Muhammad Ihsan Fauzi (1113051000118)
KEKUATAN SOSIAL DALAM PERKEMBANGAN TEORI SOSIOLOGI
I. Auguste Comte
Comte mengembangkan fisika sosial (yang pada tahun 1839 disebut sosiologi). Penggunaan istilah fisika sosial jelas menunjukkan bahwa Comte berupaya agar sosiologi meniru model "hard sciences". Ilmu baru ini adalah ilmu yang mempelajari social statics (statika sosial atau struktur sosial) dan social dynamics (dinamika sosial atau perubahan sosial). Meski keduanya dimaksudkan untuk menemukan hukum-hukum kehidupan sosial, Comte merasa bahwa dinamika sosial lebih penting daripada statika sosial. Tekanan pada perubahan sosial ini mencerminkan perhatiaannya yang sangat besar terhadap reformasi sosial terutama pada penyakit-penyakit sosial yang diciptakan oleh Revolusi Perancis dan pencerahan kala itu. Comte tidak menginginkan perubahan revolusioner karena ia merasa revolusi masyarakat secara alamiah akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Reformasi hanya diperlukan untuk membantu proses. Meskipun Comte mempunyai basis akademik yang kurang kuat untuk membangun teori sosiologi alirannya sendiri, tetapi ia telah meletakkan fondasi bagi pengembangan aliran teori sosiologi.
II. Emile Durkheim
Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi dan diujinya melalui studi empiris. Dalam The Rule of Socioloogical Method (1895/1982) Durhkeim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Ia membedakan fakta sosial antara dua tipe fakta sosial: material dan nonmaterial. Meski ia membahas keduanya dalam karyanya, perhatian utamanya lebih tertuju pada fakta sosial nonmaterial (misalnya kultur, institusi sosial) daripada fakta material (birokrasi, hukum). Perhatiannya terhadap fakta sosial nonmaterial ini telah jelas dalam karyanya paling awal, The Division of Labor in Society (1893/1964). Dalam buku ini perhatiannya tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang membuat masyarakat dikatakan primitive atau modern.
III. Karl Marx
Marx sebenarnya sedikit sekali memimpikan keadaan masyarakat seperti yang diimpikan pemikir sosialis utopian (Lovell,1992). Marx lebih memikirkan upaya mematikan kapitalisme menggantinya dengan sosialisme. Untuk menciptakan sistem sosialisme, orang harus bertindak pada waktu dan dengan cara yang tepat. Sosialisme menurut pengertian paling mendasar adalah suatu masyarakat di mana mula-mula orang akan mendekati citra ideal Marx tentang produktivitas. Dimana produktivitas manusia bersifat alamiah, yang memungkinkan manusia mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang manusia miliki. Dorongan itu diwujudkan bersama-sama dengan orang lain. Dengan kata lain manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial.
IV. Max Weber
Weber pada dasarnya mengemukakan teori kapitalisme, sedangkan karya Weber pada dasarnya adalah teori tentang proses rasionalisasi. Weber tertarik pada masalah umum seperti mengapa institusi sosial di dunia barat, berkembang semakin rasional sedangkan rintangan kuat tampaknya mencegah perkembangan serupa di belahan bumi lain. Meski konsep rasionalitas digunakan dengan berbagai cara yang berlainan dalam karya Weber, yang menjadi sasaran perhatian disini adalah salah satu dari empat jenis proses yang diidentifikasi oleh Kalberg (1980,1990,1994; lihat juga Brubaker, 1981) yakni rasionalitas formal. Rasionalitas formal meliputi proses berfikir actor dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan. Dalam hal ini pilihan dibuat dengan merujuk pada kebiasaan, peraturan, dan hukum yang diterapkan secara universal. Ketiganya berasal dari berbagai struktur berskala besar, terutama struktur birokrasi dam ekonomi. Weber mengembangkan teorinya dalam konteks dtudi perbandingan sejarah masyarakat Barat, Cina, India, dan beberapa masyarakat lain. Dalam studi ini mencoba melukisan faktor yang membanntu mendorong atau kembali merintangi perkembangan rasionalisasi.
Kesimpulan
Auguste Comte disetiap definisinya menuju kearah reformisme sosial yang menentang adanya revolusi perancis dikala itu. Begitu juga dengan Emile Durkheim, penekanannya terhadap sains dan reformisme sosial.
Perbandingan atas teori Karl Marx dengan Max Weber yang tidak berbanding lurus. Dalam hal ini Karl Marx lebih menekankan kepada sector ekonomi yang melukiskan kehidupan kapitalis. Hal ini berbeda Max Weber yang lebih menngunakan rasionalisasi dalam teorinya.
Referensi
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Penerbit Prenada media grup, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar