Nama : Syifa Thoyyibah (1111054000020)
Tema Proposal : Pengemis
Proposal Sosiologi Perkotaan
Tema Proposal : Pengemis
Proposal Sosiologi Perkotaan
Kehidupan Pengemis di Lingkungan Kampus
A.Latar Belakang Masalah
Kehidupan pengemis sangatlah memprihatinkan, mengapa begitu, karena mereka bekerja layak nya pegawai kantoran dari pagi hingga malem, tapi bedanya penghasilan mereka tidak sama dengan pegawai karena penghasilannya tidak menentu, dan lokasi yang berbeda-beda. Dan pada akhirnya, pengemis malah semakin banyak bertambah di mana-mana apalagi di lingkungan kampus, padahal mereka masih bisa mencari pekerjaan yang halal dan layak dari pada mengemis, hal itu disebabkan mungkin karena faktor malas bekerja.
Apalagi pada zaman sekarang ini banyak sekali pengemis yang berkedok sebagai peminta sumbangan yang belakangan ini muncul dikampus, tapi sebagaimana yang kita ketahui pengemis sekarang sudah banyak akal nya, bahkan memanipulasi keadaannya misalnya seperti berpakaian yang lusuh atau pura-pura sakit dengan tujuan menarik perhatian mahasiswa.
Dalam sebuah artikel penelitian tentang pengemis juga menyerang kampus di daerah Makassar, di jelaskan disitu bahwa sebenarnya apa yang mereka lakukan sekarang bukan atas kemauan mereka sendiri, dan sebenarnya mereka ingin sekali melakukan pekerjaan lain yang lebih layak dari sekarang. Akan tetapi keadaanlah yang memaksa mereka untuk melakukan pekerjaan seperti itu, dan kemampuan pekerjaan mereka yang tidak memadai. Dan itulah perkataaan salah seorang pengemis yang biasanya beroperasi di sekitar kampus.
Lalu mengapa tiba-tiba muncul pengemis disekitaran kampus, itu karena mereka melihat dan merasakan kalau mahasiswa bisa menajdi sumber pendapatan dan sasaran yang empuk bagi mereka, karena menurut mereka mahasiswa itu punya rasa simpati yang tinggi, dan itulah titik lemah mahasiswa yang bisa dimanfaatkan oleh mereka.Tanggapan mahasiswa pun banyak bermunculan yang sempat melihat pengemis kampus berkeliaran dari anak-anak hingga orang tua, diantaranya mengatakan sebaiknya pengemis di sekitaran kampus di tertibkan saja, dan opini lainnya mengatakan bahwa seharusnya pihak kampuslah yang turun langsung ke lapangan menangani hal tersebut.
Pentingnya meneliti kehidupan pengemis di lingkungan kampus bagi mata kuliah sosisologi perkotaan adalah kita dapat mengetahui bagaimana sebenarnya kehidupan para pengemis yang letaknya di perkotaan yang suka beroperasi di lingkungan kampus.
B. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan dari segi waktu , kesempatan, dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini hanya membahas tentang kehiduapn pengemis di lingkungan kampus saja.
C. Rumusan Masalah
1. Mengapa pengemis lebih memilih mengemis di lingkungan kampus, apakah tidak ada tempat lain yang lebih menguntungkan dari pada di kampus ?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan mereka lebih memilih menjadi pengemis daripada mencari pekerjaan yang layak ?
3. Bagaimana tanggapan mahasiswa dan pihak kampus terhadap pengemis yang berkeliaran di sekitaran kampus ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kehidupan sebenarnya pengemis yang memilih mengemis di kampus.
2. Untuk mengethui faktor apa saja yang menyebabkan pengemis berkeliaran di lingkungan kampus.
3. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa dan pihak kampus terhadap pengemis yang berkeliaran di kampus
Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang urgen bagi :
1. Peneliti
a. Untuk mengetahui manfaat kehidupan pengemis bagi peneliti
b. Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat termotivasi untuk lebih bersyukur terhadap kehidupan.
2. Keilmuan
Diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang kehidupan dan faktor pengemis di lingkungan kampus, dan dapat memberikan kontribusi keilmuaan bagi disiplin keilmuan sosiologi perkotaan dan seluruh disiplin keilmuan secara umum.
E. Metodologi Penelitian
Lokasi penelitian adalah dimana penelitian akan dilakukan, dalam penelitian ini lokasinya berada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarata, Jalan Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat-Tangerang Selatan.Waktu yang diambil dalam penelitian ini adalah setelah Ujian Tengah Semester sosiologi perkotaan.
Tekhnik pengambilan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara :
1. Observasi langsung.
2. Wawancara.
3. Dokumentasi.
F. Landasan Teori
Pengertian Pengemis.
Pengemis menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
Faktor Penyebab Mengemis.
Beberapa faktor penyebab tersebut di antaranya ádalah faktor yang ada di internal individu dan keluarga, internal masyarakat, dan eksternal masyarakat, yaitu di kota-kota tujuan aktivitas pengemis. Faktor-faktor penyebab ini dapat terjadi secara keseluruhan dan juga secara bersama-sama atau saling mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lainnya. Faktor internal dan keluarga yang dimaksudkan ádalah suatu keadaan di dalam diri individu dan keluarga yang mendorong mereka untuk melakukan kegiatan menggelandang dan mengemis.
Sementara itu Alkostar (1984) dalam penelitiannya tentang kehidupan gelandangan melihat bahwa terjadinya gelandangan dan pengemis dapat dibedakan menjadi dua faktor penyebab, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat-sifat malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat, adanya cacat fisik ataupun cacat psikis. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial, kultural, ekonomi, pendidikan, lingkungan, agama dan letak geografis.
Kemiskinan Individu Termasuk Salah Satu Faktor Menentukan Terjadinya Kegiatan Mengemis.
Melalui penelitian yang dilakukan ternyata Kondisi ini tercermin dari informasi yang diperoleh bahwa rata-rata penguasaan lahan Gepeng dan keluarganya adalah relatif sempit, yaitu 38,23 are, dengan interval antara 20-60 are. Terbatasnya penguasaan lahan diperburuk lagi oleh kondisi lahan yang tandus, kritis dan kurangnya ketersediaan air, kecuali saat musim hujan mengakibatkan mereka tidak dapat mengusahakan lahannya sepanjang tahun. Oleh karena itu, pada saat musim kemarau Gepeng dan keluarganya mencari penghasilan ke kota. Dan tidak di pungkiri lagi mereka mencari penghasilan di lingkungan kampus hanya untu memenuhi kebutuhan yang paling mendasar, yaitu kebutuhan pangan.
Dengan demikian, kesulitan memperoleh penghasilan dari lahan pertanian yang dikuasainya mendorong mereka untuk meninggalkan desanya dan terpaksa harus mencari penghasilan dengan cara-cara yang mudah dan tanpa memerlukan ketrampilan, yaitu menjadi Gepeng.
Faktor Umur Memberikan Pengaruh yang Cukup Signifikan Untuk Melakukan Kegiatan Mengemis.
Ternyata faktor umur memberikan pengaruh yang cukup besar, dimana sebagian dan pengemis yang ditemui adalah berusia yang masih sangat muda, yaitu kurang dari 13 tahun. Kondisi ini sangat berbeda atau berbanding terbalik dengan mereka yang telah menginjak usia remaja. Hal ini, tercermin dari hasil penelitian bahwa Gepeng yang berusia antara 15 – 40 tahun tidak ditemukan di empat kota yang menjadi lokasi studi. Hal yang menarik juga terlihat dari penelitian ini, yaitu tidak ditemukannya Gepeng yang berusia 15-40 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Kondisi ini memberikan indikasi bahwa laki-laki yang sudah dewasa sudah merasa tidak pantas lagi menjadi Gepeng karena malu. Selain itu, diperoleh informasi juga bahwa mereka yang berusia remaja telah beralih fungsi pekerjaan menjadi buruh, kuli, pembantu rumah tangga, tukang, termasuk buruh tani, khususnya pada musim-musim panen cengkeh di Kabupaten Buleleng.
Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan juga bahwa kaum perempuan berumur lebih dari 40 tahun sepertinya memberikan peluang yang lebih besar untuk memperoleh "belas kasihan" dari penduduk kota. Kondisi tersebut sangat wajar jika dikaji lebih lanjut dimana mereka akan mendapat beberapa keuntungan, di antaranya adalah sebagai berikut: calon pemberi uang akan iba melihat seorang ibu dengan anak kecil yang digendongnya uang yang diperoleh akan lebih banyak, selain terkadang mereka diberikan juga makanan, khususnya untuk anak yang digendongnya.
G. Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Beberapa faktor penyebab terjadinya pengemis ádalah faktor internal, yaitu individu dan keluarga Gepeng serta masyarakat , dan eksternal masyarakat, yaitu di kota-kota tujuan aktivitas pengemis terutama di kampus. Faktor-faktor penyebab ini dapat terjadi secara keseluruhan dan juga secara bersama-sama atau saling mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lainnya.
Faktor internal dan keluarga yang dimaksudkan ádalah suatu keadaan di dalam diri individu dan keluarga yang mendorong mereka untuk melakukan kegiatan menggelandang dan mengemis. Faktor-faktor tersebut ádalah : kemiskinan individu dan keluarga; yang mencakup penguasaan lahan yang terbatas dan tidak produktif, keterbatasan penguasaan aset produktif, keterbatasan penguasaan modal usaha, umur, rendahnya tingkat pendidikan formal, ijin orang tua, rendahnya tingkat ketrampilan ("life skill") untuk kegiatan produktif, sikap mental, dan
Faktor-faktor eksternal mencakup: kondisi hidrologis, kondisi pertanian, kondisi prasarana dan sarana fisik, akses terhadap informasi dan modal usaha, kondisi permisif masyarakat di kota, kelemahan pananganan Gepeng di kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar