Sabtu, 04 Oktober 2014

NAMA : M. HIDAYATUL MUNIR NIM : 1112051000131 KLS/SMSTR : 5 KPI E Tugas : Etika dan Filsafat Komunikasi

NAMA           : M. HIDAYATUL MUNIR
NIM                : 1112051000131
KLS/SMSTR : 5 KPI E
1.      Etika
Secara etimologi (bahasa) " etika" berasal dari kata bahasa Yunani ethos. Dalam bentuk tunggal , "ethos" berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan , adat, akhlak, perasaan, cara berfikir. Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
2.      Pengertian Moral
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bawa moral adalah penentuan baik buruk terhada perbuatan dan kelakuan.
Secara istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, peringai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Selanjutnya pengertian moral dijumpai juga dalam The Anvenced Leaner's Dictionary of Current English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut:
1.   Prinsip-prinsip yang berkenaan dangan benar dan salah, baik dan buruk.
2.   Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
3.   Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
3.      Pengertian Amoral dan imoral
Ø  K. Bertens, Etika, 1993;7-8 mengatakan mengenai istilah antara amoral dan immoral dalam bahasa Indonesia mengalami kesulitan. Oleh Concise Oxford Dictionary kata amoral diterangkan 'unconcerned with,out of the sphere of moral, non moral'. Jadi kata Inggris amoral berarti tidak berhubungan dengan konteks moral, diluar suasana etis, non moral. Sedangkan immoral dijelaskan sebagai opposed to morality, morally evil yang berarti bertentangan dengan moralitas yang baik, secara moral buruk tidak etis.
Ø  Menurut Dr. W. Poespoprodjo, L. Ph. S. S., Filsafat Moral, 1986;102; kata amoral, nonmoral berarti bahwa tidak mempunyai hubungan dengan moral tidak mempunyai arti moral. Istilah immoral artinya moral buruk (buruk secara moral).
 
4.      Perbedaan Etika dan Etiket
Kadang dalam kehidupan sehari-hari, batas antara etika dan etiket bisa sangat tipis. Padahal dua terminologi tersebut sangat berbeda satu sama lain, meskipun di sana sini tetap masih ada persamaan antara etika dan etiket.
Sementara ada perbedaan pokok antara etika dan etiket (lihat Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004; 257):
a)      Etika menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu. Etiket memberikan dan menunjukan cara yang tepat dalam bertindak. Sementara itu memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri.
b)     Etiket hanya berlaku dalam pergaulan sosial. Jadi etiket selalu berlaku ketika ada orang lain. Sementara itu, etika tidak memerhatikan orang lain atau tidak.
c)      Etiket bersifat relatif. Dalam arti bahwa terjadi keragaman dalam menafsirkan perilaku yang sesuai dengan etiket tertentu
d)     Etiket hanya menyangkut segi lahiriah saja, sedangkan etika lebih menyangkut aspek internal manusia
5.      Moralitas
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas atau nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Dua kaidah dasar Moral :
a)      Kaidah sikap baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik baik itu harus dinyatakan dalm bentuk yang konkret tergantung dari apa yang baik dalam situasi konkret itu.
b)      Kaidah keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.
 
6.      Subyektif
Norma bersifat subyektif dan akibatnya sering kali di ganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang menginginkan kejelasan tentang etis atau tidaknya.
7.      Perbedaan Etika Deskritif, Etika Normatif dan Metaetika
a)      Etika Deskritif
Etika Deskritif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baik dan buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskritif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau subkultur tertentu. Oleh karena itu, etika deskritif tidak memberikan pemikiran apapun, ia hanya memaparkan, serta lebih bersifat netral.
b)      Etika Normatif
Etika Normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara lebih kritis. Etika Normatif berarti sistem-sistem yang dimaksud  untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk (Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 1996:217).
Etika Normatif dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Ø  Etika umum
Ø  Etika Khusus
Etika umum menekankan pada tema-tema umum, seperti. Apa yang dimaksud norma etis?  Mengapa norma moral mengikat kita? Bagaimana hubungan tanggung jawab dengan kebebasan? Sedangkan etika khusus adalah upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum ke dalam perilaku manusia yang khusus. Etika khusus juga dinamakan etika terapan.
c)      Metaetika
Bagian lain etika adalah metaetika, yaitu kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etis. Bahasa etis atau bahasa yang digunakan dalam bidang moral dikaji secara logis. Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan baik atau buruk. Perkembangan lebih lanjut dari metaetika adalah filsafat analitis.
            Lorens Bagus dalam kamus filsafat (1996) merincikan pandangan beberapa filsuf mengenai teori etika, antara lain:
Ø  Scorates beranggapan bahwa menderita selalu lebih baik daripada berbuat jahat.
Ø  Plato memandang yang baik sebagai suatu forma eternal yang harus direalisasikan dalam kehidupan manusia
Ø  Aristoteles memandang bahwa tujuan manusia adalah kebahagiaan atau eudai monia (kesejahteraan, kesentosaan). Kebajikan dapat ditemukan dengan mencari "jalan tengah emas" (Via Media Aura)
8.      Hakikat Etika Filosofis
Filsafat ialah seperangkat keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, cita-cita, aspirasi-aspirasi dan tujuan-tujuan, nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan dan prinsip etis. Menurut Sidney Hook, filsafat juga pencari kebenaran, tentang baik atau buruk untuk memutuskan bagaimana seseorang harus memilih atau bertindak dalam kehidupannya.
Florence Kluckholn, mengidentifikasikan sejumlah orientasi nilai yang tampaknya berkaitan dengan masalah kehidupan dasar:
1.      Manusia berhubungan dengan alam atau lingkungan fisik, dalam arti mendominasi, hidup dengan atau ditaklukan alam.
2.      Manusia menilai sifst/hakikat manusia sebagai baik atau campuran antara baik dan buruk.
3.      Manusia hendaknya bercermin pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Orientasi nilai tersebut sangat berbeda di antara berbagai kebudayaan dan subbudaya dalam masyarakat, khususnya sebagai bagian dari peranan-peranan social yang mereka sandang dalam masyarakat. Nilai-nilai mempunyai tingkatan-tingkatan seperti :
1.      Nilai-nilai akhir atau abstrak, seperti: keadilan, persamaan, kebebasan, kedamaian, dan kemajuan social.
2.      Nilai-nilai tingkat menengah, seperti : kualitas keberfungsian manusia/pribadi, keluarga yang baik, pertumbuhan dll.
3.      Nilai-nilai tingkat ketiga merupakan nilai-nilai instrumental atau operasional yang mengacu kepada ciri-ciri perilaku dari lembaga social yang baik.
4.      Nilai-nilai dan norma-norma yang telah diinternalisasikan ke dalam diri individu tersebut, sebagai prinsip-prinsip etik.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2009
Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A. Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini