oleh ungkapan penanda kesopanan, seperti tabik atau maaf.[2]
Perbedaan dalam budaya akan mempengaruhi bagaimana cara orang tersebut dalam komunikasi. Dimensi etik dalam komunikasi dalam ruang kebudayaan adalah, seseorang dari suku atau memiliki budaya tertentu harus memahami perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal dari orang yang memiliki budaya yang berbeda. Dalam etika, perilaku manusia menjadi pembelajaran yang harus dipahami. Sehingga dimensi etik dalam kebudayaan ini juga menuntut kita harus mempunyai sikap toleransi dan saling menghormati antar perbedaan budaya. Di Indonesia sendiri pun memiliki ratusan budaya berbeda dari berbagai wilayah di Indonesia. Kita tidak boleh mengatakan salah terhadap tindakan dan perilaku adat istiadat budaya tertentu, karena itu adalah tindakan dan perilaku dari nenek moyang mereka yang telah diajarkan kemudian diteruskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
 


[1] Hartley John, Communication, Cultural, & Media Studies, ( Yogyakarta: Jalasutra, 2010),hlm. 29
[2] Mufid Muhammad, Etika dan Filsafat Komunikasi,(Jakarta: Kencana: 2009), hlm. 259
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini