Rabu, 15 Oktober 2014

Arif Syahrizal KPI 5 E tugas 3 1112051000133

Nama               : Arif Syahrizal
NIM                : 1112051000133
Kelas               : KPI 5 E
Tugas Ke         : 3 (tiga)
 
            Poedjawijatna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan rapat dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. Kata yunaninya ialah philosophia. Dalam bahasa Yunani kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia. Philo yang berarti cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu. Arti dari kata sophi adalah kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi menurut namanya saja filsafat boleh diartukan ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan.
            Menurut kutipan dari Abu Bakar Atjeh dapat diketahui bahawa dari segi bahasa, filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Melihat pengertian filsafat dari segi istilah berarti kita ingin melihat filsafat pada segi definisinya. Untuk membuat definis suatu objek kita harus mengetahui konotasi objek itu. Berikut ini dikutipkan beberapa definis yang dikemukakan oleh beberapa pengarang , sesuai dengan konotasi filsafat yang ditangkap oleh mereka.
            Poedjawijatna mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab sedalam dalamnya bagi segala sesuatu bedasarkan pikiran belaka. Kemudian Hasbullah Bakry mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah ia mendapatkan pengetahuan itu. Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli. Sedangkan menurut Al-Farabi filsafat ialah pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.
            Dalam rangka memahami apa filsafat itu, marilah kita perdalam sedikit pembahasan ini. Bila dirinci, dapatlah diketahui bahwa kesulitan membuat definisi filsafat, jadi berarti juga sulitnya memahami apa itu filsafat, adalah pertama kerena pengertian filsafat berkembang dari masa ke masa. Kesulitan yang kedua adalah karena pengertian filsafat itu berbeda antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya, dan kesulitan yang ketiga adalah karena kata filsafat itu telah dipakai untuk menunjuk bermacam-macam objek yang sesungguhnya berbeda.
 
 
 
            Dalam garis besarnya filsafat mempunyai tiga cabang besar, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, teori nilai. Teori pengetahuan pada dasarnya membicarakan cara memperoleh pengetahuan. Teori hakikat membahas semua objek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat. Yang ketiga, teori nilai atau disebut juga sebagai aksiologi, membicarakan guna pengetahuan tadi. Dalam ringkasannya adalah sebagai berikut ini :
Ø  Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan, disebut dengan epistemologi.
Ø  Teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri, disebut dengan ontologi.
Ø  Teori nilai membicarakan guna pengetahuan itu, disebut aksiologi.
 
A.    EPISTEMOLOGI
 
Epistemologi membicarakan simber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.
Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun. Nanti, tatkala ia 40 tahunan, pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dari pada dia dalam bidang yang sama atau berbeda.
Pengetahuan manusia itu ada 3 macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan menggunakan berbagai alat.
Jhon Locke, bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan ruwet, lalu tersusunlah pengetahuan berarti. Berarti, bagaimana pun kompleks (ruwet)-nya pengetahuan manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar. Kerana itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen.
Kelemahan aliran ini cukup banyak. Kelemahan pertama ialah indera terbatas. Dalam hal ini indera tidak mampu melihat kerbau secara keseluruhan dari badannya. Jika kita melihatnya dari depan, yang kelihatan adalah kepala kerbau, dan kerbau pada saat itu memang tidak mampu sekaligus memperlihatkan ekornya. Kesimpulannya adalah empiris lemah karena keterbatasan indera manusia. Oleh karena itu muncullah aliran rasionalisme.
Secara singkat aliran rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek.
 
 
 
 
 
 
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, manusia untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengana akal. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja karena ada bahan dari indera.
Indera dan akal yang bekerja sama belum juga dapat dipercaya mampu mempeoleh pengetahuan yang  lengkap, yang utuh atau sempurna. Dengan indera, manusia hanya mampu mengetahui bagian bagian tertentu tentang objek.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini