Senin, 26 November 2012

Laporan Penelitian Lapangan 4, Pesantren dan Lembaga Formal dalam Persamaan Visi, Dityan Zahra P, KPI 1-E

PESANTREN DAN LEMBAGA FORMAL DALAM PERSAMAAN VISI

Nama : Dityan Zahra P
NIM     : 1112051000149
I.     Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang amat vital dalam kedudukan untuk membangun kemanusian, selain untuk membingkai manusia agar tidak, senarai dengan ucapan kunfusius "jika kebutuhan manusia hanya satu bulan maka tanamlah buahnya, jika kebutuhannya satu tahun tanamlah batangnya dan jika kebutuhannya beribu tahun lamanya maka didiklah manusianya", pendidikan merupakan kesinambungan antara ilmu dan masa depan sehingga ke gagalan masadepan dikarnakan bobroknya keilmuan dan sebaliknya banyak akan terjadi masalah masa depan dengan adanya proses keilmuan yang salah target dan peletakannya.
Pesantren sebagai gambaran sistem pendidikan non formal dalam pengakuan masyarakat sekarang , hal ini sangat disayangkan kenapa hal ini terjadi , pendidikan tertua dalam pengakuan masyrakat tak dapat menggeser posisi pesantren dan tidak formal ke formal , disisi lain bukankan lembaga tradisional yang saat ini masih berjalan gontai tampa ada kejelasan dan hanya sebagian yang terpandang sampai saat ini, apakah ini sudah pengaburan sumbangsih terhadap para santri dan  peran pesantren ,bukankan mereka juga pernah membahu bahu mengangkat senjata bersama para pejuang pada penggalangan kemerdekaan seperti yang terjadi di surabaya
Selanjutnya masih timbul adanya sebuah pengkutuban antara lembaga formal sperti negri dan yang tidak formal seperti swasta, dalam kisi yang lain mereka juga berbasis pendidikan untuk perbaikan akan nilai kemanusia yang ada dalam masyarkat , perlu atau tidaknya sebuah persamaan kita pandang sebagai sebuah kilasan sejarah karena masih banyak pentasbian bersama bahwa prodak pesantren masih minim perhatian dan di pandang tak layak bergumul dengan kehidupan modern saat ini
Penelitian ini di pandang perlu untuk mengambil data bagaimana keseimbangan yang akan di bangun oleh pesantren mengingat adanya asumsi yang menjuruskan pada pelemahan hasil lulusan pesantren. 
II.     Pertanyaan pokok
1)  Bagaimana pesantren membangun suatu kondisi yang berkaitan dengan asumsi pelemahan peran pesantren di tengah persaingan di dunia pendidikan?
 
III.    Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, metode ini digunakan  dalam rangka mengetahui sejauh mana hubungan yang dibangun dalam pesantren untuk menbangun suatu kondisi dalam menjaga dasar-dasar pesantren dalam hubungan dengan lembaga yang lebih dari pesantren dalam anggapan masyarakat. Penelitian ini berlangsung di Pondok Pesantren Al-Washilah, Jalan Kp. Baru, Kelurahan Kembangan Utara – Jakarta Barat pada tanggal 22 November 2012 pukul 09:00 – 15.30
 
IV.    Gambaran tokoh
Narasumber dalam penelitian kali ini adalah Drs. H. Muhamad Sahidi Rahman. MA,  beliau merupakan ketua dalam jajaran pengurus pesantren Al-Washilah dan pada saat ini masih aktif mengajar di pesantren dan menjadi tenaga pengajar di sebuah universitas. 
V.    Analisis
Menurut data yang di dapat bantuan dari instansi negara lebih kecil dari yang yang ditujukan pada sekolah berstandar nasional sehingga hal ini menimbulkan adanya titik lebih pada satu pihak dan pengempesan yang lain. Oleh karena itu banyak kekwatiran yang didapat oleh pesantren bagaimana menyeimbangkan hal yang sama, dengan fakta ini maka proses mendapatkan  persamaan dalam meningkatkan kwalitas belajar sangat penting justru minim akan fasilitas akan menimbulkan merosotnya kualitas dalam pesantren itu sendiri.
Di indonesia masih sedikit yang mereformasi bentuk dalam pembelajaran pesantren ada yang salaf dan ada yang khalaf (modern) seperti pondok pesamtren gontor sebagai sample nya namun tetap saja dasar salaf masih tetap mayoritas dalam kependidikan pesantren di indonesia, pada tataran selanjutnya ditemukan bahwa kebanyakan alumnus pesantren sulit mendapatkan pendidikan lanjutan yang pas dan sering terpusatkan pada pada lembaga dan universitas berbasik keagamaan seperti IAIN, UIN ,DAN STAIN, dalam mmendapatkan kerja mereka pula masih dipersulit dengan anggapan basic yang masih berbau agamis namun sejatinya pendidikan adalah sama , dikarenakan masih ada pembedaan konsep dan cara pandang saja bisa merubah segala hal baik dalam masa depan , kasus semacam ini sering menimpa kaum sarungan (santri) sehingga banyak kalangan tua yang mempunyai anak berfikir untuk memasukkan anaknya kedalam pesantren dengan dalih takut tertinggal dan tak mampu berkecimpung didalam kehidupan
Kasus selanjutnya ialah peran kementrian agama yang sampai saat ini dipertanyakan sebagai lembaga yang menaungi lembaga yang berlandsacpe agama namun dari pengakuan yang di dapat dari kalangan kepesantrenan hal itu tak memadai dan banyak para civitas pesantren pergi ke departemen keagamaan yang seharusnya berbeda dalam kepengurusan dan pengkhususannya, korelasi yang dilakukan pesantren masa kini agar tetap berperan dalam kependidikan agama seperti melakukan ekonomi mandiri untuk menambah biaya pembangunan dan lembaga swadaya masyrakat saat ini
Kemanakah peran yang diharapkan cendrung pandangan selanjutnya bagi kalang pesantren terasa ketidakadilan, pendidikan formal dengan pesantren adalah visi yang sama namun berbeda dalam misi, sangat rancu dan kaku akan fakta bahwa masih banyak pesantren yangmasih mengandalkan kemampuan dari sosialisai masyrakat saat ini , walaupun santri dan siswalah yang dijadikan korban dari dari standar yang kurang, yang satu akan tumbuh cemerlang dengan didukung fasilitas dan satunya akan terasa tertinggal dengan tak adanya sebuah dukunga yang berbentuk riil.
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini