Senin, 26 November 2012

AGAMA DALAM KEHIDUPAN PONDOK PESANTREN NIRMA SUGIARTI KPI 1E

PONDOK PESANTREN DALAM MENGATUR MASYARAKAT
 
NAMA : NIRMA SUGIARTI
NIM : 1112051000136
 
 
I. LATAR BELAKANG
            Pendidikan merupakan modal utama manusia dalam memperoleh pengetahuan. Tidaklah mengherankan jika kini mulai menjamur system pendidikan yang berbasis agama, nasional, bahkan internasional. Yang menarik adalah ketika kita meneliti tentang pondok pesantren yang mulai kalah popular dengan system pendidikan modern.
            Dalam pengertiannya pondok berarti rumah dan santren berarti santri. Jadi pondok pesantren merupakan rumah pendidikan bagi para santrinya. Pondok sendiri bukanlah berasal dari ajaran agama islam tapi di adopsi dari agama Budha yaitu pondok yang digunakan untuk tempat pendidikan para biksu. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Rasul dan Walisongo tertua yang berbasis islam. Menurut H.M. Arifin pondok pesantren merupakan suatu pendidikan islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar dengan sisitem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui system pengajian atau madrasah dibawah kepemimpinan seseorang atau beberapa kyai. Selaras dengan H.M. Arifin, dalam buku Ensiklopedia Islam juga dijelaskan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat islam, pusat dakwah, dan pusat pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia yang menjadi pusat pendidikan islam dengan systemdan aturan-aturan tertentu yang berada di bawah kedaulatan beberapa kyai.
            Dalam era modernisasi sekarang banyak pula pondok pesantren yang menganut asas modern yang dimaksudkan agar lebih diterima masyarakat yang menerapkan system pendidikan nasional dan system pendidkan agama sekaligus. Di daerah Jakarta khususnya sulit ditemui pondok berbasis salaf karena dianggap ketinggalan zaman. Oleh karena itu agar warga tertarik masuk ke dalam lingkungan pondok pesantren mulai diterapkan system pondok pesantren mengombinasikan antara salaf dan modern.
 
II. PERTANYAAN POKOK
            Bagaimana pengaruh pondok pesantren terhadap masyarakat?
 
III. METODE PENELITIAN
            Metode yang digunakan adalah kualitatif guna mendapat informasi secara mendalam.
Lokasi : Pondok Pesantren Al-Wasillah
Waktu : 22 November 2012, 14.00 s/d selesai
 
IV. GAMBARAN SUBJEK
            Narasumber pada penelitian kali ini bernama H. Muhammad Sahidi Rahman, MA yang menjabat sebagai Lurah di pesantren Al-Washilah. Beliau sudah lama berkecimpung dalam kehidupan pondok.
 
V. ANALISIS
            Sudah jelas apabila berbicara mengenai pondok pesantren pasti basic pendidikannya adalah agama. Dalam kehidupan pondok, para santri diwajibkan untuk bermukim dalam pondok pesantren. Dalam lingkungan pondok pesantren, akhlak dan kedisiplinan sangat diutamakan dengan aturan-aturan dan sanksi yang sangat ditekankan bagi para santri.
            Seperti pada pondok pesantren Al-Washilah yang berlokasi di Jl. Kampung Baru No. 20 Rt. 004/010 Kelurahan Kembanngan Utara Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1998 oleh Dr. KH. Ahmad Dasuki Adnan, SH, MA. Pada mulanya pesantren ini hanya bergerak di bidang pendidikan informal seperti Majelis Ta'lim, kuliah Ramadhan, festival Qasidah serta kegiatan keislaman lainnya. Tetapi setelah mengantisipasi kemajuan zaman, maka pendidikan formal di pandang penting dan pada tahun 1989 dibuka TK, TPA, SLTP, MTs, SMK. Menurut lurah pondok, ponpes Al-Washilah ini pernah juga didirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), tetapi karena anak-anak MI dianggap terlalu dini dan dirasa sangat sulit diatur maka MI dihilangkan dari lingkungan pondok. Ponpes ini mengombinasikan antara salaf dan modern. Acuan inti pendidikan di pondok ini adalah Al-Qur'an, Fiqh, dan Dakwah.
            Pondok sendiri memiliki pengaruh yang cukup penting dalam masyarakat. Dengan didirikan ponpes Al-Washilah di daerah Kembangan ini banyak masyarakat yang memilih pondok sebagai tempat pendidikan bagi anaknya. Jelas kakrena ingin mendapat dua keuntungan. Pertama, sisitem belajarnya yang sesuai standar DEPDIKNAS. Kedua, selain mendapat pelajaran formal juga mendapat pelajaran pondok pesantren. Selain itu, masjid yang ada di dalam lingkungan pondok merupakan masjid umum yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar, hanya saja karena penempatan masjid tersebut yang berada di dalam pondok.
            Tapi amat di sayangkan, menurut penuturan Lurah pondok banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pondok adalah jalan keluar dari ketidaksanggupan orangtua mengurus anaknya yang dianggap nakal. Orangtua menyerahkan sepenuhnya akhlak anak agar dibentuk dalam lingkungan pondok. Memang benanr jika dengan di pondokkan akan membentuk pribadi anak menjadi lebih baik, tapi peran orangtua juga sangat dibutuhkan karena proses pertama pembentukan pribadi anak adalah dari lingkungan keluarga sendiri. Banyak masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya di ponpes Al-Washilah tetapi masyarakatnya sendiri tidak ingin berperan langsung dalam kegiatan pondok.
            Banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengurus ponpes guna mengusir kejenuhan para santrinya yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi seperti PMI, Musik, dan lain-lain. Pengurus ponpes paham betul apabila para santri pasti merasakan kejenuhan dengan rutinitasnya setiap hari sedangkan waktu libur mereka hanya pada hari minggu. Oleh karena itu para santri sangat antusias mengikuti kegiatan ekstrakulikuler ponpes.
            Dengan basic ponpes Al-Washilah yaitu system pendidikan agama dan nasional, tidak salah apabila memilih ponpes sebagai tempat meniti ilmu. Dengan adanya ponpes modern, maka sisitem pendidikan yang ditawarkan tidak lagi dianggap ketinggalan zaman, bahkan mengikuti alur zaman tanpa melupakan nilai-nilai agama yang sangat ditekankan, hanya saja untuk menarik minat masyarakat dikombinasikanlah sistem pendidikan formal dan informal. Sangat menguntungkan bukan, bisa mendapat dua pengetahuan dalam satu lembaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini