Senin, 27 Oktober 2014

Much Mugni Noorrachman (NIM 11.12.051.000.104) – KPI 5D 2014 – Etika dan Filsafat Komunikasi – Tugas V “Etika dalam Komunikasi dan Kebudayaan”

Much Mugni Noorrachman (NIM 11.12.051.000.104) – KPI 5D 2014 – Etika
dan Filsafat Komunikasi – Tugas V "Etika dalam Komunikasi dan
Kebudayaan"
ETIKA DALAM KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN: Memahami Dimensi Etik dalam
Ruang Kebudayaan
بسم الله الرحمٰن الرحيم

DIMENSI BUDAYA
Keterkaitan antara dimensi budaya dengan ilmu komunikasi tidak
terlepas dari estetika. Sedangkan estetika sendiri berhubungan dengan
nilai pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya (Bakhtar, 2004: 166). Ilmu
komunikasi dari sudut estetika merupakan seni, karena di dalamnya
termuat seni retorika, seni film, dll. Dalam estetika dibicarakan
sesuatu itu indah ataukah tidak indah. Sehubungan dengan hal tersebut
komunikasi antar budaya dianggap hal yang sangat penting dalam
pembangunan.
Komunikasi adalah pertukaran simbol, jadi komunikasi antar budaya
adalah petukaran simbol dari dua orang atau lebih (etnis/ras) yang
dilatarbelakangi oleh faktor perbadaan budaya (Purwasito, 2004: 2),
antara lain:
a. Bahasa,
b. Keyakinan,
c. Adat istiadat (norma dan nilai),
d. Kepercayaan,
e. Status sosial-ekonomi, dan sebagainya.
Komunikasi antar budaya ini sangat penting dalam pembangunan karena
lewat hal tersebut, komunikasi dapat berlangsung optimal demi
tercapainya tujuan secara lebih cepat. Terkait dengan estetika, suatu
budaya di satu daerah dianggap bagus/indah, belum tentu di daerah lain
juga demikian. Misalnya, orang Papua menggunakan Koteka pada
kesehariannya. Mungkin di daerah Papua hal tersebut dianggap indah,
tetapi tidak demikian anggapan masyarakat Jawa, yang menilai pemakaian
koteka tersebut terlalu vulgar pada budaya Jawa, sehingga dianggap
tidak indah. Demikian juga sebaliknya.
Maka dengan adanya komunikasi antar budaya tersebut dapat terjadi
pertukaran simbol, yang mana simbol-simbol itu berhubungan erat dengan
estetika. Apabila pertukaran simbol itu terjadi, maka akan muncul
interpretasi. Dari interpretasi akan muncul makna mengenai simbol,
yang berkaitan dengan estetika. Pemaknaan tersebut tentunya tidak
terlepas dari nilai-nilai keindahan dari simbol, sehingga dengan
adanya komunikasi antar budaya ini pembangunan akan berjalan lancar,
sebab dengan komunikasi antar budaya, nilai-nilai, budaya yang ada
dalam suatu masyarakat bisa dimengerti oleh masyarakat lain. Hal ini
dilakukan dalam tujuan supaya konflik antar budaya yang sekarang ini
sering terjadi, bisa diatasi demi lancarnya roda pembangunan.
Ilmu dalam perkembangannya ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan dan
keperluan hidup manusia secara lebih cepat, dan lebih mudah. Demikian
halnya dengan ilmu komunikasi, yang dalam perkembangannya berusaha
memenuhi kebutuhan dan keperluan manusia untuk berkomunikasi secara
lebih cepat dan mudah tanpa memikirkan masalah ruang dan waktu.
Tentunya ilmu komunikasi memiliki nilai guna yang begitu besar dalam
pembangunan. Nilai guna atau aksiologi ilmu komunikasi tercakup dalam
logika, estetika, dan etika.
Ilmu Komunikasi memiliki nilai guna yang dipandang dari dimensi moral,
sosial dan budaya dalam pembangunan. Dari dimensi moral, ilmu
komunikasi ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat
atau mengubah hakikat manusia. Dari dimensi sosial, ilmu komunikasi
bertujuan untuk mensosialisasikan ide-ide atau program-program
pembangunan, melakukan pengawasan lingkungan, menjadi hiburan
masyarakat yang bersifat positif, memperkokoh norma-norma sosial, dan
sebaganya. Sedang dari dimensi budaya, ilmu komunikasi diharapkan
mampu mengikis konflik antar budaya yang bisa menghambat laju
pembangunan serta memperkenalkan nilai-nilai budaya masyarakat, kepada
masyarakat lainnya.

Sumber:
FILSAFAT KOMUNIKASI pengantar Ontologis, Epistimologis, Aksiologis
karya Mohammad Zamroni. (Yogyakata: Graha Ilmu, 2009). Dan
FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI, karya Sudirman Tebba. (Ciputat: Pustaka
IrVan, 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini