Topik: HIMA PERSIS Cabang Ciputat
Respon Ormas HIMA PERSIS Cabang Ciputat Terhadap
Aksi Demo Bela Islam 4 November 2016
Penelitian
Dosen:
Dr. Tantan Hermansah, M.Si
Disusun Oleh:
Fakhriy Naufal (11150540000014)
Mety Andriyani (11150540000007)
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Assalaamu'alaikum WR. WB
Segala puji bagi Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., juga kepada keluarganya, para sahabatnya dan para tabi'in tabi'at semuanya.
Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya Alhamdulillah Kami telah dapat menyelesaikan penelitian ini, sebagai tugas pada mata pelajaran "Sosiologi Perkotaan". Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata pelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dengan adanya tugas ini, kami jadi lebih kreatif dan lebih memahami tentang pembahasan penelitian ini yaitu tentang "Respon Ormas HIMA PERSIS Cabang Ciputat Terhadap Aksi Demo Bela Islam 4 November 2016".
Kami menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunan penelitian ini banyak sekali kekurangan-kekurangannya, maka dari itu kami memohon maaf atas kekeliruan penulisan dan penyusunan. Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk bersama.
Wassalamu'alaikum WR. WB
Ciputat, 29 Desember 2016
Fakhriy Naufal & Mety Andriyani
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1. Bagaimana respon HIMA PERSIS terhadap tindakan dari aksi
demo bela Islam pada 4 November 2016?
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 2
BAB 2: METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metodologi Peneltian..................................................... 3
B. Penentuan Lokasi Penelitian..................................................................... 3
C. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................... 5
D. Teknik pengumpulan data........................................................................ 6
E. Sumber data............................................................................................... 6
F. Teknik Analisis Data................................................................................. 7
G. Tinjauan Teoritis....................................................................................... 8
BAB 3: ANALISIS DATA
A. Gambaran Profile Organisasi HIMA PERSIS Cabang Ciputat........... 13
B. Hasil Temuan dan Analisis........................................................................ 14
BAB 4: PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 18
Daftar Pustaka................................................................................................ 19
Lampiran......................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir-akhir ini, kita melihat adanya kejadian yang dilakukan demo besar-besaran terhadap masyarakat Islam yang dikarenakan bahwa gubernur non aktif Basuki Thahaja Purnama telah melakukan penistaan agama terhadap agama Islam.
Awalnya, pada 30 September 2016, dalam percakapan dengan warga di Kepulauan Seribu, Basuki menyatakan bahwa tidak masalah jika warga yang "dibohongi pake surah Al-Maidah 51 dan macem-macem" tidak memilihnya dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Ayat 51 dalam surat Al-Maidah adalah ayat yang sering ditafsirkan sebagai ayat yang melarang Muslim untuk menjadikan orang non-Muslim sebagai pemimpin dan sebelumnya digunakan rival Basuki sebagai argumen untuk tidak memilih Basuki pada pemilihan gubernur. Percakapan ini direkam dan diunggah oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di situs YouTube. Salah satu yang menyebarkan video ini, Buni Yani menulis di Facebook "… dibohongi Surat Al-Maidah…" (tanpa kata "pake") dan belakangan ia mengakui bahwa ia salah transkrip. Banyak warga maupun pengamat yang mengkritik pernyataan Basuki dan menganggap Basuki telah melecehkan Al-Quran. Kritik ini menjalar di media sosial seperti Facebook dan Twitter, serta petisi di situs change.org yang didukung puluhan ribu orang. Menanggapi kritik ini, Basuki menyatakan bahwa ia tidak berniat melecehkan ayat Al-Quran, tapi hanya mengkritik pihak-pihak yang menggunakan ayat suci untuk tujuan politik. Sejumlah organisasi melaporkan pidato Basuki ke polisi dengan dasar pasal 156a KUHP dan UU Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Pada 10 Oktober, Basuki kemudian meminta maaf. Namun, laporan hukum terhadap Basuki tidak dicabut dan polisi mulai melakukan penyelidikan termasuk memanggil Basuki ke Bareskrim pada 24 Oktober.[1]
B. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah, yang menjadi masalahnya ketika melihat latar belakang di atas yaitu:
1. Bagaimana respon dan peran HIMA PERSIS terhadap tindakan dari aksi demo bela Islam pada 4 November 2016?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu mengetahui.bagaimana respon serta pandangan HIMA PERSIS terhadap penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Thahaja Purnama.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang di pakai dalam pengumpulan data analisis yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data akurat dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti.
A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian
Pada penggunaan metode penelitian ini, digunakan melalui pendekatan kualitatif, hakikat pendekatan ini seperti diisyaratkan dari peristilahannya adalah pendekatan yang tidak menggunakan dasar kerja secara statistik, tetapi berdasarkan bukti-bukti kualitatif. Yaitu unsur inovasi bersama, baik fonologis maupun leksikal yang dimiliki oleh suatu kelompok bahasa tertentu secara eksklusif.
Asumsi dasar pendekatan ini tentu saja terkait erat dengan hakikat perubahan bahasa. Bahasa yang alamiah, bukan yang artificial, pasti mengalami perubahan dan dari perubahan itu mengimplikasikan adanya unsur retensi dan unsur inovasi. Perubahan itu bahasa itu tetap bersifat historis meskipun perubahan itu dialami oleh bahasa yang tidak mengenai sistem tulisan atau bahasa lisan, karena aspek yang paling mendasar dari bahasa pada dasarnya tetap sama yaitu bunyi ujaran atau aspek fonologis. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kita menjelaskan perubahan itu, dalam pendekatan secara kualitatif biasanya digunakan teknik rekontruksi yaitu merekontruksi beberapa aspek protobahasa melalui reflex yang dicerminkan oleh bahasa-bahasa turunannya dengan metode komparasi. [2]
B. Penentuan Lokasi Penelitian
a. Profile Umum Subyek/Obyek
Himpunan Mahasiswa (HIMA) dan Himpunan Mahasiswi (HIMI) Persatuan Islam lahir sebagai bagian dari dinamika perjuangan Persis yang bertujuan mengamalkan syari'at Islam dalam segala aspek kehidupan, kelahirannya dirasakan sangat tepat, sebab perjuangan mengamalkan syari'at Islam berdasarkan Quran dan as-Sunnah bisa sempurna apabila seluruh komponen umat terlibat didalamnya, termasuk para mahasiswa sebagai generasi muda itelektual.
HIMA dan HIMI Persis didirikan pada tanggal 24 Maret 1996 Cianjur dengan tujuan membentuk insane akademis, mujaddid, revolusioner, dan berkepribadian Islami menurut Quran dan as-Sunnah. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha antara lain:
1. HIMA Persis berusaha menghimpun dan mengembangkan potensi mahasiswa dalam upaya meningkatkan pembinaan mahasiswa dan masyarakat.
2. Membimbing, membina, dan menggerakkan anggota guna meningkatkan fungsi HIMA Persis sebagai organisasi kader bagi masyarakat.
3. Berperan secara aktif, kreatif, konstruktif dan inovatif dalam mengembangkan pemikiran keagamaan, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan umat.
4. Mejalin kerjasama dengan berbagai organisasi dan instansi.
5. Mengamalkan segala usaha yang selaras dengan tujuan organisasi.
Organisasi otonom HIMA dan HIMI Persis memiliki perbedaan dalam struktur organisasi otonom lainnya di lingkungan jam'iyyah Persis, yakni adanya susunan pimpinan organisasi mulai dari Pimpinan Pusat yang merupakan Penyelenggara organisasi tertinggi, koordinator wilayah untuk mengkoordinir Jaringan Madinah yang berada di bawahnya.
Jaringan Madinah merupakan pembantu Koordinator Wilayah yang dibentuk untuk memimpin dan mengkoordinir komisariat-komisariat yang ada di kota dan atau kabupaten, dan komisariat yakni pimpinan yang dibentuk untuk memimpin dan mengkoordinir mahasiswa yang ada di perguruan Tinggi masing-masing. Para pimpinan organisasi berhak mengatur dan memimpin organisasi dengan tingkatan dan wewenangnya.
Bersamaan didirikannya HIMA Persis didirikan pula HIMI (Himpunan Mahasiswi) Persatuan Islam yang tujuan dan usahanya (HIMI memakai istilah Rencana Jihad) sama dengan HIMA Persatuan Islam, sehingga mereka dapat bekerja kolektif disesuaikan dengan karakter mahasiswa dan mahasiswi.[3]
Subjek penelitian ini adalah anggota HIMA PERSIS dan satu dari tokoh masyarakat, sedangkan objek penelitiannya adalah respon serta peran pada Organisasi Masyarakat HIMA PERSIS.
b. Lokasi Kajian
Di Kota Tangerang Selatan, Ciputat, belakang Kampus 1 UIN Jakarta, dekat Masjid Al-Ikhlas. Penelitian dilakukan pada hari Rabu, 7 Desember 2016, kemudian hari Jumat, 16 Desember 2016. Dan terakhir di hari Sabtu, 24 Desember 2016.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari awal Desember 2016 sampai akhir Desember 2016.
a. Penelitian pertama dilakukan pada hari kamis, 8 Desember 2016, pukul 11.00-11.45 lokasi penelitian yaitu di Sekretariat HIMA PERSIS, belakang Kampus 1 UIN Jakarta, dekat Masjid Al-Ikhlas, Kota Tangerang Selatan, Ciputat. Narasumber pertama kami ialah ka Ilham, kemudian sebelum berlangsungnya wawancara tepat pada pukul 10.00 yang telah kami sepakati antara kedua belah pihak ada beberapa kendala yang menjadi hambatan dari proses wawancara pengumpulan data kami. Narasumber tiba-tiba mengulur waktu dari yang telah di sepakati sebelumnya. Peneliti telah siap dari pagi untuk melakukan wawancara eksklusif dengan narasumber. Karena narasumber meminta pengunduran waktu, akhirnya kami pun menyetujuinya agar kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan. Akhirnya kami mengatur jadwal ulang, akhirnya waktu telah kami sepakati pukul 11.00 wib. Wawancara kami lakukan di mesjid al-ikhlas kp. Utan Ciputat Timur.
b. Penelitian yang kedua pada hari Jumat, 16 Desember 2016, pukul 17.00-17.30, lokasinya di UIN Jakarta Fakultas Ushuluddin. Narasumber kami yang kedua yaitu kak Ajang salah satu mahasiswa fakultas ushuluddin. Sebenarnya wawancara dengan narasumber kedua ini telah kami sepakati seminggu sebelumnya, dikarenakan narasumber ada kelas dadakan sehingga mengulur kembali waktu dari yang telah kami sepakati bersama. Akhirnya kami menetapkan lokasi untuk diberlangsungkannya wawancara. Setelah kami bertemu disatu tempat yaitu di lobi ushuluddin akhirnya kami mulai melakukan wawancara pengumpulan data dari narasumber langsung.
c. Penelitian yang ketiga pada hari Sabtu, 24 Desember 2016, pukul 16.06-16.31 lokasinya di Bulak Wangi 2, RT 02, RW 13. Narasumber ketiga kami yaitu dari salah satu tokoh masyarakat, ia seorang guru di salah satu sekolah dasar swasta bernama SD Al-Falah, guru tersebut bernama ibu Ela Mustika, kami melakukan wawancara ini untuk menambah informasi untuk data penelitian kami mengenai tentang demo bela aksi kedua ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, tidak hanya dengan menggunakan observasi saja tetapi juga menggunakan wawancara yang dilakukan secara mendalam.
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenal dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
3. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.[4]
E. Sumber data
Sumber data yang akan ditelusuri untuk memperoleh data lapangan terdiri atas 2 sumber yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari responden yang akan diteliti dengan cara wawancara, responden dalam penelitian ini yaitu Anggota Organisasi HIMA PERSIS cabang Ciputat, Tangerang Selatan.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan untuk mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini seperti buku-buku, catatan dan transkrip serta dokumentasi.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses analisis kuliatatis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantic antar variable yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variable-variable sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, model analisis data ini yaitu prosesnya berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung.
Ada beberapa aktivitas yang dilakukan melalui pendekatan ini yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan, bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan). Penarikan kesimpulan merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.[5]
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan "social situation" atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat di rumah berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang ngobrol, atau di tempat kerja, di kota, desa atau wilayah suatu negara. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui "apa yang terjadi" di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu.[6]
Hipotesis dari penelitian ini bahwa yang di lihat, ketika kejadian dari aksi demo Islam itu dimulai dari penistaan agama yang dimana didalamnya yang melakukan hal tersebut ialah gubernur non aktif Basuki Thahaja Purnama.
G. Tinjauan Teoritis
Sebelum masuk ke dalam teori demokrasi, akan dijelaskan terlebih dahulu teori sosiologi yang berkaitan dengan penelitian ini. Teori yang digunakan ialah teori Emile Durkheim di mana teori tersebut membicarakan realitas sosial, realitas sosial yang mendasari teori Durkheim adalah adanya penolakan terhadap anggapan yang berkembang dalam masyarakat bahwa kesatuan sosial yang disebut masyarakat itu terjadi karena faktor "kesenangan" dan masyarakat terbentuk akibat adanya "kontrak sosial." Tetapi sebaliknya, Durkheim menyatakan bahwa masyarakat itu terbentuk bukan karena adanya kesenangan atau kontrak sosial, melainkan adanya faktor yang lebih penting dari itu, yaitu adanya unsur-unsur yang "mengatur" terjadinya kontrak, antara lain anggota masyarakat yang mengikat dan terikat kontrak serta menentukan sah tidaknya sebuah kontrak itu. Aturan yang berada di luar kontrak itu menurut Durkheim adalah collective conciusness. Berangkat dari anggapan itulah, maka pola pemikiran Durkheim tampak pada kerangka teoritisnya tentang adanya "jiwa kelompok" yang memengaruhi kehidupan individu. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa di dalamnya ada dua jenis kesadaran, yakni collective conciuoness dan individual conciusness.
Durkheim beranggapan bahwa tingkah laku hidup seseorang adalah akibat adanya "pemaksaan," aturan perilaku yang datang dari luar individu dan memengaruhi pribadinya. Jika kemudian seseorang menentang (dalam bentuk tingkah laku) dan berlawanan dengan tingkah laku kolektif, maka kesepakatan kolektif itulah yang akan menantangnya. Dengan begitu, maka suatu kelompok manusia yang semula tidak bersifat agresif, kemudian bisa menjadi agresif setelah menjadi bagian dari suatu kerumunan (kelompok) seperti pada kasus demonstrasi anarkis.[7]
Kemudian, teori yang digunakan dalam penelitian ini juga berkaitan dengan solidaritas sosial, yang di mana solidaritas sosial ini dibagi menjadi dua yaitu solidaritas mekanis dari masyarakat kesusukuan "elementer", yang diorganisasikan di seputar kesamaan dan homogenitas dan yang kedua adalah solidaritas organik dari masyarakat dengan pembagian kerja yang luas dan yang memiliki pola saling ketergantungan. Pertumbuhan populasi di masyarakat primitive meningkatkan perbedaan sosial, mengurangi kemungkinan bagi solidaritas mekanis dengan melemahkan adat-istiadat dan budaya tradisional yang telah menyatukan mereka. Perluasan pembagian kerja cenderung disertai oleh peningkatan egoism dan anomi, meskipun Durkheim melihat ini sebagai sebuah fenomena tradisional.
Bougle melakukan studi tntang egalitarianism dan demokrasi yang memperlihatkan bahwa peningkatan populasi yang menghasilkan perbedaan sosial juga membawa kepada tingkat individualism yang lebih tinggi dan derajat kesetaraan yang lebih baik. Tumpang-tindih dan perpotongan dari keanggotaan kelompok dan ketiadaan ikatan seksional yang kuat dan ekslusif dalam masyarakat modern, menjadi dasar dari solidaritas organik mereka dan yang mendorong demokrasi dan kesetaraan. Dalam semua studi tentang sistem kasta di India, Bougle memperlihatkan bahwa solidaritas mekanis yang melekat dalam struktur hierarkis hubungan kasta mengurung masyarakat di dalam kelompok sosial yang spesifik dan hanya memberi mereka sedikit kebebasan untuk bertindak.[8]
Solidaritas Mekanis | Solidaritas Organik |
1. Pembagian kerja rendah | 1. Pembagian kerja tinggi |
2. Kesadaran kolektif kuat | 2. Kesadaran kolektif kuat |
3. Hukum represif dominan | 3. Hukum restitutif dominan |
4. Individualitas rendah | 4. Individualitas tinggi |
5. Consensus terhadap pola-pola normative penting | 5. Consensus pada nilai-nilai absrak dan umum itu penting |
6. Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang menyimpang | 6. Badan-badan kontrol sosial yang menghukum orang yang menyimpang |
7. Secara relatif saling ketergantungan rendah | 7. Saling ketergantungan tinggi |
8. Bersifat primitive | 8. Bersifat industrial (perkotaan) |
Selanjutnya masuk ke dalam teori demokrasi, dalam negara-negara modern di dunia setelah abad 18, seperti di Eropa dan Amerika telah menerapkan konsep demokrasi. Jika sistem demokrasi sebagai antithesa dari sistem kerajaan, maka demokrasi dipahami sebagai "kekuasaan dipegang oleh orang banyak". Berpijak pada teori "trias politica" dari Jhon Locke maupun Montesque, kekuasaan dalam negara dibagi menjadi tiga yaitu; kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan kekuasaan Yudikatif. Jika ketiga kekuasaan tadi dipegang oleh 1 (satu) orang yaitu "seorang Raja", maka sistem pemerintahannya disebut "monarchi atau kerajaan". Jika ketiga kekuasaan dipegang oleh sedikit orang secara terbatas hanya dari kalangan bangsawan maka negara tersebut menganut faham "aristhoracy" atau juga disebut negara "oligarchy". Sedangkan suatu negara menganut paham demokrasi yaitu "kekuasaan dipegang oleh orang banyak". Dengan kata lain ketiga kekuasaan tersebut diduduki oleh banyak orang dari semua lapisan masyarakat secara "terpisah" atau disebut "separation of power" dan atau kekuasaan itu terbagi tiga kekuasaan atau "distribution of power".
Dalam negara demokrasi kedudukan ketiga kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif, memiliki kedudukan yang sama dan seimbang atau dalam kamus politik disebut "Balance of Power". Masing-masing memiliki fungsi saling melengkapi, legislatif sebagai pembuat kebijakan dan yudikatif sebagai penguji materi kebijakan serta eksekutif sebagai pelaksana kebijakan. Keseimbangan ketiga kekuasaan dalam teori politik juga disebut "Check and Balance of Power". Artinya bahwa ketiga kekuasaan memiliki kedudukan yang sama sehingga saling melakukan kontrol secara seimbang supaya tidak terjadi "abuse of power" dalam penyelenggaraan kekuasaan negara.
Selanjutnya kembali pada pembahasan tentang "demokrasi" maka pengertian demokrasi secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu "demos" yang berarti kekuasaan dan "kratos" berarti orang-orang atau rakyat, dengan kata lain demokrasi yaitu rakyat yang berkuasa atau "government or rule by the people". Secara historis di Yunani Kuno, Romawi dan Italia "kata demokrasi" disebut dengan istilah "pemerintahan rakyat". Dengan penggunaan istilah pemerintahan rakyat orang Yunani seperti kita lihat, telah menciptakan istilah "demokrasi". Sedang orang Romawi berdasarkan bahasa asli Latin mereka menamakan pemerintahannya dengan nama "Republik", kemudian orang Italia memberikan nama "pemerintahan rakyat" yang terdapat di beberapa kota disebut "Negara Kota" mereka.
Sebagaimana diutarakan diatas, demokrasi memang menjadi harapan dan mungkin impian bagi sebagian masyarakat, barangkali sebagian kota demokrasi dianggap dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat baik persoalan mengenai konflik antara masyarakat dengan negara atau sebaliknya dan bahkan antar kelompok dalam masyarakat bisa diselesaikan dengan cara demokrasi. Karena hakekat demokrasi kekuasaan ada di tangan rakyat yang diwujudkan dalam kelembagaan negara. Jadi proses terbentuknya lembaga harus sesuai dengan keinginan masyarakat melalui cara-cara demokratis.[9]
BAB III
HASIL ANALISIS PENELITIAN
A. Gambaran Profile Organisasi HIMA PERSIS Cabang Ciputat
HIMA PERSIS adalah Organisasi mahasiswa yang berorientasi pada dunia akademis yang berbasis islam. Hima Persis berdiri pada tanggal dan tempat; Cianjur tanggal 24 Maret 1996 sebelum masa reformasi.
Misi dalam Organisasi Masyarakat HIMA PERSIS ini ialah berdakwah dan menghilangkan khurafat, tahayul, bid'ah dan syirik khususnya terhadap mahasiswa, kebanyakan pemuda di zaman sekarang ini belum ada akademisnya atau bisa dikatakan tidak terdidik. Kemudian di dalam Organisasi HIMA PERSIS ini lebih condong ke dunia akademis, tidak seperti ormas-ormas islam lainnya yang lebih mengutamakan dunia politik.
Pengkaderan dalam merekrut mahasiswa untuk mengikuti Organisasi Masyarakat HIMA PERSIS ini ialah dilihat dari visi dan misinya serta mottonya yaitu Ilmiah, Progresif dan Revolusioner.
Ilmiah ialah berkaitan dengan kajian ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ialah suatu ilmu yang segala sesuatunya berdasarkan fakta dan dapat di pertanggungjawabkan. Berargumentasi dan punya rujukan yang jelas atas setiap data yang diperoleh. Progresif ialah ketika berproses mahasiswa tersebut akan sendirinya mengalami adanya peningkatan sesuai nilai-nilai keislaman, seperti menjadi mahasiswa yang kritis dalam masalah yang sedang dihadapinya. Kemudian yang terakhir yaitu Revolusioner, revolusioner dalam pengertian Organisasi Masyarakat HIMA PERSIS ini ialah bagaimana memecahkan masalah sosial ketika masalah tersebut terjadi, dan masalah tersebut sedang mengalami jangka waktu yang cukup lama.
Dalam pengurusannya, sudah mengalami beberapa kali muhtamar atau penggantian pengurusan, yang menjadi pengurus pertama ialah Ihsan Setiadi Latif, anak ke lima dari ustad Latif Mukhtar. Kepengurusan yang kedua ialah ketuanya bernama Hairudin Amin yang sekarang menjadi anggota DPR ia masuk dalam partai politik PAN dan PP Pusat bidang ke jami'an. Kepengurusan ketiga diketuai oleh Lamlam Pahala ia memegang dalam dua periode, falsafah gerakan persis, intelektual, transformasi sosial dan perubahan iklim politik, Inteleknya di bangun punya argumentasi yang rasional. Kemudian kepengurusan selanjutnya diketuai oleh Bang Reza yang sekarang ia menjadi Staff bank DPR, kemudian ia juga banyak teman atau dapat dikatakan banyak jejaring. Dan yang terakhir ialah Bang Nizar Rahmat Syahputra yang menjadi ketua Organisasi HIMA PERSIS ini dalam kurun waktu dua periode, ia dapat dikatakan sebagai tokoh negarawan reformasi yang didalamnya tidak hanya demokrasi, karakteristik, memiliki sifat visioner seperti memperjuangkan untuk dirinya, tahu kondisi masyarakat atau posisi masyarakat.
Kemudian kepengurusan dalam Organisasi HIMA PERSIS di cabang Ciputat ini yaitu kepengurusan pertama diketuai oleh Ihsan Fauzi Rahman (Pada tahun 2010), kepengurusan kedua diketuai oleh Fahmi Muzakki (Pada Tahun 2012), kepengurusan yang ketiga diketuai oleh bang Jordi (Pada tahun 2014), kemudian kepengurusan yang keempat diketuai oleh bang Hisan (Pada tahun 2015), yang terakhir yaitu bang Ilham (Pada tahun 2016). Organisasi HIMA PERSIS pada cabang Ciputat ini lebih ditekannya atau lebih berfokus pada intelektual, yang didalamnya ada kegiatan program untuk menjadi intelektual, yaitu ada madrasah ilmu yang dilakukan persemester dan filsafat beberapa kali pertemuan yang diadakan pada setiap hari Rabu dan Kamis.
B. Hasil Temuan dan Analisis
1. Demo
Demokrasi ialah kekuasaan ada di tangan rakyat, jadi apapun yang rakyat inginkan harus dipenuhi. Demo adalah suatu bentuk aspirasi rakyat yang dituangkan melalui unjuk rasa sebagai hasil dari ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah. Di negara demokrasi suatu aksi demo ialah suatu aksi yang lumrah dan tidak melanggar hukum.
Demo dapat diartikan sebagai hak konstitusional, yang sudah ada di pasal 28 yang berbunyi "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang".[10] dan itu sah untuk dilakukan. Indonesia menganut paham demokrasi, yaitu menyuarakan lewat aspirasinya.
2. Kepemimpinan Ahok
Seorang kepemimpinan harus memiliki sifat jujur, mendengarkan keluh kesah rakyatnya, mengayomi rakyatnya, tidak otoriter, tetapi disini yang tidak suka dari sikap Ahok ialah suka marah-marah sama orang di depan umum terutama, kemudian membuat orang menjadi malu, pemimpin yang bijaksana tidak boleh membuat orang malu di depan orang lain. Sisi positif dari Ahok ialah dia itu mau blusukan ke kelurahan, kecamatan melihat pegawai yang kesiangan. Dalam menyikapi kepemimpinan Ahok Organisasi HIMA PERSIS ini sikapnya sama seperti FPI yaitu ditegakkannya keadilan hukum, menjaga kebinekaan, anti penistaan terhadap agama apapun. HIMA PERSIS sekarang harus ada egaliter (kesamaan derajat), soalnya ada yang menghambat dalam masalah ini yang disebabkan karena Ahok memegang investasi terbesar di Jakarta, kemudian harus adanya determinisme (Politik tidak bisa mengalahkan hukum) dan jangan sampai terjadinya politik determinisme (hukum itu tergantung pada politik). Dilihat dari sisi positifnya Ahok seorang yang bijaksana dan secara pembangunan infrastruktur memang bagus tetapi struktural agama masyarakatnya masih kurang bisa memecahkan masalah, membuat proyek tetapi masyarakat tidak tahu apa yang dijual, kemudian terjadi masalah terhadap RS. Sumber Waras, selanjutnya masuk ke QS. Al-Maidah ayat 51, Ahok ini tidak tahu tempat dan tidak tahu mana yang harus dibicarakan dan mana yang bukan dibicarakan kepada warga, kemudian tidak bisa jaga lisan, ia berbicara tentang nilai-nilai ajaran agama Islam, karena dilihat dari sisi bicaranya ia seperti melakukan berkampanye, yang sebelumnya waktu pilkada, kepulauan seribu Ahok suaranya kecil, sehingga ia melakukan kampanye di sana dengan QS. Al-Maidai ayat 51, selanjutnya masih dapat dipertanyakan terhadap profesionalismenya, jangan sampai ia merugikan dirinya sendiri. Disebut penista ialah murni disengaja atau bertujuan untuk dibohongi dalam QS. Al-Maidah: 51, maka harus diselidiki secara objektif, lewat alat forensic linguistic.
3. Respon HIMA PERSIS terhadap Aksi Bela Islam yang kedua pada Tanggal 4 November 2016
Aksi demo ialah hal yang wajar. Pada awalnya Habib Rizik hanya ingin menuntut keadilan dari pemerintah agar Ahok harus segera diselidiki dengan cara yang objektif. Jika Ahok benar bersalah maka buktikan kesalahannya, jika tidak maka buktikan ketidaksalahannya tersebut.. Dikarenakan polisi tidak tanggap dalam permasalahan itu, maka timbullah aksi demo bela Islam pada tanggal 4 November 2016.
Dalam pelaksanaan demonya sudah bagus, karena tujuan mereka adalah ingin agar pemerintah menanggapi permasalahan ini dengan serius, dan rakyatpun melakukan demo ini dengan aksi damai dan terkontrol. Bawaan spiritualitas atau emosional lebih ke lihat dari jumlah massanya, dan demo ini ialah demo terbesar setelah pra reformasi, yang dilakukan pada siang hari sampai waktu maghrib, masyarakat masih dengan tertib untuk melakukan aksi demonya. Kemudian terjadi adanya keributan karena masyarakat ingin bertemu dengan bapak Jokowi dan bapak Wiranto, seharusnya bapak Jokowi sebagai selaku presiden ia sudah standby sebelumnya untuk merespon kepada masyarakat, presiden sebagai pelayan dalam hal ini tidak melayani, seolah-olah tidak mau melayani apa yang rakyat inginkan, dia malah pergi ke tempat lain, hal ini yang membuat rakyat menjadi marah. Dalam hal ini juga sebagai rakyat Indonesia mengatakan Jokowi adalah orang yang harus bertanggung jawab atas peristiwa ini, ditambah lagi ada orang yang meninggal karena peristiwa ini, dan orang yang melakukan tanggung jawab ini adalah Jokowi selaku presiden RI.. Karena kasus ini, beritanya sudah termasuk kasus isu internasional maka jangan sampai berlarut-larut dalam mengangani dalam masalah ini. Visi dan misi terbalik ketika calon presiden.
4. Tindakan-tindakan HIMA PERSIS pada Demo 4 November
Tindakan Organisasi HIMA PERSIS ialah sebelum melakukan demo, ia sudah melaporkan kepada polisi, untuk menuntut Ahok diperiksa, tetapi belum tanggap dengan masalah itu maka adanya demo Aksi bela Islam kedua, Organisasi HIMA PERSIS ini juga ikut demo, sebelum berangkat untuk demo, diadakannya konferensi pers, seperti bagaimana Ahok dapat terus ditindak lanjutkan. Dalam menangani masalah ini ialah sikap pemerintah ataupun polri harus memiliki sikap netral dan tetap harus dijaga. LBH Persis menanggapi masalah ini, ia berpendapat untuk kasus Ahok harus tetap dijalankan jangan sampai tidak dilanjuti. Untuk kedepannya, semoga tidak ada penistaan agama baru, kemudian toleransi, jangan sampai politik mempengaruhi hukum.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan kepada Organisasi Masyarakat HIMA PERSIS di cabang Ciputat Kota Tangerang Selatan terhadap responnya demo aksi bela Islam kedua, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
· HIMA PERSIS adalah Organisasi mahasiswa yang berorientasi pada dunia akademis yang berbasis islam. Hima Persis berdiri pada tanggal dan tempat; Cianjur tanggal 20 Maret 1996 sebelum masa reformasi.
· Aksi demo ialah hal yang wajar. Pada awalnya Habib Rizik hanya ingin menuntut keadilan dari pemerintah agar Ahok harus segera diselidiki dengan cara yang objektif. Jika Ahok benar bersalah maka buktikan kesalahannya, jika tidak maka buktikan ketidaksalahannya tersebut.. Dikarenakan polisi tidak tanggap dalam permasalahan itu, maka timbulah aksi demo bela Islam pada tanggal 4 November 2016.
· Tindakan Organisasi HIMA PERSIS ialah sebelum melakukan demo, ia sudah melaporkan kepada polisi, untuk menuntut Ahok diperiksa, tetapi belum tanggap dengan masalah itu maka dari sini mucul adanya demo Aksi bela Islam kedua, Organisasi HIMA PERSIS ini juga ikut demo, sebelum berangkat untuk demo, diadakannya konferensi pers, yang pada intinya di dalam isi konferensi pers ini ialah harus ditindak lanjutkan kemudian pemerintah maupun polri harus memiliki sikap netral dan hukum harus ditegakkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hariwijaya .M. 2007. Metode Penulisan Skripsi Tesis Dan Disertasi. Yogyakarta: Parama Ilmu
Wirawan I.B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana.
Sugioyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutopo Hadi Ariesto & Arief Adrianus. 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO. Jakarta: Kencana.
Scott John. 2012. Teori Sosial Masalah-Masalah Pokok Dalam Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istianto Bambang. 2013. Demokrasi Birokrasi Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media.
https://id.wikipedia.org/wiki/Aksi_4_November dilihat pada hari Sabtu 19 November 2016 pukul 10.30
http://persisunpad.blogspot.co.id/p/tentang-persis.html dilihat pada hari Sabtu 19 November 2016 pukul 11.00
https://alghif.wordpress.com/2012/03/31/demonstrasi-dan-kemerdekaan-menyatakan-pendapat/ dilihat pada hari Selasa, 27 Desember 2016 pukul 10.55
LAMPIRAN
1. Catatan-Catatan Hasil Wawancara dengan Ka Ilham dan Ka Ajang
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Aksi_4_November dilihat pada hari Sabtu 19 November 2016 pukul 10.30
[2] M. Hariwijaya, Metode Penulisan Skripsi Tesis Dan Disertasi (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2007) hal. 83-84
[3] http://persisunpad.blogspot.co.id/p/tentang-persis.html dilihat pada hari Sabtu 19 November 2016 pukul 11.00
[4] Sugioyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013) hal. 226,231, 240
[5] Ariesto Hadi Sutopo & Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 7-8
[6] Ibid. hal. 215
[7] I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Jakarta: Kencana, 2012) hal. 14
[8] John Scott, Teori Sosial Masalah-Masalah Pokok Dalam Sosiologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hal. 80-81 & 83
[9] Bambang Istianto, Demokrasi Birokrasi Edisi 2 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) hal. 23-26
[10] https://alghif.wordpress.com/2012/03/31/demonstrasi-dan-kemerdekaan-menyatakan-pendapat/ dilihat pada hari Selasa, 27 Desember 2016 pukul 10.55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar