Senin, 27 Oktober 2014

Tugas Ke- 5_ Ahmad dede Kurniadi _KPI 5D_1112051000109

Etika Dalam Komunikasi Dan Kebudayaan : Meahami Dimensi Etik Dalam Ruang Kebudayaan

Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia. Tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik, dinamakan etika. Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan komunikasi yang berlaku di suatu masyarakat. Etika dalam berkomunikasi merupakan ajaran kesusilaan yang melekat pada diri seseorang untuk berbuat, berucap dan berkelakuan. Dengan adanya etika yang dimiliki oleh seseorang agar bisa mengetahui dan bagaimana bergaul, berbicara, berpenampilan, dan bersikap yang lebih serta memiliki rasa hormat yang kuat pada semua orang. Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia secara umum. Kurangnya pemahaman antar sesama dapat memunculkan miss communication yang akan berujung pada timbulnya berbagai macam prasangka dan salah paham. Dalam berbagai macam perbedaan tersebut, kita harus mampu beradaptasi dengan cepat. Nilai-nilai yang membentuk etika harus kita pahami dengan benar karena sebenarnya tidak ada komunikasi yang tidak menggunakan nilai-nilai etika di dalamnya, setiap bentuk komunikasi selalu menggunakan etika walaupun dalam kadarnya masing-masing sesuai dengan konteks, tujuan dan situasi yang ada.

 Dinamika suatu masyarakat dapat dipacu karena adanya pengakuan akan perbedaan. Memang tidak dapat dihindari bahwa dalam beberapa hal perbedaan yang muncul itu tentu dapat saja menimbulkan konflik sosial yang akan mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat. Akan tetapi, menurut Coser (1956) (dalam Sairin, 2002) disisi lain konflik yang muncul dari suatu perbedaan akan menumbuhkan dan mendorong dinamika kehidupan masyarakat untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Untuk dapat hadir secara dinamis, suatu kesatuan sosial, membutuhkan sebuah 'instrumen' yang mampu mengikat setiap anggota masyarakat yang berbeda-beda itu dalam sebuah sistem, dan sistem inilah yang kemudian disebut dengan kebudayaan.

Budaya atau kebudayaan bisa dibebut juga hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. mengandung tuntutan atau keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia mengandung nilai–nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, bahakan mampu meningktkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang beretika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan. Inti dari kegagalan komunikasi adalah kesulitan-kesulitan untuk memahami etika komunikasi yang harus dihadapi masyarakat, yang diakibatkan perbedaan dalam ekspektasi budaya masing-masing. Perilaku manusia memang tidak bersifat acak. Semakin mengenal budaya orang lain, semakin terampillah kita memperkirakan ekspektasi orang itu dan memenuhi ekspektasinya tersebut.

Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku manusia sangat bergantung pada budaya tempat dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula peraktek-peraktek komunikasi. Untuk memahami interaksi antarbudaya, terlebih dahulu harus memahami komunikasi manusia. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, apa yang dapat terjadi, akibat dari apa yang terjadi, dan akhirnya apa yang dapat diperbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut.

Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antarbudaya. Namun apa yang terutama menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan penerimaannya berasal dari budaya yang berbeda. Ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi. Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya (Dedi Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, 2005:20).

Dalam arti tertentu bahasa,adat dan agama memang merupakan produk sosial akal budi dari sebuah komunitas. Akal budi seseorang dianggap tak akan berkembang secara manusiawi dan berbuah secara sosial kalau tidak hidup dalam produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas itu, messkipun produk yang dimaksud juga hanya produk kebudayaan yang simbolik dan metafori

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini