Rabu, 28 Desember 2016

SYARIFAH ASMAR & SYAHRULLAH_ANALISIS LAPORAN RT.05/ RW.01_PMI 5

BAB I

                                                               PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Jumlah penduduk dunia pada 2015 diperkirakan sebesar 7,324,782,225 jiwa atau bertambah 1.1182% dari tahun sebelumnya yang diperkirakan sebesar 7,243,784,121 jiwa.Data ini berdasarkan hasil laporan dari Divisi Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang prospek penduduk dunia yang memperkirakan jumlah penduduk dunia dengan metode medium fertility mengingat adalah tidak mungkin menghitung penduduk dunia secara tepat dalam suatu periode tertentu. Benua Asia menjadi benua dengan penduduk terbanyak, sedangkan benua Australia dan Oseania menjadi benua dengan penduduk tersedikit. Indonesia sendiri diperkirakan mempunyai penduduk sebesar 255,708,785 pada 2015 ini.

Adapun persebaran penduduk dunia berdasarkan benua dan wilayah adalah sebagai berikut:

No

Benua dan Wilayah

Jumlah Penduduk

%

1

Asia

4,384,844,097

59.86%

2

Afrika

1,166,239,306

15.92%

3

Eropa

743,122,816

10.15%

4

Amerika Selatan dan Karibia

630,088,917

8.60%

5

Amerika Utara

361,127,819

4.93%

6

Australia dan Oseania

39,359,270

0.54%


Total

7,324,782,225

100.00%

Dengan jumlah total populasi sekitar 255 juta penduduk, Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat nomor empat di dunia. Komposisi etnis di Indonesia amat bervariasi karena negeri ini memiliki ratusan ragam suku dan budaya. Meskipun demikian, lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia didominasi oleh dua suku terbesar. Bagian ini membahas struktur dan cirikhas penduduk Indonesia.

Dua suku terbesar ini adalah Jawa (41 persen dari total populasi) dan suku Sunda (15 persen dari total populasi). Kedua suku ini berasal dari pulau Jawa, pulau dengan penduduk terbanyak di Indonesia yang mencakup sekitar enam puluh persen dari total populasi Indonesia. Jika digabungkan dengan pulau Sumatra, jumlahnya menjadi 80 persen total populasi. Ini adalah indikasi bahwa konsentrasi populasi terpenting berada di wilayah barat Indonesia. Propinsi paling padat adalah Jawa Barat (lebih dari 43 juta penduduk), sementara populasi paling lengang adalah propinsi Papua Barat di wilayah Indonesia Timur (dengan populasi hanya sekitar 761,000 jiwa).

Provinsi Jawa Barat dengan luas 35.377,76 Km2 menurut Data SIAK Provinsi Jawa Barat didiami penduduk sebanyak 46.497.175 Juta Jiwa. Penduduk ini tersebar di 26 Kabupaten/Kota, 625 Kecamatan dan 5.899 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kabupaten Bogor sebanyak 4.966.621 Jiwa (11,03 %), sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kota Banjar yaitu sebanyak 192.903 Jiwa (0,43 %).

Jika diperhatikan berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Gambaran ini terlihat dihampir seluruh Kabupaten/Kota, terkecuali Kabupaten Indramayu (Laki-laki 49,78 %, perempuan 50,22%). Jumlah penduduk di daerah penyangga Ibukota, yaitu di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi dan Kota Depok sebanyak 11.930.991 Jiwa atau 26% dari jumlah penduduk Jawa Barat. Dengan begitu dapat disimpulkan seperempat penduduk Jawa Barat tinggal di daerah penyangga Ibu Kota.

Pada tahun 2013 untuk jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.697.491 jiwa. Sedangkan pada akhir tahun 2014 angka tersebut telah berubah menjadi 1.708.551 jiwa, keadaan ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar 11.060 jiwa, dengan demikian laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Indramayu tahun 2013-2014 sebesar 0,65%. Laju pertumbuhan mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Itu dapat dilihat dari sensus penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dalam  pengetahuan tentang kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Dibanding dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia menempati kedudukan ketiga setelah Cina dan India dalam jumlah penduduk. Indonesia merupakan negara yang sedag membangun dengan  mempunyai masalah kependudukan yang sangat serius diseratai dengan jumlahn penduduk yang sangat besar dan pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi serta persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan hanya modal, tetapi merupakan beban dalam pembangunan.

Pertumbuhan penduduk yang meningkat dan berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, motalitas. Morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan dan aspek rumah tangga dalam keluarga akan membantu para penentu kebijakan  dan perencana program untuk dapat mengembsngksn program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat pada ssasarannya.

Masalah utama yang dihadapi dibidang kependudukan Indonesia adalah masih tingginya jumlah penduduk dan tidak seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk.  Program kependudukan dan keluarga berencana bertujuan untuk  turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan percepatan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa. Demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Stuktur penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Stuktur ini berubah-ubah yang disebabkan oleh proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migarsi.

Untuk mendapatkan data jumlah penduduk suatu negara atau daerah dibuat sistem pengumpulan data penduduk, yaitu Sensus Penduduk atau Cacah Jiwa digunakan untuk stuktur penduduk dan dilaksanakan pada waktu tertentu. Registrasi Penduduk digunakan untuk data penduduk yang dinamis dan dilaksanakan setiap saat dan Survei Penduduk digunakan untuk data khusus mengenai karakteristik penduduk dan dilaksanakan oleh instansi tertentu.  

Pertumbuhan penduduk yang makin cepat dapat dimengerti apabila kiita melihat adanya penemuan penicilin dan pertumbuhan penduduk yang makin cepat dapat dimengerti apabila kiita melihat adanya penemuan Penicilin,perkembangan teknologi obat-obatan maka angka kematian menurun sedangkan angka kelahiran masih meningkat dengan program kesehatan masyarakat yang makin meningkat

Desa Jengkok, Kecamatan Kertasmaya, Indramayu, Jawa Barat adalah lokasi praktekum dari mata kuliah Demografi. Dalam praktekum ini, Kami sekelas sebelumnya melakukan voting (pemilihan suara terbanyak) dalam mengambil keputusan dimana kita sekelas akan praktekum. Diawal pembicaraan, ada 4 lokasi yang menjadi opsi dalam melakukan praktekum. Keempat lokasi itu adalah Cianjur, Ciawi, Tanjung Priuk dan Indramayu. Dari keempat pilihan tersebut, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Dari laporan para penanggungjawab kota usulan masing-masing, ternyata yang lebih siap dan bersedia merupakan dari teman kita Yuyun Yunena, tepatnya di Desa Jengkok, Kecamatan Kertasmaya. Kota Indramayu lebih siap dan bersedia dikarenakan jika dibandingkan dengan opsi (pilihan) kota-kota yang lain, dirumah teman kita Yuyun secara fasilitas tempat tinggal, makanan pokok tiga kali sehari, itu lebih menguntungkan bagi praktekum kami jika dibandingkan dengan tempat lainnya.

Dari keterangan laporan para penanggugjawab masing-masing kota usulannya, maka itu Kami memutuskan untuk memilih Kota Indramayu sebagai tempat tujuan Kami. Dan Kami berangkat pada hari Rabu, November 2016 waktu 04.00 WIB. Sekitar kurang lebih 6 jam perjalanan, dan setibanya jam 10 dikediaman teman kita Yuyun,  Desa Jengkok, Kecamatan Kertasmaya. Kota Indramayu, Jawa Barat.

BAB II

TEMUAN LAPANGAN

A.     Gambaran Wilayah Desa Jengkok




 


Desa Jengkok terdapat di Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu provinsi Jawa Barat. Desa Jengkok memiliki luas sekitar 488,164  Ha. Desa Jengkok memiliki 3 RW dan 18 RT.

Letak geografi Desa Jengkok berbatasan dengan :

Sebelah Utara                          : Desa Tenajar Kidul

Sebelah Selatan                        : Desa GuaLor

Sebelah Barat                           : Desa Tulungagung

SebelahTimur                         : Desa Tegal Wirangrong

Perjalanan kurang lebih 6 jam merupakan proses awal sebelum praktek studi lapangan. Desa Jengkok juga tergolong desa yang masih natural akan tetapi memiliki cuaca yang terik dikarenakan lingkungannnya berada dekat dengan pesisir pantai, desa Jengkok juga masih banyak memiliki lahan pertanian. Desa Jengkok memiliki ciri khas yang sangat unik dikarenakan berada di kabupaten Indramayu yang terkenal dengan buah Mangganya didesa ini setiap rumahnya memiliki pohon Mangga atau yang biasa disebut Mangga indrramayu. Pohon Mangga tersebut sebagai modal usaha berjualan di pasar dan juga untuk konsumsi warga itu sendiri.

Desa Jengkok memiliki lahan pertanian yang luas yang ditanami padi, kebun jagung, singkong, dan banyak sekali terlihat pohon Mangga dengan jenis Mangga indramayu. Hampir setiap rumah memiliki pohon mangga dipekarangan rumahnya. Desa Jengkok juga memiliki peternakan ayam, bebek, dan juga peternakan ikan yang lebih banyaknya peternakan ikan lele.

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan di Desa Jengkok lebih tepatnya di RT 05 RW 01, terlihat masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. terdapat pula peternak, pedagang, Pegawai Negeri Sipil, dan juga TKI yang tidak terbilang sedikit. Tetapi  masih ada yang pengangguran atau tidak memiliki pekerjaan.

Dari hasil wawancara kami dengan warga RT.05 petani yang bekerja di sawah rata-rata memerlukan waktu kisaran 15-45 menit untuk sampai di lokasi mereka bekerja, tetapi ada pula petani dan buruh tani yang bekerja yang memiliki jarak tempuh dekat seperti sawah yang terletak di belakang rumah mereka masing-masing. Biasanya mereka berangkat kerja pagi dan kembali ke rumah menjelang jam 1 siang. Untuk pedagang ada yang bekerja masih dalam wilayah Desa Jengkok seperti di rumahnya sendiri, berjualan dipasar dekat situ, tetapi ada pula yang bekerja di luar Desa Jengkok seperti di Cirebon, Cikarang, Purwakarta, Bandung dan Jakarta. Untuk profesi TKI yang bekerja di luar negeri, biasanya mereka pulang sekitar 2 – 5 tahun. Ada yang bekerja di Korea, Taiwan, Arab Saudi, dan Hongkong.

Dari hasil penelitian yang kami lakukan kami melihat hubungan kekerabatan antara warga dan tetangga terlihat erat. Masih kental dengan budaya sapa-menyapa, salam dan senyum, dan yang terpenting ialah kerjasama dalam bergotong royong baik ketika rapat desa maupun program pembangunan desa yang tepatnya pada saat disana kita melihat sedang adanya pelebaran kali yang bernama Kali Sindup Raja yang dibantu langsung oleh warga Desa Jengkok. Terdapat akses jalan di RT.05 yang lumayan lebar bernama JL. Secang. Terdapat masjid yang besar yaitu Masjid Jami Al-Hidayah. Banyak warga yang memiliki warung kelontong dirumah yang mempermudah warga untuk belanja.

B.   Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang Kami lakukan selama praktekum di Desa Jengkok, Kecamatan Kertasmaya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tepatnya RT.05 RW.01 ialah metode kualitatif, kuantitatif, dan observatif. Metode sangatlah cocok dengan keadaan dan penerapan praktekum Kami.

Metode kualitatif berupa pengolahan data dengan berbagai analisis setelah memeroleh keterangan dari para warga langsung setiap kunjungan yang kami datangi. Sedangkan untuk kuantitatif berupa pengolahan data yang ditransformasikan kedalam bentuk angka yang disajikan dengan tabel. Dan terakhir dengan metode observatif berupa pengamatan akan keadaan wilayah yang Kami telusuri langsung.

Pada penelitian ini kami mendapat bagian sensus RT. 05 RW. 01 Desa Jengkok. Dari letaknya RT.05 ini  berada di sepanjang kali sidup raja blok secang. Pada hari pertama kami melakukan observasi, pertama-tama kami pergi ke Kantor Kuwu Desa Jengkok untuk periziznan walau sebelumnya sudah mengirim surat untuk mengadakan penelitian di Desa Jengkok tersebut. setelah berbincang-bincang sedikit mengenai Desa Jengkok  kami dan teman kelompok kami lainnya membagi setiap RT yang masih dalam satu RW yaitu RW 01. Selanjutnya kami langsung bergegas menuju ke rumah bapak RT. 05 RW. 01 yang bernama Bapak Musonip  untuk bersilaturahmi, memberi tahu maksud peraktekum kami dan  meminta izin mengadakan penelitian di RT.05. Setelah mendapat izin kami mulai penelitian kami dengan pergi ke bertemu warga dari satu rumah menuju rumah lainnya dan mewawancarai  yang bersangkutan mengenai kependudukan. Setelah kami mendapatkan data dari warga, kami menginput data-data yang sudah didapatkan dari wawancara tersebut. Disitu kami juga menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Pada hari pertama kami mendapatkan data warga sekitar 24 KK, dilanjutkan sensus keesokan harinya yaitu pada hari Jumat, dari pagi kami melanjutkan sensus kembali yang mendapat 12 KK lagi dan pada Jumat malam kami mulai menginput data yang sudah kami dapatkan. Dan pada hari sabtu kami mengerjakan tugas Metodologi Riset Aksi Partisipatoris yang sudah ada di jadwal susunan acara.

C.  Hasil Pengamatan dan Observasi

Dari penelitian kami di Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, menemukan beberapa data yang mencakup satu desa.

1.      Data Jumlah Penduduk Desa Jengkok berdasarkan RW

No.

Dusun/RW

Jumlah

Jiwa

KK

1.

RW 01

2.403

791

2.

RW 02

2.116

759

3.

RW 03

961

342

Jumlah

5.480

1.892

 

 

 

 

 

 

Dari data tabel jumlah penduduk Desa Jengkok berdasarkan RW, Terdapat 5.480 jiwa. Diantaranya RW 01 yang mempunyai 2.403 jiwa dengan jumlah 791 KK. Di RW 02 terdapat 2.116 jiwa dengan jumlah 759 KK. Dan untuk RW 03 sebanyak 961 dengan jumlah 342 KK. Jadi, bisa disimpulkan bahwa penduduk Desa Jengkok terbanyak terdapat di RW 01.  

2.      Data Lengkap RW 01

a.       Struktur Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

No.

RT

Jumlah Penduduk

Jenis Kelamin

LK

PR

1.

01

269

131

138

2.

02

279

145

134

3.

03

545

276

269

4.

04

259

130

129

5.

05

137

74

63

6.

06

214

119

95

Total

1.703

875

828

 

Dari data tabel struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, tepatnya di RW 01, terdapat 1.703 orang. Diantaranya, berjenis kelamin laki-laki sebanyak 875 orang, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 828 orang. Jadi, bisa disimpulkan bahwa penduduk di wilayah RW 01 didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki.  

3.      Data Lengkap RT 05

a.       Data Jumlah Penduduk berdasaran jenis kelamin

 

NO

Jumlah penduduk

Jenis Kelamin

LK

PR

1.

RT. 05

74

63

Total

137

 

b.      Data Jumlah Penduduk berdasaran usia

 

No

Usia

Jenis kelamin

LK

PR

1.

0-3

5

1

2.

4-7

2

3

3.

8-11

4

2

4.

12-15

3

2

5.

16-19

8

5

6.

20-23

6

7

7.

24-27

4

4

8.

28-31

7

2

9.

32-35

7

3

10.

36-39

1

5

11.

40-43

-

2

12.

44-47

5

5

13.

48-51

2

3

14.

52-55

3

1

15.

56-59

4

2

16.

60-63

2

5

17.

64-67

1

3

18.

68-71

7

2

19.

72-75

2

1

20.

>75

1

-

TOTAL

74

63

137

 

Berdasarkan table diatas jumlah total penduduk dari RT.05 yang kami sensus terdapat 137 warga yang terdiri dari 74 laki-laki dan 63 perempuan. Dari hasil sesus tersebut didapatkan bahwa warga laki-laki sedikit lebih banyak dibanding warga perempuan. Kami juga sudah memisahkan berdasarkan umur dan juga membedakan rentan umur laki-laki dan perempuan yang bisa dilihat di table atas. Dari table diatas bisa kita lihat rentan umur laki-laki yang terbanyak terdapat pada usia produktif  dalam rentan 16-19 tahun. Dan rentan usia perempuan terbanyak terdapat pada rentan usia 20-23 tahun yang termasuk dalam usia produktif.

 

c.       Data Pekerjaan

 

Struktur Penduduk berdasarkan Pekerjaan

No

  Jumlah Penduduk

   Jenis

Pekerjaan

LK

PR

Petani

Wiraswasta

Pelajar

IRT

Tidak Bekerja

PNS

TKI

Lainnya

1.

137

74

 

23

20

12

-

6

1

4

8

2.

 

63

5

6

10

22

4

-

11

5

Total

28

26

22

22

10

1

15

13

 

Dari jumlah penduduk RT 05 yang terdapat 137 orang kami sudah memisahkan  berdasarkan pekerjaan. Dari hasil observasi kami didapat kelompok pekerjaan yang mayoritas petani disusul dengan kelompok pekerja wiraswasta atau pedagang yang berdagang dirumahnya ada juga yang berdagang dipasar dan juga dikota lain. Untuk pekerjaan petani, para petani tersebut ada yang menggarap tanah milik sendiri dan ada juga yang menggarap tanah milik orang lain atau sistem bagi hasil. Dari hasil observasi kami juga didapat  pekerjaan TKI yang bekerja di Taiwan, Hongkong, Arab, korea.

 

 

 

 

d.      Data Area Kerja

 

Struktur berdasarkan Area Kerja

No

Pekerjaan

Jenis Kelamin

Lokasi atau Jarak Tempat Bekerja

 (dihitung jarak dari rumah)

LK

PR

0-1 km

2-10 km

11-20 km

> 20 km

Lainnya

1.

Petani

23

 

13

5

5

-

 

 

5

5

-

-

-

2.

Wiraswasta

20

 

10

5

2

3

 

 

6

4

2

-

-

3.

TKI

4

 

-

-

-

-

Taiwan, Arab, korea, Hongkong.

 

11

-

-

-

-

4.

PNS

1

 

-

1

-

-

 

 

 

-

-

-

-

Total

32

13

7

3

 

 

Hasil observasi kami mendapatkan jarak tempuh tempat kerja warga RT.05 ketempat kerja mayoritas dekat dari rumah mereka, sekitar 0-1 km. Disusul oleh pekerjaan wiraswasta yang merata mendudukin rentan jarak area kerja. Kami juga mengelompokan kelompok lainnya karna sudah melewati batas jarak untuk kelompok pekerjaan TKI.

 

 

e.       Piramida Penduduk

 

Piramida Penduduk RT 005 RW 01 Desa Jengkok

Dari piramida penduduk RT.05 piramida tersebut merupakan  piramida Constructive yang sebagian kecil penduduk berada pada umur muda.

f.       Data Fertilitas

Struktur Berdasarkan Angka Kelahiran

 

No

Jumlah Kelahiran

Bulan Kelahiran

Jan-Nov 2016

 

Keterangan

LK

PR

1.

1

 

1

Kebutuhan biologis (Kelahiran normal dibantu oleh bidan)

Total

 

1

 

Hasil observasi kami didapatkan ada 1 kelahiran di RT.05. Dari hasil wawancara kami kelahiran tersebut dibantu oleh bidan dirumah warga tersebut secara normal. Sedangkan usia ibu melahirkan tersebut  yang terdapat di RT 05 RW 01 yakni 27 tahun.

g.       Data Mortalitas

Struktur berdasarkan Angka Kematian

 

No

Jumlah Kematian

 

Jan-Nov 2016

 

Keterangan

 

LK

PR

1.

-

-

-

Tidak ada angka Kematian

Total

 

-

 

 

Hasil observasi kami didapatakan tidak adanya Kematian di RT 05 RW 01 pada tahun 2016 ini.

h.      Data Migrasi

Struktur berdasarkan Angka Migrasi

 

No

Jumlah Penduduk Migrasi

Jenis Kelamin

Tahun Migrasi

 

Keterangan

   LK

    PR

   MI

    MO

Jumlah

1.

15

4

 

-

4

4

TKI

 

11

-

11

11

2.

3

3

 

-

3

3

Wirausaha / Pedagang

 

-

-

-

 

3.

10

4

 

1

3

4

Menikah

 

6

2

4

6

4.

4

2

 

 

2

2

Kuliah / Sekolah

 

2

 

2

2

Total

3

29

32

Migrasi out terjadi karena penduduk pergi keluar negeri untuk bekerja, bekerja dikota lain dan menuntut ilmu diluar Desa Jengkok.

Migrasi in terjadi karena  penduduk dari desa lain pindah ke daerah RT 05 Desa Jengkok

 

            Dari table diatas bisa kita lihat untuk migrasi out terdiri dari 29 orang didominasi oleh warga yang menjadi TKI, ada juga dikarnakan berdagang dikota lain, dan sekolah dikota lain. Migrasi in terjadi karena  penduduk dari desa lain pindah ke daerah RT 05 Desa Jengkok.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KESEHATAN LINGKUNGAN

A.     Kemiskinan dan Kesehatan di Indonesia

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern. Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat.

Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas. Kemiskinan, menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi keselamatan hidup, safety life, mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi tengkulak lokal dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang dikeluarkan.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional / Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di pedesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 ( sebelum krisis ekonomi ) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di perkotaan dan 15,3 juta jiwa di pedesaan. Akibat krisis jumlah kemiskinan diperkirakan semakin bertambah. Ada dua hal yang menyebabkan kemiskinan terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan adanya bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lambaga-lembaga  yang ada di masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia sehingga sering mengkritik kebijakan pembangunan yang hanya terfokus pada pertumbuhan ketimbang pada pemerataan.

Indonesia yang memiliki sumber daya yang sangat kaya dan sumber daya manusia yang sangat banyak, tetapi ronisnya masih mengalami berbagai persoalan kemiskinan penduduk baik itu dari  aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Indonesia yang sudah merdeka hampir 67 tahun yang lalu, masih memiliki pekerjaan besar untuk mengentaskan kemiskinan rakyatnya. Bagaimanakah solusi untuk pengentasan kemiskinan ini, untuk itulah makalah ini disusun salah satunya untuk mengetahui langkah-langkah untuk pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Faktor-faktor internal dapat dipicu munculnya oleh faktor-faktor eksternal juga. Kesehatan masyarakat yang buruk adalah pertanda rendahnya gizi masyarakat. Rendahnya gizi masyarakat adalah akibat dari rendahnya pendapatan dan terbatasnya sumber daya alam. Selanjutnya, rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah akibat dari kurangnya pendidikan. Hal yang terakhir ini juga pada gilirannya merupakan akibat dari kurangnya pendapatan. Kurangnya pendapatan merupakan akibat langsung dari keterbatasan lapangan kerja. Dan seterusnya begitu, berputar-putar dalam proses saling terkait.

Kaitan kemiskinan dan kesehatan dengan beberapa aspek yaitu:

 

1.      Aspek Geografi

Kondisi geografi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan lebih dari  17.000 pulau dan dengan wilayah lautan yang amat luas, merupakan salah faktor  penghambat bagi pemerintah dalam berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat  miskin di daerah yang letaknya terpencil, dikarenakan untuk menjangkau daerah terpencil  tersebut dibutuhkan sarana transportasi dan komunikasi dengan biaya operasional yang  tinggi, sementara pemerintah kita belum mampu menyediakannya. Sedangkan letak Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan reservoir yang  tepat bagi berkembang biaknya berbagai penyakit malaria, TB Paru, dan lain-lain, yang juga  banyak menyerang masyarakat miskin. Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh kawasan Indonesia, yang paling banyak terdapat di luar Jawa-Bali. Di beberapa tempat  merupakan daerah endemis malaria. Perkembangan penyakit malaria dalam beberapa ahun  lalu cenderung meningkat di semua wilayah, mulai tahun 2001 sudah mulai terjadi penurunan.  Untuk penyakit TB Paru menurut Suskernas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3 penyebab  kematian umum. WHO memperkirakan Indonesia merupakan negara dengan kasus TB Paru  terbesar ke 3 di dunia.

2.      Aspek Demografi

Dari Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milllenium Indonesia yang dikeluarkan oleh BAPPENAS pada tanggal 23 Agustus 2005, diperoleh informasi  sebagai berikut: "Jumlah penduduk Indonesia telah meningkat dari 119 juta pada tahun 1971 menjadi 179 juta  pada tahun 1990, dan diperkirakan menjadi 219 juta pada tahun 2005. Laju pertumbuhan penduduk menunjukkan kecenderungan menurun dari 2,32 persen per tahun pada kurun  waktu 1971-1980 menjadi 1,97 persen pertahun pada kurun waktu 1980-1990, dan menjadi  1,48 persen per tahun pada kurun waktu 1990-2000. Penurunan laju penduduk tidak terlepas  dari keberhasilan Indonesia menurunkan tingkat kelahiran ( Total Fertility Rate / TFR) dari 5,6  anak per keluarga pada tahun 1971 menjadi 2,6 anak per keluarga pada tahun 2003.  Penurunan tingkat kelahiran erat kaitannya dengan meningkatnya pemakaian kontrasepsi.  Pada tahun 1980 tingkat pemakaian kontrasepsi hanya 26 persen, meningkat menjadi 60,3  persen pada tahun 2002. Namun demikian, setiap tahun (sampai tahun 2015) diperkirakan  masih akan terjadi kelahiran sekitar 4 juta jiwa, dan pertambahan penduduk baru sekitar 2,4- 2,7 juta jiwa." Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang relatif besar  akan membawa permasalahan tersendiri di sektor kesehatan, bila tidak diimbangi dengan  penyediaan sarana pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai, untuk  kemudahan akses pelayanan kepada masyarakat.

Pengelolaan sumber-sumber alam lain yang dimiliki Indonesia, juga belum  dimanfaatkan secara optimal untuk tujuan kesejahterakan rakyat, khususnya masyarakat  yang hidup di sekitarnya. Yang didapat masyarakat di sekitar justru hasil dari kerusakan  lingkungan dan pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang  mengekpolarasi sumber alam. Pencemaran lingkungan ini akan berpengaruh pada gangguan  kesehatan masyarakat sekitar untuk jangka panjang.  Sungguh keadaan yang menyedihkan, Indonesia negara dengan kekayaan alam  berlimpah, tetapi masyarakatnya masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan dan  terpapar lingkungan yang tercemar, yang membahayakan kesehatan. Ini semua karena  kurangnya kepedulian dan penegakan hukum yang belum ditaati. Pemerintah seharusnya  lebih bijak di dalam mengelola sumber-sumber alam, yang apabila dikelola dengan baik,  hasilnya dapat digunakan untuk pembiayaan yang bertujuan mendukung Indonesia keluar dari kemiskinan.

3.      Aspek Ideologi

Pancasila merupakan dasar ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yang didalamnya berisi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pancasila lebih menitikberatkan kepada  perjuangan melawan ketidakadilan, penderitaan, kemiskinan, dengan menggunakan nilai  yang telah ada seperti Ketuhanan, persatuan, keadilan sosial, demokrasi dan humanisme. Pancasila bertujuan mendorong seluruh rakyat Indonesia secara gotong-royong saling  membantu dan menciptakan kemakmuran secara menyeluruh. Pancasila secara gamblang  menentang sumber kemiskinan dan penghisapan manusia atas manusia atau negara atas  negara lain, seperti yang diyakini oleh faham kapitalisme. Seiring berjalannya waktu, Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup secara  perlahan terdegradasi dan mulai luntur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seiring  dengan semakin kuatnya pengaruh ideologi kapitalis, penyusupan ideologi terjadi perlahan- lahan melalui sains dan teknologi termasuk teknologi kedokteran yang dikuasai oleh negara- negara maju khususnya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Sebagai paham  kapitalisme kendati memiliki tujuan akhir yang sama (kesejahteraan), tetapi lebih menekankan kepada keuntungan ekonomi tanpa memiliki rambu-rambu untuk mencegah ketidakadilan. Menghadapi derasnya pengaruh ideologi kapitalis, kita sebagai bangsa yang ingin berdiri kokoh harus memegang teguh pandangan hidup, dengan pandangan hidup yang jelas,  suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman dalam memecahkan masalah-masalah  politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Maka sudah sepantasnya bangsa Indonesia memahami,  menghayati, dan mengamalkan Pancasila dalam semua segi kehidupan. Dengan memahami,  menghayatidan mengamalkan Pancasila, bangsa Indonesia akan mampu menyaring nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan menolak nilai-nilai yang merusak kepribadian  bangsa.

4.      Aspek Politik

Dalam bidang politik, etika berpolitik yang ditunjukkan para politikus tidak bisa lagi dikatakan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Para elit politik tidak lagi memikirkan kepentingkan rakyat tetapi lebih mementingkan diri dan partainya. Para elit politik membungkus kepentingannya dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan. Setiap kegiatan  politik selalui dibumbui dengan kecurigaan tentang kemungkinan adanya permainan uang dan  suap-menyuap. Para elit politik kurang perhatian terhadap masalah-masalah kemiskinan dan  kesehatan, ini terlihat jarangnya para elit politik menyuarakan masalah kemiskinan dan  kesehatan. Tanpa adanya kepedulian elit politik, sulit bagi bangsa ini untuk keluar dari  kungkungan kemiskinan dan derajat kesehatan yang masih rendah. Peran Ormas dan LSM yang seharusnya memperjuangkan masyarakat, justru  menjadi alat pemicu bagi timbulnya situasi dan kondisi tidak kondusif bagi kehidupan  berbangsa dan bernegara, juga menjadi alat politik untuk kepentingan partai tertentu. Begitu  juga dengan peran media massa, yang seharusnya memberikan informasi, edukasi kepada  masyarakat, sering menjadi media provokasi partai tertentu, di samping mengejar keuntungan finansial.

5.      Aspek Ekonomi

Indonesia terletak pada jalur lalu lintas perdagangan bagi negara-negara di Asia dan Australia, karena letak Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera. Dari letak Indonesia yang strategis seharusnya membawa dampak positif bagi peningkatan  perekonomian bagi Indonesia. Pada kenyataannya sampai saat ini status Indonesia masih  sebagai negara yang sedang berkembang, tidak jauh berbeda dengan negara-negara di  Afrika yang kemiskinan masih menjadi tantangan utama pemerintah.  Perekonomian Indonesian semakin sulit sejak terjadi krisis berkepanjangan yang  berawal dari krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi, yang kemudian menjadi  krisis multi dimensial. Pada akhirnya untuk mengatasi krisis ini, pemerintah mengeluarkan  kebijakan utang luar negeri, agar pembangunan di segala sektor tetap berjalan, termasuk  sektor kesehatan.

6.      Aspek Sosial Budaya

Dahulu bangsa Indonesia terkenal ramah tamah dan berbudi luhur, sejalan dengan  adanya krisis moneter, telah merubah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mudah marah,  beringas, perusak, penjarah sehingga seringkali terjadi bentrok-bentrok sosial dalam negeri  yang terus meningkat akibat kesenjangan dan kecemburuan sosial yang kian luas dan  menajam, di Indonesia dari 219 juta penduduk Indonesia, 100 juta penduduk hidup di bawah  garis kemiskinan. Mereka yang super kaya mendiami rumah-rumah super mewah, dan lebih  memilih pengobatan ke luar negeri, sementara mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan  hidup di gubuk-gubuk reyot dan tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan dasar.  Kondisi seperti inilah yang terjadi di Indonesia, jurang pemisah sangat lebar antara si miskin  dan si kaya. Kondisi seperti ini tidak dapat dibiarkan, perlu ada upaya dari semua komponen  bangsa untuk bersama-sama menciptakan kondisi untuk mempersempit jurang pemisah  antara masyarakat mampu dan masyarakat miskin. Di sini sektor kesehtan juga berperan  mempersempit jurang pemisah antara masyarakat mampu dan masyarakat miskin dengan  menyediakan kemudahan bagi masyarakat miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan salah satunya dengan dengan penyediaan sarana kesehatan yang jaraknya dekat dengan masyarakat yang membutuhkan, yang ditunjang dengan SDM yang memadai dan tarif yang  terjangkau.

7.      Aspek Pertahanan Keamanan.

Kemiskinan berimplikasi pada instabilitas keamanan. Stabilitas keamanan yang buruk  tidak bisa disangkal sangat merugikan bagi keberlangsungan pembangunan di semua sektor  termasuk sektor kesehatan, karena instabilitas keamanan akan mengurangi kepercayaan  investor yang akan berinvestasi di Indonesia. Instabilitas keamanan yang banyak terjadi di  negara kita adalah tindak kejahatan dengan kekerasan yang akhir-akhir ini cukup meresahkan  masyarakat. Keterbatasan jumlah personil kepolisian mengesankan lambannya penanganan  tindak kejahatan. Rakyat Indonesia harus mawas diri, menghadapi kondisi ini, dan kendala ini maka sudah sewajarnya pemerintah dan para elit politik mewujudkan Sistem Pertahanan dan  Keamaan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yang diamanatkan GBHN. Sishamkamrata  berazaskan kerakyatan, kewilayahan, dan kesemestaan, berakar semangat kekeluargaan,  kebersamaan, dan gotong royong, yang menjadi ciri khas rakyat Indonesia. Upaya penciptaan situasi aman di Republik ini juga memerlukan peran elit politik  dalam bersikap dan berperilaku hendaknya tidak kontra produktif dalam memprovokasi  masyarakat untuk melakukan hal-hal yang justru merugikan bangsa dan negara. Para elit  politik dan kaum intelektual harus memiliki pemahaman yang jernih tentang Pancasila, UUD  45, serta Sishamkamrata dan upaya bela negara. Selain itu yang tidak kalah pentingnya  adalah fungsi aparat penegak hukum dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

 

B.     Fasilitas Kesehatan

Data Sarana Kesehatan

No

Jenis Sarana Kesehatan

Cakupan Kerja

Jumlah Tenaga Medis

Jumlah Perawat

Jumlah Admistrasi

(RT/ RW/ Kel/ Kec)

LK

PR

LK

PR

LK

PR

1.

Posyandu

RT

3

3

1

2

2

1

2.

Apotik

RW

2

2

-

-

2

2

3.

Klinik

RW

2

3

-

2

2

1

4.

Puskesmas

Kecamatan

5

8

3

6

2

2

 

Untuk data sarana kesehatan Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, terdiri dari posyandu, apotik, klinik dan puskesmas. Untuk sarana kesehatan posyandu ditingkat RT dengan jumlah tenaga medis 6 orang, jumlah perawat 3 orang dan jumlah administrasi 3 orang. Untuk sarana kesehatan apotik, tingkat  kerja RW, terdapat jumlah tenaga medis sebanyak 4 orang dan jumlah administrasi sebanyak 4 orang. Untuk sarana kesehatan klinik, cakupan kerja RW ada 6 orang jumlah tenaga medis, 2 orang perawat dan 3 orang administrasi. Dan puskesmas, tingkat kerja kecamatan, terdapat 13 jumlah tenaga media, 9 jumlah perawat dan 4 jumlah administrasi.

C.     Perilaku Kesehatan

 

Data Perilaku Kesehatan

 

No

Jenis Kelamin

 

Jenis Sakit

Obat Warung

Ke Dokter/ Tenaga Medis

Obat Herbal

Dibiarkan Saja

LK

PR

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

1.

 

  1

Tumor

 

 

 

 

   ü

 

 

 

2.

2

4

Maag

ü

 

ü

 

 

 

 

 

3.

 

3

Rematik

 

 

ü

 

ü

 

 

 

4.

 

2

Asam Urat

 

 

 

 

ü

 

 

 

5.

1

 

Jantung

 

 

ü

 

 

 

 

 

6.

2

 

Hipertensi

 

 

ü

 

 

 

 

 

7.

 

1

Ambeyen

 

 

ü

 

 

 

 

 

8.

 

2

Asma

 

 

ü

 

 

 

 

 

9.

2

3

Influenza

ü

 

 

 

 

 

ü

 

10.

 

3

Diare

ü

 

ü

 

ü

 

 

 

1.

2

 

Katarak

 

 

 

 

ü

 

 

 

 

Hasil obsevasi kami didapatkan jenis-jenis penyakit seperti Tumor, maag, rematik, asam urat, jantung, hipertensi, ambieyen, asma, influenza.  Kami mewawancarai masyarakat untuk memiliki penyakit ia tidak berobat kerumah sakit atau klinik, melainkan hanya dengan mengonsumsi obat herbal yaitu dengan meminum rebusan daun sirsak. Untuk yang memiliki penyakit maag ada yang hanya mengkonsumsi obat-obatan warung dan ada juga yang berobat ke dokter terdekat. Bagi yang memiliki penyakit rematik mereka berobat kedokter dan mengkonsumsi obat herbal. Untuk yang memiliki penyakit jantung, hipertensi, ambeyen dan asma mereka berobat ke RS. Ajawinangun karna rumah sakit tersebut memiliki fasilitas yang memadai walaupun jarak termpuhnya jauh dari rumah mereka. Selanjutnya warga yang sering terjangkit penyakit influenza mereka lebih memilih mengkonsumsi obat-obatan warung  dan membiarkan sakit tersebut sembuh dengan sendiri. Untuk yang memiliki katarak hanya mengobati sakitnya dengan obat herbal yaitu getah kayu jati.

D.     Masalah kesehatan

Dari penelitian yang di dapat kami ketahui bahwa warga desa Jengkok mengalami beberapa masalah kesehatan. Tepatnya di RT.05 yang terdapat kali sidup raja disepanjang jalan dan pemukiman warga RT.05 dan pada saat kami disana didapat kurang menjaga kebersihannya warga contohnya yaitu membuang sampah sembarangn langsung kekali tersebut, anak-anak buang air besar  dikali itu, ibu-ibu mencuci disitu pula. Tidak dipungkiri adanya warga yang sering mengidaap diare karna aktivitas yang kurang bersih tersebut.

Dikarenakan mayoritas warga petani kami mendapati adanya penyakit katarak karena seringnya mata petani tersebut terpapar sinar matahai langsung dan kurang berhati-hatinya pada saat penyemprotan peptisida. Warga di anjurkan mengguunakan kacaa mata padaa saat siang hari kesawah dan pada saat penyemprotan peptisida.

Ketika kami mewawancarai warga kebanyakan ketika mereka sakit mereka lebih memilih untuk berobat ke rumah sakit yang ada di Cirebon disebabkan kurang adanya pelayanan kesehatan didekat sana.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Desa Jengkok terdapat di Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu provinsi Jawa Barat. Desa Jengkok memiliki luas sekitar 488,164  Ha. Desa Jengkok memiliki 3 RW dan 18 RT. Desa Jengkok memiliki lahan pertanian yang luas yang ditanami padi, kebun jagung, singkong, dan banyak sekali terlihat pohon Mangga dengan jenis Mangga indramayu. Hampir setiap rumah memiliki pohon mangga dipekarangan rumahnya. Desa Jengkok juga memiliki peternakan ayam, bebek, dan juga peternakan ikan yang lebih banyaknya peternakan ikan lele.

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan di Desa Jengkok lebih tepatnya di RT 05 RW 01, terlihat masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. terdapat pula peternak, pedagang, Pegawai Negeri Sipil, dan juga TKI yang tidak terbilang sedikit. Tetapi  masih ada yang pengangguran atau tidak memiliki pekerjaan.

Dari hasil wawancara kami dengan warga RT.05 petani yang bekerja di sawah rata-rata memerlukan waktu kisaran 15-45 menit untuk sampai di lokasi mereka bekerja, tetapi ada pula petani dan buruh tani yang bekerja yang memiliki jarak tempuh dekat seperti sawah yang terletak di belakang rumah mereka masing-masing. Biasanya mereka berangkat kerja pagi dan kembali ke rumah menjelang jam 1 siang. Untuk pedagang ada yang bekerja masih dalam wilayah Desa Jengkok seperti di rumahnya sendiri, berjualan dipasar dekat situ, tetapi ada pula yang bekerja di luar Desa Jengkok seperti di Cirebon, Cikarang, Purwakarta, Bandung dan Jakarta. Untuk profesi TKI yang bekerja di luar negeri, biasanya mereka pulang sekitar 2 – 5 tahun. Ada yang bekerja di Korea, Taiwan, Arab Saudi, dan Hongkong.

Dari hasil penelitian yang kami lakukan kami melihat hubungan kekerabatan antara warga dan tetangga terlihat erat. Masih kental dengan budaya sapa-menyapa, salam dan senyum, dan yang terpenting ialah kerjasama dalam bergotong royong baik ketika rapat desa maupun program pembangunan desa yang tepatnya pada saat disana kita melihat sedang adanya pelebaran kali yang bernama Kali Sindup Raja yang dibantu langsung oleh warga Desa Jengkok. Terdapat akses jalan di RT.05 yang lumayan lebar bernama JL. Secang. Terdapat masjid yang besar yaitu Masjid Jami Al-Hidayah. Banyak warga yang memiliki warung kelontong dirumah yang mempermudah warga untuk belanja.

Dari penelitian yang di dapat kami ketahui bahwa warga desa Jengkok mengalami beberapa masalah kesehatan. Tepatnya di RT.05 yang terdapat kali sidup raja disepanjang jalan dan pemukiman warga RT.05 dan pada saat kami disana didapat kurang menjaga kebersihannya warga contohnya yaitu membuang sampah sembarangn langsung kekali tersebut, anak-anak buang air besar  dikali itu, ibu-ibu mencuci disitu pula. Tidak dipungkiri adanya warga yang sering mengidaap diare karna aktivitas yang kurang bersih tersebut.

Dikarenakan mayoritas warga petani kami mendapati adanya penyakit katarak karena seringnya mata petani tersebut terpapar sinar matahai langsung dan kurang berhati-hatinya pada saat penyemprotan peptisida. Warga di anjurkan mengguunakan kacaa mata padaa saat siang hari kesawah dan pada saat penyemprotan peptisida.

B.     Saran

Dari penelitian yang sudah kami lakukan di Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu tepatnya di RT 05 RW 01, banyak ibu-ibu yang ngobrol didepan rumahnya,  untuk rekomendasi pemberdayaan kami  merekomendasikan untuk mengadakan pelatihan membuat kripik mangga dan pelatihan membuat asinan mangga dikarnakan seperti yang kita ketahui Indramayu merupakan kota penghasil mangga, alahkah lebih baiknya mangga-mangga yang berlebih dibuat kripik dan asinan mangga karena mangga disana banyak sekali, hampir setiap rumah memiliki pohon mangga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

DOKUMENTASI

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini