AGAMA DALAM KEHIDUPAN DI PESANTREN
Nama : Thabita N Dhiraja
NIM : 1112051000141
I. Latar Belakang
Seperti yang kita lihat dan kita ketahui pada umumnya bahwa sudah tak terlintas dalam benak kita untuk berada dalam posisi untuk menjadi santri di masa kini, terbuang dalam sejarah dan sering tak terlintas dalam pikiran para masyarakat indonesia walaupun kenyataannya tak bisa diwakili oleh kata-kata dan bukti pada masa sekarang, mereka tidak masuk dalam lingkup langsung atas nama pesantren dan aliansi santri, tapi mereka tergabung dalam front dalam perlawanan seperti hizbullah.
Pada masa sekarang santri sudah lebih modern dengan fasilitas dan berbagai hal di dalamnya, meski demikian ciri khas utamanya yaitu masih membudayakan tradisi pengemblengan dengan tradisi lama dan mempelajari kitab kuno. Banyak sekiranya dari kita yang berfikiran bahwa peantren sudah bukan eranya lagi dan sudah kuno karen amneganut sistem sekolah yang asrama dan full day dan terlalu menjurus ke Agama dan dilihat hanya sebelah mata karena dianggap tidak penting. Yang sesungguhnya Agama merupakan hal paling penting dan yang dengan kata lain merupakan sebiah pondasi hidup manusia.
Dengan berdasarkan fakta di atas membuat saya untuk meneliti bagaimana pengaruh ketika santri mendapat dorongan dan pembelajaran dari seorang kiayi atau ustad yang memilik peranan penting dan utama dalam kehidupan di pesantren. Istilah santri pada faktanya merupakan siswa yang menuntut ilmu dalam lingkup pesantren, dengan kata lain santri berawal dari kekosongan dan masuk ke dalam pesantren. Maka dari itu saya ingin menelaah hal ini seperti apakah adanya pengaruh keagamaan pada santri-santri setelah mereka keluar untuk mengamalkan ilmunya.
II. Pertanyaan Pokok
1. Bagaimana kehidupan keagamaan santri sesudah masuk pesantren?
III. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, hal ini di pilih sebagai alat dalam studi tentang hubungan santri terhadap psikologis dalam menerapkan hasil keilmuan yang di dapatkan dalam pesantren apakah ada kemungkinan untuk berubah dalam suasana kepesantrenan.
Lokasi : Pondok pesantren Al-Washilah. Jl. Kp. Baru No. 20 rt 04/10 Kel. Kembangan utara, Kecamatan kembangan. Jakarta barat
Waktu : Kamis, 22 November 2012
IV. Gambaran Subjek / Objek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah bapak Drs.H. Muhamad Sahidi Rahman MA, beliau merupakan ketua dalam jajaran pengurus pesantren AL-WASHILAH, yang pada saat ini masih aktif mengajar di pesantren dan menjadi tenaga pengajar di sebuah universitas.
Objek yang di teliti ialah sebuah pesantren yang tertelak di daerah Jakarta Barat yang merupakan salah satu pesantren yang besar dan juga berpengaruh dalam kehidupan maka ddengan itu saya mencoba untuk meneliti kehidupan keagamaan di Pondok Pesantren ini.
V. Analisis
Kenyataan yang didapatkan bahwa para penuntut ilmu pada pesantren dikarenakan adanya kesadaran namun tak bisa di tolak mayoritas dalam santri yang masuk ke pesantren juga di karenakan ketidak mampuan oleh orang tua yang menyuruh masuk ke dalam pesantren, hal ini sebenarnya menimbulkan anggapan bahwa pesantren sebagai lembaga sosial selain agama.
Pengaruh pada santri ketika mendalami ilmu yang bersifat klasik tentunya timbul suatu pemahaman yang bertolak belakang dalam kehidupan pada masa awalnya, penanaman moral etika merupakan hal yang amat krusial dalam tahapan proses pembentukan insan pada psikologis santri, selanjutnya merupakan kenyataan bahwa setiap lulusan dari lembaga pesantern juga amat penting pengaruhnya karena adanya tanggung jawab, seorang santri tak hanya di wajibkan mengamalkan ilmu tapi bagaiman mereka semua bisa menjadikan ilmu tersebut sebagai bentuk kesadaran pada msayarakat, dengan hal ini maka pesantren juga mempunyai peran dan strategi bagaiman membangun psikologis yang di topang agama mampu menyumbang peran dalam masyarakat
Fakta lain yang di dapat bahwa sistem yang di gunakan dalam pesantren bukan terletak bagaimana proses dalam diri sendirinya tetapi mereka juga di didik bagaimana dekat dengna langsung pada kiayi yang mempunyai peran sentral dalam kedudukan pesantren sehingga itu menimbulkan adanya pengaruh bagaimana mereka mempolakan sikap tunduk atau dalam istilah pesantren dikenal dengan istilah sami'na wa atho'na namun dalam melakukan ini salah satu caranya di gunakan sistem sorogan (mengaji langsung pada kiayi), oleh karena itu sikap hormat itu tertanam pada santri walaupun harus dikembalikan pada kehendak diri pribadinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar